Tungku Smelter PT IMIP Bocor, Manajemen Keselamatan Dinilai Kurang
Tungku smelter di PT IMIP kembali bermasalah. Kejadian berulang akibat sistem K3 yang tidak berjalan maksimal.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Tungku peleburan nikel di PT Indonesia Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah, bocor dan meluber. Meski tidak ada korban jiwa, pengoperasian tungku dihentikan sementara. Kejadian tungku yang bermasalah dan terus berulang ditengarai akibat tidak dijalankannya sistem manajemen keselamatan yang maksimal.
Tungku smelter milik PT Lestari Smelter Indonesia di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bocor pada Jumat (9/8/2024) malam. Cairan nikel tiba-tiba keluar dari tungku, di mana puluhan pekerja bertugas di tungku peleburan biji nikel tersebut
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menyampaikan, keluarnya cairan nikel tersebut terjadi saat proses penuangan untuk pencetakan menjadi besi tahan karat. Tungku tidak bisa mengontrol cairan sehingga keluar dan meluber.
”Ketika tumpah, dikira kebakaran. Padahal, itu cairan panas yang bersuhu sekitar 1.400 derajat celsius. Tim lalu mengamankan lokasi dan menghentikan pengerjaan,” kata Dedy, Sabtu (10/8/2024).
Saat kejadian tersebut, ada sekitar 40 pekerja di tungku itu. Semua pekerja dalam kondisi selamat tanpa ada yang terluka. Petugas keamanan lalu diterjunkan bersama empat mobil pemadam. Proses pendinginan berlangsung sekitar 40 menit.
Meski tidak ada korban jiwa, Dedy mengatakan, pihaknya tetap menghentikan sementara pengoperasian tungku tersebut. Penghentian dilakukan hingga waktu yang belum ditentukan. Tim investigasi juga telah diturunkan untuk menyelidiki kejadian tersebut.
Sejumlah hal bisa menjadi penyebab utama tumpahnya cairan nikel, mulai dari faktor kesalahan manusia, sistem mekanis tungku, hingga teknik penuangan nikel. Namun, ia tidak mau berspekulasi lebih jauh dan menunggu hasil penyelidikan tim lapangan.
”Tim sedang bekerja. Ada dari internal, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Kementerian Perindustrian. Tentu untuk mencari tahu penyebab dan mengevaluasi kejadian ini,” tambahnya.
Terkait kejadian tungku smelter yang berulang, Dedy menuturkan, pihaknya terus berupaya meningkatkan sistem keamanan dan keselamatan dalam bekerja. Upaya perbaikan dilakukan secara kontinu agar kecelakaan tidak terjadi.
Sejak kejadian ledakan besar pada akhir 2023, salah satu yang telah dilakukan perusahaan adalah menambah petugas keamanan di lapangan, dari satu orang menjadi dua orang. Upaya mengurangi kesalahan kerja juga terus dilakukan, dengan peringatan setiap pergantian jam kerja.
”Kita semua tidak menginginkan kejadian berulang. Namun, sekarang terjadi lagi. Kita tunggu hasil penyelidikan oleh tim yang bekerja untuk perbaikan ke depan,” ucapnya.
Kecelakaan di tungku smelter PT IMIP terus berulang. Delapan bulan terakhir, sedikitnya terjadi empat kecelakaan yang membahayakan, hingga merenggut nyawa. Pada 24 Desember 2023, sebuah tungku PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), salah satu perusahaan yang beroperasi di kawasan IMIP, meledak hebat. Kejadian itu menyebabkan 21 orang meninggal dan puluhan lainnya terluka. Setelah lebih dari sebulan penyelidikan, polisi menetapkan dua orang tersangka yang merupakan pekerja asal China.
Pertengahan Januari, kecelakaan kembali terjadi di kawasan IMIP. Pada Jumat (19/1/2024) malam itu, tungku smelter di PT Sulawesi Mining Investment meluap. Dua pekerja terluka.
Pada Kamis (13/6/2024) malam, dua karyawan pabrik pengolahan feronikel PT ITSS terluka akibat terkena uap panas. Mereka sedang memperbaiki tungku yang meledak enam bulan sebelumnya.
Kita semua tidak menginginkan kejadian berulang. Namun, sekarang terjadi lagi.
Kawasan IMIP adalah lokasi hilirisasi nikel dengan tenaga kerja mencapai 80.000 orang. Perusahaan di kawasan yang mengelola 6.000 hektar lahan ini mengolah bahan baku nikel menjadi tiga kluster besar, yaitu baja nirkarat, baja karbon, dan komponen baterai. Investasi di kawasan ini mencapai 21 miliar dollar AS pada 2022. Hasil ekspor triliunan yang sebagian besar dikirim ke China menjadi bagian nilai tambah nikel yang rutin disampaikan pemerintah.
Guru Besar Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Universitas Hasanuddin, Yahya Thamrin menegaskan, terjadinya kecelakaan berulang di kawasan yang sama menunjukkan sistem keselamatan dan keamanan tidak berjalan. Sebab, meski telah berulang, kecelakaan terus terjadi yang membahayakan banyak orang.
Sistem keselamatan kerja, ia melanjutkan, terdiri atas tiga komponen utama, yakni pekerja, tempat kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Semua hal ini harus ditopang dengan sistem keselamatan dan keamanan bekerja yang tersertifikasi dan terdaftar. Terlebih lagi, smelter termasuk tempat kerja yang berisiko tinggi dan membutuhkan sistem keamanan yang maksimal.
”Ini harus kita pertanyakan apakah perusahaan skala besar seperti ini benar-benar memiliki sistem K3 yang tersertifikasi? Kalau ada pun, ini potret menyedihkan ketika sistem K3 tidak menjadi prioritas. Kasus demi kasus juga terjadi, tetapi penegakan hukum tidak menyeluruh. Saya berharap perusahaan skala multinasional seperti IMIP melihat karyawan sebagai aset, bukan sebagai obyek saja,” katanya.