Harum Kopi Robusta Lampung Memikat Presiden Jokowi
Seusai Presiden memanen kopi di Lampung Barat, petani kini menunggu komitmen pemerintah mendukung komoditas kopi.
Panen raya kopi robusta Lampung tahun ini disambut meriah oleh para petani karena hasil panen melimpah dan harga melonjak. Harum kopi robusta juga memikat Presiden Joko Widodo untuk ikut merasakan panen di kebun kopi.
Kedatangan Presiden Jokowi ke kebun kopi di Pekon (Desa) Kembahang, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Jumat (12/7/2024), disambut antusias oleh warga setempat. Sejak pukul 06.00 WIB, para petani, ibu rumah tangga, pemuda, hingga anak-anak sudah berkumpul di desa yang akan didatangi presiden.
Lapangan yang difungsikan sebagai lokasi parkir mobil para pejabat daerah juga penuh sejak pagi. Pedagang kaki lima kelimpahan rezeki karena banyak warga berkumpul. Lokasi itu mendadak ramai seolah sedang ada pasar kaget.
Warga berbaris di pinggir-pinggir jalan demi bisa melihat rombongan mobil kepresidenan. Setiap orang juga sudah siap dengan gawai di tangannya masing-masing untuk mengabadikan momen langka itu.
Saprudin (67), pemilik kebun kopi, semringah karena didatangi presiden. Sejak pagi, ia bersama belasan buruh pemetik kopi sudah menongkrong di kebun. Ia mendengarkan semua instruksi dari Pasukan Pengamanan Presiden.
Kopi di kebun Saprudin memang berbuah lebat. Tak seperti petani kebanyakan yang memanen kopi lebih awal demi mengejar harga tinggi, Saprudin memilih menunggu kopi di kebunnya memerah. Ia tak menyangka jika Presiden akhirnya ikut panen kopi di kebunnya.
”Tidak semua Presiden Indonesia pernah datang ke Lampung Barat. Kami semua sangat senang dan bangga Presiden Jokowi mau datang dan panen kopi bersama petani,” ujar Saprudin. Matanya pun berkaca-kaca saat mencurahkan perasaannya.
Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Lampung Barat merupakan bagian dari rangkaian dari kunjungan kerja kepala negara ke Lampung selama dua hari, 11-12 Juli 2024. Hari sebelumnya, Presiden sudah berkunjung ke Lampung Selatan dan Lampung Utara untuk mengecek fasilitas kesehatan, pompanisasi pertanian, hingga mengecek kondisi jalan.
Presiden bertolak ke Lampung Barat dari Kabupaten Lampung Tengah dengan naik helikopter. Presiden datang dengan didampingi oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Selain itu, turut hadir Penjabat Bupati Lampung Barat Nukman dan Ketua Dewan Kopi Lampung Mukhlis Basri yang juga anggota DPR RI.
Sebelum panen kopi, Jokowi memakai sarung tangan dan membawa kinjagh atau keranjang yang terbuat dari anyaman rotan. Keranjang tersebut biasa digunakan petani saat panen kopi. Presiden pun mulai memetik biji kopi yang sudah memerah di kebun tersebut.
Saat asyik panen, Presiden juga membuat konten yang diunggah di media sosial pribadinya. Lewat video berdurasi sekitar satu menit, Presiden menyebut sedang panen kopi di Lampung Barat. Wajah Zulkifli, Amran, dan Mukhlis muncul bersama Jokowi. ”Saya panen dulu ya,” ujar Jokowi mengakhiri videonya.
Seusai panen dan berbincang dengan petani kopi, Presiden meladeni wawancara dengan awak media. Ia menekankan pentingnya memacu produktivitas kopi di Tanah Air. Pemerintah akan terus memperkuat dukungan pada komoditas kopi demi meningkatkan kesejahteraan petani.
”Kita tahu semuanya, harga kopi sekarang ini terus naik. Meskipun kadang turun, secara tahunan naik terus. Volume permintaan untuk ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan kepada Pak Menteri Pertanian agar memberikan perhatian pada komoditas kopi,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, saat ini produktivitas kopi di Tanah Air masih berkisar 1-2 ton per hektar. Presiden menginginkan agar produktivitas kopi di Tanah Air dipacu hingga dapat menyentuh 8-9 ton per hektar.
Ini tugas kita bersama, bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis.
Dengan demikian, produktivitas kopi di Indonesia diharapkan dapat melampaui negara-negara penghasil kopi lain di dunia. ”Ini tugas kita bersama, bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis,” katanya.
