Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dimulai di Surakarta, Sekolah Tak Tahu Harga Makanan Per Porsi
Uji coba makan bergizi gratis dimulai di Surakarta, Jateng. Namun, pihak sekolah tak tahu harga sajian per porsinya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Program makan bergizi gratis yang dicanangkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mulai diuji coba di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Namun, pihak sekolah mengaku tak tahu harga setiap porsi makanan dalam uji coba itu karena mereka hanya menerima dari perusahaan penyedia jasa pesan antar.
Terdapat sedikitnya tiga sekolah yang dijadikan sasaran uji coba di Surakarta, yaitu SD Negeri Tugu 120, SD Negeri Jagalan 81, dan SD Negeri Sanggrahan. Ketiga sekolah itu berlokasi di Kecamatan Jebres, Surakarta. Uji coba berlangsung mulai Kamis (25/7/2024).
Kepala SD Negeri Tugu 120 Nuning Harmini mengatakan, pelaksanaan uji coba makan bergizi gratis itu berjalan lancar. Pihak sekolah hanya perlu menyiapkan fasilitas tambahan guna menjaga kebersihan. Pasalnya, makanan sudah dipesan secara daring dari restoran setempat dan diantarkan dengan layanan Gojek.
”Sejauh ini tidak ada kendala. Pengiriman selalu lancar. Kami hanya mempersiapkan tempat cuci tangan dan tisu. Itu saja yang kami tambahi,” kata Nuning di sela-sela pelaksanaan uji coba.
SD Negeri Tugu 120 memperoleh 240 paket makanan untuk uji coba program tersebut. Isi paket itu terdiri dari nasi, lauk, sayur, dan buah. Lauknya berupa ayam goreng tepung yang dipotong kecil-kecil.
Soal harga paket makanan itu, Nuning mengaku tidak mengetahuinya sama sekali. Sebab, pemesanan makanan itu memakai aplikasi Gojek. Pihak sekolah juga didampingi pegawai dari perusahaan teknologi itu sewaktu memesan makanan.
”Kami hanya tinggal menerima. Jadi, dari pihak Gojek yang menentukan. Hanya kami terima jumlahnya sekian,” kata Nuning.
Hal serupa diungkapkan Kepala SD Negeri Jagalan 81 Yuni Rahayu Utami. Yuni mengaku tak mengajukan permohonan agar sekolahnya dijadikan tempat uji coba program itu. Justru ia didatangi perwakilan dari Gojek terkait program itu sekitar dua pekan lalu.
”Tahu-tahu, kami dapat tamu dari Gojek. Mereka beri tahu ada program pemberian makan siang gratis sekaligus jumlahnya,” ujar Yuni.
Yuni menambahkan, pihaknya tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta sehubungan dengan program itu. Hanya perwakilan Gojek yang berkoordinasi dengannya soal pelaksanaan uji coba.
Menu makanan yang disajikan di SD Negeri Jagalan 81 relatif mirip dengan di sekolah-sekolah lain yang menggelar uji coba tersebut. Sekotak paket makanan itu berisi nasi, lauk, sayur, dan buah. Tak lupa sekotak susu juga diberikan sebagai penambah gizi anak-anak.
Tahu-tahu, kami dapat tamu dari Gojek. Mereka beri tahu ada program pemberian makan siang gratis sekaligus jumlahnya.
Menurut Yuni, makanan yang disajikan dalam uji coba program itu lumayan bergizi. Apalagi, anak-anak diberikan menu sayuran.
”Harapannya anak-anak bisa lebih belajar makan sayur. Ini menunya lengkap dan sehat. Semoga anak-anak kami lebih sehat juga gizinya,” ujar Yuni.
Persoalan harga makan bergizi gratis sempat menjadi polemik. Hal itu dikarenakan beredarnya isu pemotongan alokasi anggaran dari Rp 15.000 per porsi menjadi Rp 7.500 per porsi. Isu itu dimunculkan ekonom Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan. Pemotongan besaran alokasi disebut untuk menghemat anggaran.
Kemunculan isu itu kemudian ditampik anggota Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono. Ia menyatakan, tidak ada rencana pemotongan anggaran makan bergizi gratis. Jatah alokasi anggarannya tetap Rp 71 triliun, sesuai yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025.
Penetapan anggaran sebesar Rp 15.000 per porsi berbasis konsensus kajian dari berbagai lembaga internasional, seperti Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef). Patokan harga yang diberlakukan sejumlah negara setara 1 dollar AS atau sekitar Rp 15.000.
”Itu (informasi tentang pemangkasan harga dan anggaran makan bergizi gratis) adalah pernyataan yang sifatnya masih spekulatif dari berbagai pihak,” kata Budi, yang juga keponakan Prabowo sekaligus adik Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono (Kompas, 19/7/2024).