Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium di Kendal dan Asa Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik
Pembangunan pabrik bahan anoda baterai litium menjadi salah satu cara mewujudkan ekosistem kendaraan listrik yang kuat.
Pemerintah terus berupaya membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi. Beragam ikhtiar pun terus dilakukan, salah satunya dengan mendorong pembangunan pabrik bahan anoda baterai litium yang digunakan di kendaraan listrik.
Pada Rabu (7/8/2024), Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium milik PT Indonesia BTR New Energy Materialdi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah. Dalam kegiatan itu, Presiden didampingi sejumlah menteri, pejabat daerah, dan pimpinan BTR New Material Group, He Xueqin.
Hanya butuh waktu sekitar 10 bulan bagi PT Indonesia BTR New Energy Material untuk membangun pabrik. Bahkan, perusahaan yang berbasis di kota Shenzhen, China, itu kini mulai beroperasi.
”Kami fokus pada riset dan juga memproduksi material energi baru. Pelanggan utama kami adalah sejumlah perusahaan manufaktur baterai litium terkemuka. Di pasar bahan anoda, BTR telah menduduki peringkat pertama di dunia selama 14 tahun berturut-turut,” kata Xueqin.
Xueqin mengatakan, investasi yang dilakukan di Indonesia terbagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama, BTR menginvestasikan 478 juta dollar AS untuk pembangunan pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, dan KEK Kendal.
”Selama konstruksi tahap pertama di Kendal, BTR telah menciptakan lapangan kerja sekitar 4.000 orang dan memberikan kontribusi pajak sebesar 14 juta dollar AS. Setelah memulai operasi tahap pertama, tenaga kerja lokal yang terserap sebanyak 1.200 orang dengan kapasitas produksi 80.000 ton per tahun,” tutur Xueqin.
Baca juga: Pabrik di Kendal Bakal Jadikan Indonesia Produsen Anoda Baterai Litium Terbesar Kedua di Dunia
Sementara itu, pembangunan untuk tahap kedua bakal dilakukan pada kuartal IV tahun 2024. Proyek dengan tambahan investasi sebesar 299 juta dollar AS di Kendal itu ditargetkan rampung pada Maret 2025. Selama konstruksi tahap kedua, PT Indonesia BTR New Energy Material akan menciptakan lapangan kerja sekitar 2.000 orang dan saat memulai operasi akan kembali menyerap 600 pekerja lokal.
”Proyek ini secara total akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 7.800 karyawan, di mana sebanyak 94 persennya merupakan karyawan lokal. Selain itu, proyek ini juga memberikan kontribusi devisa sebesar 1 miliar dollar AS per tahun,” ucap Xueqin.
Menurut Xueqin, proyek PT Indonesia BTR New Energy Material akan mengisi kekosongan industri anoda baterai litium di Indonesia dan wilayah Asia Tenggara. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong penyempurnaan rantai pasok industri energi baru dan meningkatkan struktur industri di Indonesia.
”Di masa depan, BTR berkomitmen untuk melakukan investasi jangka panjang di Indonesia, bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan bersama,” imbuhnya.
Baca juga: Bertolak ke Kendal, Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Baterai Litium
Presiden Jokowi pun mengapresiasi pembangunan pabrik bahan anoda baterai litium yang dilakukan secara cepat itu. Menurut Presiden, kecepatan diperlukan agar Indonesia bisa unggul dalam persaingan dengan negara-negara lain.
”Saya sudah sering mengatakan, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Kita sekarang sudah jadi negara yang cepat,” ujar Presiden.
Presiden juga mengaku terkesan dengan PT Indonesia BTR New Energy Material yang memiliki kapasitas produksi bahan anoda baterai litium mencapai 80.000 ton per tahun. Bahan itu bisa digunakan untuk membuat sekitar 1,5 juta mobil listrik.
