RS Hasan Sadikin Klaim Tak Ada Lonjakan Penyakit Ginjal Kronis Anak
Meski belum ada lonjakan penyakit ginjal kronis pada anak di RS Hasan Sadikin, warga tetap diimbau menjaga pola makan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Hingga akhir Juli 2024, tren penyakit ginjal kronis pada anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, Jawa Barat, belum menunjukkan peningkatan. Namun, warga tetap diimbau untuk menjaga kesehatan dan pola makan agar terhindar dari penyakit yang mengharuskan penderitanya melakukan cuci darah itu.
Staf Divisi Nefrologi dari Kelompok Staf Medis (KSM) Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Ahmedz Widiasta memaparkan, jumlah pasien anak dengan ginjal kronis yang melakukan cuci darah rutin di rumah sakit itu mencapai 20 orang.
Beberapa dari pasien itu telah dirujuk ke rumah sakit umum daerah (RSUD) terdekat dari tempat tinggal mereka. ”Kalau kasus di RSHS tidak ada peningkatan yang signifikan. Rata-rata per bulan pasien anak dengan ginjal kronis sekitar 10 sampai 20 anak,” papar Ahmedz di Bandung, Rabu (31/7/2024).
Ahmedz memaparkan, sebagai rumah sakit rujukan di Jabar, RSHS tidak hanya melayani pasien cuci darah saja. Dua pelayanan terkait ginjal, yakni poliklinik hemodialisis dan nonhemodialisis, menerima pasien hingga 50 orang per hari.
”Layanan ini dibuka setiap Senin dan Kamis. Tapi untuk cuci darah rutin itu biasanya lima pasien per hari. Biasanya termasuk pasian lama yang berkesinambungan sehingga memerlukan pemantauan sebelum kami rujuk ke RSUD terdekat,” tutur Ahmedz.
Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS Dany Hilmanto menampik informasi bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan asin bakal langsung menyebabkan penyakit ginjal pada anak. Dia menyebut, penyakit ginjal kronis pada anak umumnya berupa sindrom nefrotik atau bocor ginjal serta kelainan struktur saluran kencing.
”Pola makan yang salah itu mengakibatkan ginjal kronis dalam jangka panjang. Sementara pada anak, itu bisa dilihat dari tingkat usia. Kalau di bawah usia lima tahun, umumnya terkait struktur saluran kencing. Kalau di atas lima tahun, sindrom nefrotik,” paparnya.
Meski demikian, Dany juga tetap mengingatkan masyarakat, terutama anak-anak, untuk menjaga pola makan. Hal ini karena pola makan yang tak terjaga bisa menyebabkan sejumlah penyakit, seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes, yang dapat berujung pada penyakit ginjal kronis.
”Untuk makanan yang manis dan asin, junk food, itu perlu waktu cukup panjang. Ya, puluhan tahun sehingga nantinya menjadi penyakit ginjal,” tuturnya.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin juga mengingatkan masyarakat untuk lebih menjaga pola makan. Terkait isu peningkatan cuci darah terhadap anak, dia juga meminta fasilitas kesehatan di daerah terus waspada.
”Saya sudah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan. Ada tahapan yang harus bisa diantisipasi dan kami berkoordinasi dengan seluruh puskesmas melalui Kepala Dinas Kesehatan. Edukasi kepada masyarakat juga terus dilakukan, terutama kebiasaan meminum air putih dan mengurangi minuman berasa,” ujarnya.
Pola makan yang salah itu mengakibatkan ginjal kronis dalam jangka panjang.
Sebelumnya, beredar informasi mengenai banyaknya pasien anak yang melakukan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Salah satunya tergambar pada Kamis (25/7/2024), saat sekitar 60 anak harus menjalani cuci darah secara rutin di RSCM.
Namun, dokter spesialis anak RSCM Eka Laksmi Hidayati menyebut, jumlah ini bukan suatu lonjakan kasus. ”Mengenai jumlahnya banyak itu adalah karena RSCM ini memang rumah sakit rujukan dan pengampu pelayanan uronefrologi. Jadi, memang banyak kami mendapat rujukan, bahkan dari luar Jakarta, dan bahkan dari luar Pulau Jawa yang datang ke sini,” kata Eka (Kompas.id, 25/7/2024).