Tren kenaikan permintaan kopi dunia dan merosotnya pasokan diprediksi akan membuat harga kopi robusta bertahan tinggi.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tren kenaikan permintaan kopi dunia dan merosotnya pasokan diprediksi akan membuat harga kopi robusta bertahan tinggi. Saat ini, harga kopi menuju keseimbangan baru.
Mengacu laporan Organisasi Kopi Internasional (ICO) tahun 2024, permintaan kopi global diperkirakan akan terus tumbuh dengan laju antara 2,0 persen dan 2,5 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan konsumsi kopi di masa depan. Adapun sebagian besar lonjakan konsumsi kopi dunia diperkirakan berasal dari negara berkembang.
Di sisi lain, produksi kopi di berbagai negara penghasil kopi, seperti Brasil dan Vietnam, mengalami penurunan. Perubahan iklim juga diprediksi akan mengancam produksi kopi di masa depan.
Kondisi paling ekstrem akibat perubahan iklim diperkirakan terjadi pengurangan lahan yang cocok untuk kopi hingga 50 persen pada 2050. Tantangan lainnya adalah volatilitas harga akibat berkurangnya pasokan dan kenaikan biaya produksi.
”Kenaikan harga kopi tahun ini memang lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan kami. Tentu kami harus cepat tanggap dan mengambil keputusan yang tepat untuk menyikapi situasi ini. Semua brand kopi saya rasa saat ini masih wait and see mengikuti perkembangan harga kopi,” kata Elkana Arlen Riswan (38), pemilik El’s Coffee Roastery, di Bandar Lampung, Sabtu (27/7/2024).
Konsumsi kopi masyarakat di Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu pula, ia memprediksi harga kopi masih akan bertahan tinggi dalam beberapa tahun ke depan. Kalaupun fluktuatif, harga kopi diperkirakan tidak akan turun seperti harga tahun lalu di kisaran Rp 20.000 per kilogram.
Kenaikan harga kopi robusta yang menyentuh level tertinggi tahun ini membuat para pelaku usaha di sektor hilir harus berhitung ulang. Saat ini, harga kopi robusta green bean di Lampung Rp 70.000-Rp 75.000 per kg.
Sejak harga bahan baku kopi robusta melonjak, harga jual kopi bubuk dan roasted bean di Lampung juga naik. Sebelumnya, harga jual kopi bubuk dan roasted bean masih bisa dijual Rp 85.000-Rp 100.000 per kg. Namun, saat ini, harga jualnya meningkat menjadi Rp 140.000-Rp 150.000 per kg.
Elki mengaku, kenaikan harga itu memang berdampak pada penurunan volume penjualan kopi bubuk. Keuntungan yang didapatkan pelaku usaha juga menipis. Karena itu, ia menyiapkan berbagai inovasi baru untuk meningkatkan omzet.
Salah satunya adalah dengan menawarkan produk baru, seperti kopi celup dan kopi keliling dengan merek Ketjelink. Produk kopi celup dibuat untuk konsumen yang tidak menyukai ampas kopi. Sementara kopi susu Ketjelink menggunakan gerobak dan sepeda listrik menyasar kalangan menengah dan anak-anak muda. Ia juga menyuplai produk kopi untuk pelaku usaha yang ingin membuka kedai kopi.
Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Produksi kopi tertinggi datang dari Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Sebelumnya, pengamat kopi dunia memprediksi peningkatan harga kopi robusta bakal mulai melandai tahun ini. Sebab, ada panen yang cukup besar di Brasil dan sejumlah negara penghasil kopi. Panen raya itu diperkirakan bakal menekan kenaikan harga kopi robusta sehingga takkan melewati 4.000 dollar AS per ton.
Kenyataannya, harga kopi robusta London Berjangka terus meroket. Pada Jumat (26/7/2024), harganya telah menyentuh 4.300 dollar AS. Bahkan, dalam sepekan terakhir, harga tertinggi kopi robusta berada pada rentang harga 4.500 dollar AS-4.600 dollar AS. Sampai kapan situasi ini berlanjut masih belum dapat dipastikan.
Ke depan, kopi berkualitas yang akan tetap bertahan dengan harga jual yang tinggi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Lampung Romi Junanto Utama mengatakan, harga kopi dunia dipengaruhi oleh hukum pasar. Tahun ini, lonjakan harga kopi robusta dipengaruhi oleh menurunnya pasokan kopi dari Vietnam dan Brasil. Namun, ke depan, jika pasokan di dua negara itu sudah pulih, harga kopi diperkirakan akan turun meski tidak setajam 5-10 tahun terakhir.
Karena itulah, petani kopi robusta Lampung juga harus didorong untuk menghasilkan kopi yang berkualitas agar harganya bisa terjaga. ”Ke depan kopi berkualitas yang akan tetap bertahan dengan harga jual yang tinggi,” katanya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Junanto Herdiawan mengatakan, memasuki tahun 2024, ekspor dari Provinsi Lampung secara umum belum menunjukkan kenaikan optimal. Mengacu data Harmonized System (HS), ekspor komoditas yang berasal Provinsi Lampung pada triwulan I-2024 tercatat terkontraksi 11,72 persen (year on year) dibandingkan dengan triwulan I-2023.
Kinerja ekspor pada triwulan I ditopang oleh ekspor lemak dan minyak hewan/nabatiyang tercatat tumbuh 5,12 persen (yoy) walaupun melambat dibandingkan dengan 82,25 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari negara mitra dagang utama Lampung, terutama Eropa dan Tiongkok, di tengah tingginya harga CPO dunia.
Namun, Junanto optimistis, ekspor berbagai komoditas unggulan Lampung akan tumbuh membaik tahun ini. Apalagi, provinsi Lampung merupakan kawasan pengembang komoditas unggulan, seperti kopi, kakao, dan lada. Peningkatan harga terhadap komoditas ekspor itu dapat menjadi salah satu pendorong ekonomi Lampung apabila dimanfaatkan dengan baik.
Ia menjelaskan, BI Lampung memperkirakan perekonomian Lampung tahun 2024 tumbuh pada kisaran 4,6 persen-5,1 persen di tengah masih tingginya risiko global. Peningkatan tersebut terutama didukung oleh prospek tetap kuatnya permintaan domestik sejalan dengan prospek kenaikan pendapatan, meningkatnya optimisme masyarakat dan ekspektasi pelaku usaha yang semakin baik, dan stimulus kebijakan fiskal yang ekspansif.