Di Lampung Presiden Jokowi Tekankan Pentingnya Pacu Produktivitas Kopi
Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya memacu produktivitas kopi Tanah Air yang kini berkisar 1-2 ton per hektar.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
LAMPUNG BARAT, KOMPAS — Di tengah kenaikan harga kopi dunia, Presiden Joko Widodo menekankan soal pentingnya memacu produktivitas kopi di Tanah Air. Pemerintah akan terus memperkuat dukungan pada komoditas kopi demi meningkatkan kesejahteraan petani.
”Kita tahu semuanya, harga kopi sekarang ini terus naik, meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus. Volume permintaan untuk ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan kepada Pak Menteri Pertanian agar memberikan perhatian pada komoditas kopi,” kata Presiden Jokowi saat meninjau perkebunan kopi di Desa Kembahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Jumat (12/7/2024).
Menurut Presiden, saat ini produktivitas kopi di Tanah Air masih berkisar 1-2 ton per hektar. Presiden menginginkan agar produktivitas kopi di Tanah Air dipacu hingga dapat menyentuh 8-9 ton per hektar. Dengan begitu, produktivitas kopi di Indonesia diharapkan dapat melampaui negara-negara penghasil kopi lain di dunia. ”Ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis,” katanya.
Ia mengatakan, peningkatan produktivitas kopi dapat diwujudkan jika perawatan kebun dilakukan dengan baik. Selain itu, pengaturan jarak tanam yang lebih rapat dan pemberian pupuk juga harus diperhatikan. ”Kalau produktivitas per hektar naik, kesejahteraan petani kopi akan menjadi lebih baik,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi menambahkan, pemerintah telah meningkatkan alokasi pupuk subsidi hingga hampir dua kali lipat untuk memacu sektor pertanian. Ia juga menyebut telah memantau penyaluran pupuk subsidi untuk petani, khususnya untuk tanaman padi. ”Kopi saya belum lihat apakah ada masalah pupuk,” ujarnya.
Presiden didampingi sejumlah menteri saat kunjungan kerja ke Lampung Barat. Tampak hadir Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Selain itu, hadir juga Penjabat Gubernur Lampung Samsudin dan Penjabat Bupati Lampung Barat Nukman.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menekankan pentingnya industrialisasi dan hilirisasi komoditas pertanian. ”Saya melihat tadi di depan sudah banyak yang packaging-nya bagus, siap untuk diekspor. Ya, seperti itu harusnya semuanya. Tidak dalam bentuk mentahan-mentahan yang sudah berpuluh tahun, beratus tahun kita lakukan ekspor dalam bentuk mentah,” katanya.
Hilirisasi harus dilakukan untuk komoditas pertanian lain, seperti cokelat atau kakao dan sawit. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapat nilai tambah dari pengolahan komoditas pertanian.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menerangkan, luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hektar. Adapun produksi kopi Tanah Air mencapai 756.097 ton, yang didominasi kopi robusta. Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia.
Adapun alokasi pupuk subsidi tahun 2024 mencapai 9,5 juta ton. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang tercatat 4,5 juta ton.
Adapun luas kebun kopi di Lampung mencapai 155.165 hektar. Lampung menjadi daerah penghasil kopi terbesar kedua setelah Sumatera Selatan dengan total produksi sebanyak 108.069 ton per tahun.
”Yang menarik adalah petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budidaya kopi robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton per hektar atau di atas produktivitas rata-rata nasional 0,813 ton per hektar,” kata Amran.
Harga kopi diprediksi masih akan mengalami kenaikan tahun ini karena adanya penurunan produksi di sejumlah negara penghasil kopi di dunia. Petani kopi pun didorong untuk melakukan mitigasi demi menjaga stabilitas produksi kopi di masa depan.
Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 1,14 juta dollar AS dengan volume 437.560 ton. Nilai ekspor tersebut naik 33,76 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 858.560 dollar AS dengan volume 387.260 ton.
Saprudin (67), petani kopi di Desa Kembahang, mengatakan, saat ini harga kopi di tingkat petani berkisar Rp 70.000-Rp 72.000 per kilogram. Sebagian besar petani masih menjual biji kopi kepada pengepul dalam bentuk mentah.
Ia mengatakan, kedatangan Presiden Jokowi ke Lampung Barat membuat petani kopi lebih bersemangat. Ia berharap pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sarana dan prasarana untuk pengolahan kopi, seperti alat untuk menjemur kopi, mesin pengering kopi, hingga mobil pengangkut pupuk untuk mempermudah petani kopi.