Akankah Khofifah-Emil Melawan Bumbung Kosong di Pilkada Jatim?
Akankah pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak bertarung melawan bumbung kosong di Pilgub Jatim?
Pendaftaran calon kontestan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2024 kurang 45 hari lagi. Namun, belum ada sosok penantang pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak. Akankah petahana bertarung melawan bumbung kosong?
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur menjadi barometer politik nasional. Hal itu karena jumlah pemilihnya besar, yakni sekitar 31 juta orang. Jumlah pemilih tersebut merupakan yang terbesar kedua setelah Provinsi Jawa Barat.
Dari sisi ekonomi, pemilihan pemimpin di Jatim juga sangat penting. Hal itu tak lepas dari kontribusi Bumi Majapahit ini yang mencapai 14 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Jatim juga lumbung pangan nasional untuk komoditas beras, telur, daging ayam broiler, sapi potong, kambing, hingga susu sapi.
Karena itulah mencari pemimpin untuk Jatim merupakan pekerjaan rumah yang tidak mudah. Pilgub Jatim yang digelar bersamaan dengan pemilihan kepala daerah di 38 kabupaten dan kota di provinsi berjuluk ”Brang Wetan” ini merupakan ajang untuk mencari pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat.
Baca juga: Semarak Pilgub Jatim meski Baru Khofifah dan Emil yang Kembali Ingin Maju
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jatim menjadwalkan pendaftaran pasangan calon pada 27-29 Agustus 2024 atau kurang 45 hari lagi. Namun, hingga kini, pasangan calon yang sudah mendeklarasikan diri sebagai kontestan Pilgub Jatim 2024 baru Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.
Pasangan gubernur dan wakil gubernur periode 2019-2024 itu mendapat dukungan dari enam partai politik, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Terbaru, pada Rabu (10/7/2024) malam Partai Demokrat menyerahkan surat rekomendasi kepada pasangan Khofifah-Emil untuk maju di Pilkada Jatim 2024.
Parpol pendukung Khofifah-Emil masih berpeluang bertambah mengingat ada beberapa parpol yang belum menentukan sikap politik dalam Pilgub Jatim. Mereka adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dari empat partai yang belum menentukan sikap, hanya PKB yang bisa mengusung calon sendiri karena memiliki 27 kursi di DPRD Jatim. Sementara PDI-P, Nasdem, dan PKS harus berkoalisi karena perolehan kursinya dalam Pemilu Legislatif 2024 lalu belum memenuhi syarat minimal untuk mengusung calon sendiri.
PDI-P yang pada Pileg 2019 meraih 27 kursi harus kehilangan enam kursinya sehingga menjadi 21 kursi pada Pileg 2024 ini. Nasdem memiliki 10 kursi, sedangkan PKS memiliki 5 kursi di DPRD Jatim. Untuk mengusung calon sendiri dalam Pilgub Jatim minimal punya 20 persen kursi dari total 120 kursi DPRD Jatim atau 24 kursi.
Baca juga: Sah, Demokrat Usung Khofifah-Emil di Pilgub Jatim
Wakil Sekretaris DPW PKS Jatim Utomo mengatakan, partainya terus berkomunikasi secara intens dengan seluruh parpol dan para calon kontestan. Hasil komunikasi itu dilaporkan kepada DPP PKS sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sikap.
”Mekanisme pilgub ini diputuskan di DPP. (Hingga saat ini) belum ada keputusan PKS terkait calon gubernur Jatim,” ujar Utomo pada acara Bincang Politik Pilgub Jatim 2024, Rabu (11/7/2024), di Surabaya.
Sekretaris DPD PDI-P Jatim Sri Untari Bisowarno mengaku belum bisa memastikan apakah partainya akan menjadi penantang atau juga ikut mendukung pasangan Khofifah dan Emil. Pihaknya menunggu keputusan dari DPP PDI-P dan arahan dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Apakah sikap PDI-P itu mengindikasikan tidak cukup percaya diri untuk menantang Khofifah-Emil? Mengingat selain merupakan salah satu partai besar di Tanah Air, partai berlambang banteng ini juga memiliki banyak kader potensial, seperti Tri Rismaharini, Pramono Anung, Abdullah Azwar Anas, Djarot Saiful Hidayat, serta Krisdayanti.
Untari berdalih pihaknya harus teliti, cermat, dan berhati-hati agar bisa mendapatkan calon yang baik. Di luar itu, partainya sedang mendengarkan masukan dari berbagai kalangan seperti ulama dan tokoh-tokoh pemegang simpul-simpul di Jatim.