Presiden mengatakan, peningkatan produktivitas kopi dapat diwujudkan jika perawatan kebun dilakukan dengan baik. Selain itu, pengaturan jarak tanam yang lebih rapat dan pemberian pupuk juga harus diperhatikan. ”Kalau produktivitas per hektar naik, kesejahteraan petani kopi akan menjadi lebih baik,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Presiden menekankan pula pentingnya industrialisasi dan hilirisasi komoditas pertanian. ”Saya melihat tadi di depan sudah banyak yang packaging-nya bagus, siap untuk diekspor. Ya, seperti itu harusnya semuanya. Tidak dalam bentuk mentahan-mentahan yang sudah berpuluh tahun, beratus tahun, kita lakukan ekspor dalam bentuk mentah,” ujar Presiden.
Penjabat Bupati Lampung Barat Nukman mengatakan, kedatangan Presiden ke Lampung Barat sangat berarti bagi masyarakat Lampung Barat, khususnya petani kopi. Lawatan Presiden ke sana diharapkan semakin mendorong kejayaan kopi robusta Lampung.
Baca juga: Panen Anjlok akibat El Nino, Harga Kopi Robusta Lampung Melonjak
Kabupaten yang terletak di wilayah barat Lampung itu sudah 30 tahun tidak pernah dikunjungi oleh Presiden RI. Terakhir, Presiden Soeharto pernah berkunjung ke Lampung Barat untuk meninjau dampak gempa pada tahun 1994.
Sebelumnya, Presiden Soekarno juga pernah datang ke Lampung Barat untuk meninjau program transmigrasi pada tahun 1952. Jejak kedatangan Soekarno di daerah yang dijuluki ”Negeri Sai Betik” atau ”Bumi yang Indah” itu diabadikan dengan pembangunan Tugu Soekarno di Kecamatan Sumber Jaya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Lampung, lahan kopi di Lampung mencapai 155.165 hektar dengan total produksi 113.739 ton pada tahun 2022. Lampung Barat menjadi daerah dengan luas lahan kopi terbesar, yakni mencapai 54.096 hektar.
Total produksi kopi di kabupaten itu tercatat 55.080 ton atau rata-rata 1,1 ton per hektar. Adapun jumlah kepala keluarga yang bergantung hidup pada tanaman kopi sebanyak 36.026 keluarga atau sekitar 90 persen dari total penduduk Lampung Barat.
Ketua Dewan Kopi Lampung Mukhlis Basri mengatakan, petani kopi di Lampung sangat sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat. Dukungan yang dimaksud berupa pupuk, benih unggul, pestisida, sarana pengolahan kopi, hingga pembangunan jalan produksi.
Pohon kopi di kebun Saprudin (67), Pekon (Desa) Kembahang, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Jumat (12/7/2024).
Menurut dia, pemerintah juga harus mendorong para pengusaha atau eksportir kopi memberikan dukungan kepada petani. Apalagi, selama ini para eksportir sudah banyak diuntungkan dari usaha penjualan kopi ke luar negeri.
Mukhlis yang pernah menjabat Bupati Lampung Barat selama dua periode menyebut, keinginan Presiden Jokowi untuk mendongkrak produktivitas kopi di Tanah Air sangat baik. Tahun 2016, ia mengaku pernah mengajak sejumlah petani melakukan studi banding ke Vietnam. Produksi kopi robusta di negara tersebut pun sudah ada yang mencapai 8 ton per hektar.
”Keinginan Presiden untuk meningkatkan produktivitas itu bukan sesuatu yang terlalu ambisius. Kalau pola tanam diubah, kemungkinan akan menghasilkan seperti apa yang disampaikan Pak Presiden,” katanya.
Tahun ini, para petani kopi semangat merawat kebun kopi karena harga komoditas itu terus membaik. Momentum yang tepat untuk mendongkrak produksi kopi tahun depan.
Baca juga: Harga Tinggi, Presiden Minta Produksi Kopi Dipacu
Luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.27 juta hektar. Adapun produksi kopi di Tanah Air sebanyak 756.097 ton didominasi kopi robusta. Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menerangkan, pemerintah tahun ini meningkatkan alokasi pupuk subsidi dua kali lipat, dari 4,5 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Peningkatan kuota pupuk itu diharapkan dapat mendongkrak produktivitas komoditas unggulan, termasuk kopi.
Seusai Presiden panen kopi di Lampung Barat, para petani tentu menunggu komitmen pemerintah pusat mendukung komoditas kopi. Kesejahteraan akan semakin dirasakan petani kopi ketika hasil panen melimpah.