Gempa Bumi di Kuningan, Puluhan Bangunan dan 106 Warga Terdampak
Gempa bumi di Kuningan mengakibatkan puluhan bangunan rusak dan 106 warga terdampak. Masyarakat diminta tetap waspada.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Gempa bumi dangkal yang mengguncang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis dan Jumat (25-26/7/2024), mengakibatkan puluhan bangunan rusak dan 106 warga terdampak. Masyarakat diimbau tetap waspada dan tidak terpengaruh hoaks.
Gempa dangkal itu terjadi pada Kamis pukul 17.36 WIB dengan Magnitudo 4,1. Lokasi gempanya di darat pada jarak 1 kilometer tenggara Kabupaten Kuningan dengan kedalaman 5 kilometer. Gempa susulan terjadi pada Jumat pukul 10.49 WIB dengan kekuatan 3,9 M dan kedalaman 8 km.
Getaran pada gempa dangkal di Kuningan itu dirasakan di sejumlah wilayah dengan skala II-III MMI. Getaran dengan skala tersebut terasa nyata di dalam rumah seakan ada truk yang melintas.
Hingga Sabtu (27/7/2024) pagi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan mencatat, gempa dangkal dua hari terakhir itu membuat 32 rumah rusak ringan. Kerusakan antara lain terjadi pada bagian atap dan plafon. Dua sekolah dan satu mushala juga rusak ringan karena gempa.
Adapun penduduk yang terdampak gempa mencapai 36 kepala keluarga atau 106 jiwa. Mereka berasal dari 10 desa atau kelurahan di 7 kecamatan di Kabupaten Kuningan. Daerah itu, antara lain, tersebar di Cibinuang dan Ciporang di Kecamatan Kuningan; Kertawirama (Nusaherang); serta Jagara (Darma).
Daerah paling terdampak gempa adalah Desa Cibinuang. Di desa ini tercatat 18 rumah rusak ringan serta 55 warga terdampak. Dalam gempa dua hari terakhir itu, tidak ada korban jiwa atau luka. ”Sampai saat ini tidak ada warga yang mengungsi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Indra Bayu.
Menurut dia, data puluhan bangunan rusak dan lebih dari seratus warga terdampak merupakan hasil pendataan petugas setelah menyisir daerah gempa. ”Mudah-mudahan tidak ada penambahan (data) terdampak gempa lagi. Sekiranya ada perubahan, akan kami update (perbarui) lagi,” ujarnya.
Meski gempa susulan tidak berlanjut, Indra mengimbau masyarakat tetap waspada, seperti tidak menggunakan lift atau memasuki ruangan saat gempa, serta segera ke titik kumpul yang aman. Jika berada di dalam mobil saat gempa, warga diimbau berhenti dan mencari titik aman.
Indra juga meminta masyarakat tidak terprovokasi dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pada Jumat malam, misalnya, beredar info di aplikasi percakapan bahwa akan ada letusan Gunung Ciremai serta gempa susulan yang lebih besar 14 jam kemudian.
”(Informasi) Itu adalah hoaks. Memang ada kemungkinan gempa susulan, tetapi tidak pasti kapan (terjadi),” ucap Indra. Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengidentifikasi faktor pemicu gempa bumi dan dampaknya.
Memang ada kemungkinan gempa susulan, tetapi tidak pasti kapan.
”Kami imbau masyarakat tetap bisa melaksanakan kegiatannya sehari-hari dengan waspada. Kami juga minta warga lebih bijak mendapatkan informasi,” kata Indra. Info resmi soal gempa dapat diakses di laman BMKG atau media sosial lembaga itu serta BPBD Kuningan.
Sebelumnya, Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Virga Librian mengungkapkan, gempa di Kuningan diperkirakan terjadi karena aktifnya sesar yang berada dekat dengan Kuningan. Sesar yang dimaksud adalah Baribis segmen Ciremai.
Sesar Baribis merupakan salah satu zona sesar mayor di Jawa bagian barat yang mengikuti pola pulaunya. Sesar ini membentang dari timur ke barat dengan jalur terbagi atas beberapa segmen, seperti Sungai Cipanas, Ciremai, selatan Jakarta, dan sisi timur Bekasi-Purwakarta.
Ancaman besar dari Sesar Baribis dipublikasikan dalam penelitian Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro dan tim di Scientific Reports-Nature pada 16 Juni 2022. Penelitian itu menunjukkan bahwa Sesar Baribis, jalur patahan di selatan Jakarta, aktif dan menyimpan ancaman besar (Kompas, 22/6/2022).
Studi Widiyantoro dan tim juga menunjukkan, bagian barat segmen Sesar Baribis yang aktif ini dalam kondisi terkunci. Hal itu menyebabkan kawasan ini sangat rentan terhadap gempa cukup besar di masa depan dari Sesar Baribis ketika energi regangan yang terakumulasi ini akhirnya dilepaskan.
Sesar ini pun sudah beberapa kali memicu gempa di Kuningan. Salah satunya, gempa magnitudo 2,9 dengan kedalaman 13 km pada Minggu (29/9/2019) pukul 08.56 WIB. Gempa ini menandai aktifnya Sesar Baribis yang melalui kawasan padat penduduk (Kompas, 30/9/2019).