”Akhir Juli partai baru mulai fokus menggarap Pilgub Jatim. Pada akhir Juli nanti akan dilihat potensinya jika PDI-P menjadi penantang. Kita tidak boleh ngawur, melainkan harus diukur secara rasional berdasarkan hasil survei dan masukan tokoh,” tegas Untari.
Strategi lain, membangun komunikasi politik dengan PKB seperti yang sudah dilakukan oleh Ketua DPD PDI-P Jatim Said Abdullah. Said sudah berbicara dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar, tetapi belum sampai pada tahap serius duduk bareng memutuskan calon yang akan diusung.
Akhir Juli partai baru mulai fokus menggarap Pilgub Jatim. Pada akhir Juli nanti akan dilihat potensinya jika PDI-P menjadi penantang.
Untari menambahkan, tantangan lain ialah mencari calon yang bersedia maju pada Pilgub Jatim 2024. Menurut dia, semua anggota legislatif terpilih sudah ditawari maju di Pilgub Jatim, tetapi tidak ada yang bersedia karena disyaratkan harus mundur sebagai anggota legislatif terpilih.
”Kalau mereka tidak perlu mundur, saya kira ramai yang berminat. Tetapi, kalau ada syarat mundur dulu, mana mau orang habis bertempur disuruh bertempur lagi,” ucap Untari.
Dia menambahkan, untuk memenangi kontestasi di Pilgub Jatim 2024 tidak hanya diperlukan sosok yang memiliki kapabilitas bagus. Elektabilitas juga harus tinggi serta memiliki ”isi tas” yang tebal. Hal itu tak lepas dari praktik politik uang yang semakin meningkat di Pemilu 2024 lalu.
Bumbung kosong
Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Fahrul Muzaqqi, mengatakan, jika tidak ada parpol yang mengajukan penantang, Pilgub Jatim akan diwarnai dengan bumbung kosong. Artinya, pasangan Khofifah dan Emil akan melawan bumbung kosong sesuai ketentuan perundang-undangan.
Dari sisi demokrasi, hal itu tidak ada masalah. Melawan bumbung kosong atau melawan penantang, prosesnya tetap demokratis. Hanya, pesta demokrasi lima tahunan ini akan menjadi kurang menarik jika tidak ada penantang pasangan Khofifah dan Emil.
Meski demikian, Fahrul tetap meminta masyarakat menyalurkan hak politiknya secara rasional. Hak suara harus tetap disalurkan agar tidak lantas mengurangi tingkat partisipasi pemilih.
”Perlawanan terhadap bumbung kosong ini akan menjadi bagian dari evaluasi demokrasi di Jatim juga kinerja para pemimpinnya. Namun, harapannya akhir Juli 2024 sudah muncul penantang Khofifah-Emil,” ucap Fahrul.
Fahrul mengakui tidak mudah mencari sosok penantang Khofifah-Emil di waktu yang sempit. Berkaca dari pengalaman Khofifah, untuk berhasil memenangi Pilgub 2018 dibutuhkan proses yang sangat panjang. Khofifah pernah mengalami kekalahan sebanyak dua kali berturut-turut saat maju di Pilgub Jatim.
Lantas bagaimana sikap partai pendukung pasangan Khofifah-Emil seandainya harus menghadapi bumbung kosong? Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jatim Pranaya Yudha mengatakan pihaknya akan menyambut gembira ketika pasangan calon yang didukungnya tidak berhadapan dengan bumbung kosong.
Hal itu juga akan menjadi motivasi yang baik bagi Khofifah-Emil ketika mereka nantinya kembali memenangi Pilgub Jatim 2024. Bagi partai beringin ini, dukungan terhadap pasangan petahana sudah pernah diberikan pada Pilkada 2018. Dukungan kembali diberikan karena pasangan ini memiliki rapor kinerja yang bagus selama memimpin Jatim.
Sikap serupa disampaikan Wakil Ketua Gerindra Jatim Kharisma Febriansyah. Gerindra mengapresiasi capaian kinerja Pemprov Jatim di bawah kepemimpinan Khofifah-Emil dan tidak ingin pasangan calon yang didukungnya melawan bumbung kosong di pilgub tahun ini.
”Bu Khofifah ini orang, punya kemampuan. Masak yang dilawan bumbung kosong. Kan, tidak memanusiakan manusia,” ucap Kharisma yang optimistis partai-partai lain akan memiliki strategi sendiri dalam mengisi pesta demokrasi di Jatim.
Terlepas dari polemik terkait sosok penantang Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak, pesta demokrasi lima tahunan di Jatim harus sukses melahirkan pemimpin yang mampu membawa kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan warga. Jangan sampai rakyat dirugikan mengingat biaya Pilkada Jatim 2024 ini hampir mencapai Rp 1 triliun.