Sepak bola tidak seharusnya menebar ketakutan. Hendaknya olahraga itu justru menjadi sumber kebahagiaan banyak kalangan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
Dalam gelaran Piala Presiden 2024, bocah-bocah penggila sepak bola tersenyum lebar dari sudut tribune stadion. Seakan tak ada lagi yang perlu ditakutkan ketika menyaksikan tim kesayangan berlaga. Asa menjadikan sepak bola sebagai hiburan rakyat yang aman pun bertumbuh.
Fathurrahman (12), penonton asal Kota Surakarta, menyandarkan dadanya pada pagar pembatas tribune, di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (3/8/2024) malam. Sorot matanya serius mengamati bola yang mengalir dari kaki ke kaki para pemain Persis Solo. Tim kebanggaannya itu tengah berlaga melawan Persija Jakarta dalam perebutan peringkat ketiga Piala Presiden 2024.
Tangan Fathur, sapaan karib Fathurrahman, mengepal dan diangkat tinggi ke atas. ”Ayo Persis Solo! Sakjose!,” teriak bocah berbadan bongsor itu keras-keras. Bersama belasan bocah lainnya, mereka menyanyikan dendang dukungan Persis Solo berjudul ”Alap-alap Sambernyawa”.
Di sela-sela nyanyian itu, Persis Solo mencetak gol dari sundulan kepala bek tengah, Ricardo Lima. Seisi stadion bersorak. Tak terkecuali Fathur dan kawan-kawannya. Bahkan, Fathur mengungkapkan kegirangannya dengan mencium logo Persis Solo yang jerseinya ia kenakan pada hari itu.
Gol dari Lima sekaligus menjadi gol kemenangan bagi Persis Solo. Hasil itu membuat mereka sukses merebut peringkat ketiga dalam turnamen pramusim tersebut. Kegembiraan Fathur semakin berlipat ganda.
”Bisa datang ke stadion. Tidak ada kerusuhan. Persis Solo menang juara ketiga. Lengkap sudah. Senang sekali rasanya!,” ujar Fathur.
Fathur mengidolakan Persis Solo sejak masih berumur 5 tahun. Kegandrungannya semakin besar sejak tim berjuluk ”Laskar Sambernyawa” itu promosi ke kompetisi kasta tertinggi di Indonesia, yakni Liga 1. Hampir setiap laga kandang Fathur dan ayahnya, Indra Putra (47), selalu menonton langsung di stadion.
Indra menilai, anaknya itu jauh lebih ”gila bola” dibandingkan dengan dirinya. Hasrat anaknya untuk menonton di stadion cukup besar. Adapun ia sekadar memfasilitasi anaknya yang sangat hobi sepak bola tersebut.
”Bersyukur sekali, sekarang menonton di stadion aman. Tidak ada rasa khawatir. Jadi, enteng saja buat ajak anak datang ke stadion,” kata Indra.
Menurut Indra, gelaran Piala Presiden 2024 semakin membuatnya yakin sepak bola sebagai hiburan rakyat. Panitia tergolong sigap juga menangani risiko-risiko kericuhan. Jaminan keamanan itulah yang paling dibutuhkan seorang penonton yang membawa anak seperti dirinya.
”Tadi, misalnya, sempat ada beberapa suporter lawan provokasi di tribune yang banyak anak-anaknya. Petugas langsung cepat datang dan memindahkan mereka,” kata Indra.
Hal serupa dirasakan Martin (37), penonton asal Sukoharjo. Hari itu ia menonton bersama kedua anaknya, yakni Nada (5) dan Ibrahim (3). Sebagai penggemar berat Persis Solo, ia merasa terbantu dengan standar keamanan yang ditetapkan panitia pelaksana pertandingan.
Stadion ini ibarat ruang kita bersama. Harus jadi ruang yang aman. Sebab, sepak bola adalah hiburan rakyat.
”Saya ajak anak-anak ke stadion biar setidaknya kenal bola. Sebab, saya senang sekali sepak bola. Dengan situasi yang aman begini, jadi tidak perlu resah lagi setiap menonton langsung,” tutur Martin.
Martin mengharapkan supaya pengelolaan pertandingan sepak bola terus berkembang. Hendaknya penyelenggara benar-benar mengutamakan aspek keselamatan. Ia menginginkan agar sepak bola itu menjadi olahraga yang ramah bagi semua kalangan, mulai dari anak-anak, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan.
”Stadion ini ibarat ruang kita bersama. Harus jadi ruang yang aman. Sebab, sepak bola adalah hiburan rakyat,” kata Martin.
Ketua Steering Committee Piala Presiden 2024 Maruarar Sirait menyampaikan, segenap panitia sudah berusaha menjamin rasa aman selama pelaksanaan gelaran. Namun, ia juga mengapresiasi kedewasaan suporter yang sudah ikut bersama-sama menjadikan stadion sebagai ruang aman.
Keadaan itu, kata Ara, sapaan akrab Maruarar, terjadi di tiga lokasi pelaksanaan gelaran, yakni Bandung, Bali, dan Solo. Dari ketiga tempat itu, tiap-tiap tim tuan rumah sempat mengalami kekalahan. Persib Bandung dan Bali United tidak berhasil lolos fase grup, sedangkan Persis Solo gagal melaju ke babak final.
”Paling susah itu kalah di kandang. Tetapi, suporter kita mau menerima kekalahan. Itu tandanya kita sudah naik kelas. Kita semakin matang. Terima kasih untuk para suporter,” ujar Ara.
Potret kedamaian selama Piala Presiden 2024 menumbuhkan optimisme Ara akan berkembangnya iklim persepakbolaan Tanah Air. Ia turut berharap agar sanksi FIFA akibat Tragedi Kanjuruhan bisa dicabut kelak. Namun, ia meminta para suporter untuk benar-benar berkomitmen merawat kondusivitas semacam itu.
Tidak seharusnya pertandingan sepak bola menebar teror dan ketakutan hanya gara-gara ancaman keselamatan. Lebih-lebih jika ancaman itu bersumber dari perkelahian suporter. Hendaknya olahraga yang dicintai banyak orang itu menjadi sumber kegembiraan bagi semua kalangan.