Harga Kopi Robusta Anjlok Terpicu Stok Melimpah di Gudang Industri
Penurunan harga kopi robusta disinyalir karena stok gudang atau industri sedang berlimpah. Tren diprediksi takkan lama.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Fluktuasi harga kopi robusta dari mencapai rekor tertinggi hingga turun ke level terendah disinyalir karena gudang ataupun industri bersiasat kurangi pembelian. Stok kopi dalam gudang sudah cukup hingga tiga bulan ke depan.
Berdasarkan data Dewan Kopi Indonesia Sumatera Selatan per Kamis (1/8/2024) pukul 17.30 WIB, harga kopi robusta turun drastis dua pekan terakhir. Pada awal Juli atau saat tembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, harga kopi robusta petik asalan Rp 70.000-Rp 80.000 per kilogram (kg), sedangkan harga kopi robusta petik merah Rp 100.000-Rp 120.000 per kg.
Saat ini, harga kopi turun 30 persen. Kopi asalan anjlok menjadi Rp 50.000-Rp 60.000 per kg dan harga kopi petik merah Rp 75.000-Rp 100.000 per kg.
Ketua Dewan Kopi Indonesia Sumsel Zain Ismed mengatakan, turunnya harga kopi karena kalangan industri besar telah terpenuhi stoknya. Mereka berangsur mengurangi dan menghentikan pembelian. Karena itulah, dua pekan terakhir, harga berangsur turun.
”Saat ini, harga kopi memasuki ekuilibrium atau keseimbangan harga. Itu terjadi karena antara supply (suplai) dan demand (permintaan) sudah menemui titik tengah atau seimbang,” ujar Zain.
Kendati demikian, Zain memprediksi penurunan harga itu hanya berlangsung hingga satu-dua bulan ke depan. Pasalnya, industri biasanya hanya menyimpan stok bahan baku untuk tiga bulan ke depan. ”Nanti, saat stok berkurang, mereka akan kembali aktif mencari bahan baku dan saat itulah harga komoditas bersangkutan kembali naik,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, harga kopi sempat melesat menembus rekor tertinggi karena industri besar dalam dan luar negeri rebutan stok di Indonesia. Itu akibat berkurangnya pasokan dari produsen kopi terbesar di dunia, Brasil; dan produsen kopi terbesar kedua di dunia sekaligus terbesar di Asia, Vietnam. Brasil gagal panen karena serangan cuaca dingin ekstrem, sedangkan Vietnam gagal panen karena cuaca panas ekstrem.
Saat ini, harga kopi memasuki ekuilibrium atau keseimbangan harga. Itu terjadi karena antara supply (suplai) dan demand (permintaan) sudah menemui titik tengah atau seimbang.
Analisis Zain dibenarkan oleh tauke penampung kopi di kawasan Ulu Danau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Muhammad Alam (34), yang biasa menyuplai kopi ke gudang ataupun industri besar di Lampung. Alam menuturkan, saat ini stok gudang-gudang besar di Lampung memang sedang berlimpah.
Karena berlimpah, gudang-gudang itu merasa tidak mendesak lagi untuk melakukan pembelian. ”Menurut orang-orang gudang di sana, mereka sedang beres-beres. Maksudnya, gudang sedang penuh dan mereka dalam proses untuk ekspor. Makanya, untuk sementara, mereka tutup dana alias tidak beli,” kata Alam yang menjadi tauke penampung kopi sejak 2021.
Akan tetapi, ada juga pihak yang tidak percaya dengan analisis tersebut. Petani sekaligus pengusaha warung kopi asal Kisam, OKU Selatan, Marlio Andriansi (37), contohnya. Dia menduga ada permainan oknum bandar yang coba menunggangi isu penurunan harga yang dikarenakan stok gudang-gudang besar berlimpah.
Dalam kesempatan itu, para bandar berusaha menurunkan harga beli serendah-rendahnya di tingkat petani. Nantinya, saat harga kembali naik, mereka akan melepas stok yang dibeli dari petani untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pihak gudang atau industri.
”Penurunan harga saat ini sangat signifikan. Padahal, basis atau standar harga internasional masih tinggi di kisaran Rp 70.000 per kg. Artinya, ada pihak-pihak tertentu yang bermain untuk mengambil kopi semurah-murahnya dari petani, yang kemungkinan hanya bisa dilakukan oleh para bandar,” tutur Marlio.
Penurunan harga saat ini sangat signifikan. Padahal, basis atau standar harga internasional masih tinggi di kisaran Rp 70.000 per kg. Artinya, ada pihak-pihak tertentu yang bermain untuk mengambil kopi semurah-murahnya dari petani.
Kerugian petani
Terlepas dari segala faktor penyebabnya, penurunan harga saat ini sangat memukul petani. Petani asal Sindang Danau, OKU Selatan, Setia Budi (38), mengatakan, dirinya dan kebanyakan petani merasa tertipu oleh isu harga bakal terus naik. Bahkan, mereka sempat berspekulasi harga akan melewati Rp 80.000 per kg. Nyatanya tidak sesuai dengan perkiraan.
Saat ini, tidak sedikit petani yang kecewa karena telanjur menyimpan hasil panennya atau tidak langsung menjual ketika harga masih di sekitar Rp 70.000 per kg. Akibatnya, ada petani yang buru-buru menjual stok kopinya karena khawatir harga terus anjlok. ”Tetapi, kebanyakan petani lesu karena buah panen terakhirnya belum siap dipetik. Ada pula yang lesu karena kopi yang baru dipanen belum kering atau siap dijual,” ujar Budi.
Petani asal Kota Pagaralam, Novian Fazli (50), menuturkan, biasanya, petani yang kecewa adalah petani yang telanjur konsumtif seusai menerima keuntungan berlimpah saat harga kopi masih sekitar Rp 70.000 per kg. Akhirnya, saat harga kopi turun, mereka tidak memiliki simpanan. ”Tadinya, mereka berharap harga terus naik agar masih bisa mendapatkan penghasilan lebih untuk disimpan hingga masa panen berikutnya di antara Mei dan Agustus tahun depan,” katanya.
Tak hanya petani, penampung kopi seperti Alam pun dirugikan. Alam belum sempat mengirim 4 ton kopi robusta yang dibeli dari petani dengan harga di atas Rp 65.000 per kg pada Sabtu pekan lalu. Saat ini, harga kopi berada di bawah Rp 60.000 per kg. Kalau kerugian minimal Rp 5.000 per kg, artinya stok 4 ton itu membuat total kerugian Alam mencapai Rp 18,14 juta.
Karena harga terus turun yang bisa Rp 1.000-Rp 3.000 per hari, Alam memutuskan membeli kopi dari petani lebih murah Rp 3.000-5.000 per kg dari harga standar yang berlaku di hari bersangkutan. Misalkan, harga yang sedang berlaku Rp 55.000 per kg, Alam hanya berani beli seharga Rp 50.000-52.000 per kg.
”Saya tidak mau ambil risiko dengan membeli kopi sesuai harga standar karena takut rugi kalau harga kembali turun di hari berikutnya. Apalagi, saya kirim kopi ke Lampung tidak tiap hari, hanya setiap Sabtu,” tutur Alam.