Alami Gangguan Ginjal, Ratusan Anak di Jabar Jalani Cuci Darah
Sebanyak 202 anak di Jawa Barat terpaksa menjalani cuci darah karena mengalami gangguan ginjal.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sejak tahun 2023, tercatat 202 anak di Jawa Barat harus menjalani hemodialisa atau cuci darah karena mengalami gangguan ginjal. Konsumsi berlebih makanan dengan kadar gula dan garam yang tinggi disebut menjadi salah satu pemicu ganggun ginjal pada anak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Rochady Hendra Setia Wibawa memaparkan, sejak tahun 2023 hingga Juli 2024, tercatat 202 anak harus menjalani cuci darah karena mengalami gangguan ginjal. Data itu dihimpun dari 27 kabupaten/kota di Jabar.
Rochady mengungkapkan, 202 anak yang mengalami gangguan ginjal itu berusia di bawah 15 tahun. Pemicu gangguan ginjal itu antara lain masalah otoimun dan konsumsi makanan dengan kadar gula serta garam yang berlebihan.
Data 202 anak yang menjalani cuci darah itu terdiri dari 125 anak pada tahun 2023 dan 77 anak pada Januari hingga Juli 2024. ”Kami terus memantau perkembangan data kasus anak yang mengalami gangguan ginjal,” ujar Rochady, Kamis (1/8/2024), di Bandung.
Rochady menambahkan, sebagian besar anak yang harus melakukan cuci darah itu berasal dari kawasan Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
”Mayoritas anak menjalani cuci carah di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Lebih dari 50 persen anak yang cuci darah berasal dari Bandung Raya,” ujarnya.
Sementara itu, anggota staf Divisi Nefrologi dari Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Ahmedz Widiasta, memaparkan, jumlah pasien anak dengan gangguan ginjal kronis yang melakukan cuci darah rutin di rumah sakit itu mencapai 20 orang.
Beberapa dari pasien itu telah dirujuk ke rumah sakit umum daerah (RSUD) terdekat dari tempat tinggal mereka. ”Kalau kasus di RSHS tidak ada peningkatan yang signifikan. Rata-rata per bulan pasien anak dengan ginjal kronis 10 sampai 20 anak,” ujar Ahmedz (Kompas.id, 31/7/2024).
Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS Dany Hilmanto menyatakan, penyakit ginjal kronis pada anak umumnya berupa sindrom nefrotik atau bocor ginjal serta kelainan struktur saluran kencing. Sementara itu, kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan asin dalam jangka panjang juga berpotensi menyebabkan gangguan ginjal.
”Pola makan yang salah itu mengakibatkan ginjal kronis dalam jangka panjang. Sementara pada anak, itu bisa dilihat dari tingkat usia. Kalau di bawah usia lima tahun, umumnya terkait struktur saluran kencing. Kalau di atas lima tahun, sindrom nefrotik,” ujarnya.
Mayoritas anak menjalani cuci carah di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Lebih dari 50 persen anak yang cuci darah berasal dari Bandung Raya.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin juga mengingatkan masyarakat untuk lebih menjaga pola makan. Terkait informasi peningkatan jumlah anak yang harus melakukan cuci darah, dia juga meminta fasilitas kesehatan di 27 kabupaten dan kota terus waspada.
”Saya sudah berkoordinasi dengan menteri kesehatan. Ada tahapan yang harus bisa diantisipasi dan kami berkoordinasi dengan seluruh puskesmas melalui kepala dinas kesehatan. Edukasi kepada masyarakat juga terus dilakukan, terutama kebiasaan meminum air putih dan mengurangi minuman berasa,” ujarnya.