Pada pembangunan tahap kedua, PT Indonesia BTR New Energy Material ditargetkan mampu memproduksi bahan anoda baterai litium hingga 160.000 ton per tahun. Artinya, akan ada sekitar 3 juta mobil listrik yang bisa diproduksi setiap tahun.
”Itu adalah jumlah yang besar. Sehingga, kita akan menjadi pemasok terbesar, baik untuk kendaraan listriknya maupun baterai kendaraan listriknya. Saya apresiasi pembangunan pabrik ini sehingga rencana besar membangun ekosistem mobil listrik yang terintegrasi dan kuat betul-betul akan terealisasi,” kata Presiden.
Pro dan kontra
Dalam sambutannya, Presiden menceritakan, perjuangan pemerintah dalam mengupayakan pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tidak mudah. Upaya itu diawali dengan kebijakan pelarangan ekspor nikel pada tahun 2020 yang diwarnai pro kontra.
Nikel tidak diekspor karena logam tersebut merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
”Pada saat awal (melarang ekspor nikel), kita kehilangan potensi sekitar Rp 20 triliun. Tapi, saya saat itu meyakini bahwa nilai tambah kalau kita stop raw material ini akan melompat naik. (Hasilnya) dari sebelumnya Rp 33 triliun melompat naik menjadi Rp 510 triliun,” kata Presiden
Tak hanya diwarnai pro dan kontra dari dalam negeri, pelarangan ekspor nikel pun mendapat respons negatif dari pihak luar. Bahkan, Uni Eropa menggugat Pemerintah Indonesia terkait kebijakan itu. Dalam gugatan tersebut, Pemerintah Indonesia kalah.
Namun, Presiden meminta dilakukan banding terhadap gugatan tersebut. ”Kalau kita kalah lagi, (setidaknya) kita sudah punya industri ekosistem besar dari EV (kendaraan listrik) maupun EV battery (baterai kendaraan listrik),” kata Presiden.
Saya sudah sering mengatakan, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Kita sekarang sudah jadi negara yang cepat.
Bagi Presiden, menolak permintaan pihak luar yang menginginkan ekspor nikel merupakan salah satu bukti bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat dan tidak bisa didekte siapa pun. Menurut Presiden, kepentingan nasional adalah segalanya.
Presiden juga sempat menyinggung soal perkembangan industri smelter nikel di beberapa daerah, mulai dari smelter nikel dan turunannya di Morowali dan Weda Bay hingga smelter nikel dari PT Freeport dan PT Amman di Sumbawa dan Gresik. Selain itu, presiden juga menyoroti soal perkembangan smelter bauksit di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
”Sehingga, kalau semuanya jadi, sekali lagi ekosistemnya akan terbangun. Kita akan bisa masuk ke global supply chain yang itu akan memberikan nilai tambah yang besar, baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun terhadap pertumbuhan ekonomi kita,” ungkap Presiden.
Sementara itu, Bupati Kendal Dico Ganinduto juga mengaku senang atas pembangunan pabrik bahan anoda baterai litium di wilayahnya. Kehadiran pabrik bahan anoda itu melengkapi pabrik bahan katoda yang sudah ada.
”Jadi, ekosistem energi terbarukan terkait dengan baterai di Kendal ada dua, anoda sudah ada, hari ini diresmikan dan katoda juga sudah ada. Harapannya ini ke depan bisa terus menumbuhkan ekosistem yang baik untuk ekosistem energi terbarukan,” kata Dico.
Dico menyebut, masuknya investasi dari PT Indonesia BTR New Energy Material turut menambah nilai investasi di Kendal. Menurut dia, sepanjang 2024, nilai investasi di Kendal mencapai Rp 17 triliun.
Menurut Dico, masuknya investasi itu turut menyerap tenaga kerja. Selama ini, Pemerintah Kabupaten Kendal telah bekerja sama dengan para investor untuk sebisa mungkin merekrut tenaga kerja dari Kendal dalam proyek-proyek investasi mereka.