Coklit Data Pemilih di Cimahi, Petugas Temukan Rumah Sempit Dihuni 14 Keluarga
Petugas menemukan rumah kecil di Kota Cimahi yang dihuni 14 keluarga atau 25 orang. Kondisi rumah itu dinilai tak layak.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Kondisi sebuah rumah seluas 77 meter persegi yang dihuni 14 keluarga atau 25 orang di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (10/7/2024).
CIMAHI, KOMPAS — Petugas pemutakhiran data pemilih Pilkada 2024 menemukan sebuah rumah kecil yang dihuni 14 keluarga yang terdiri dari 25 orang di Kota Cimahi, Jawa Barat. Temuan ini diperoleh saat petugas melaksanakan pencocokan dan penelitian data pemilih di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, pada pekan lalu.
Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Citeureup Mohammad Deffie Munandar, Rabu (10/7/2014), mengungkapkan, petugas menemukan rumah yang dihuni 14 keluarga itu saat melaksanakan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih pilkada pada 2 Juli 2024.
Deffie memaparkan, berdasarkan data kartu keluarga, rumah itu disebut dihuni 18 keluarga atau 46 orang. Namun, berdasarkan pengecekan petugas, hanya 14 keluarga yang bermukim di rumah itu, sedangkan empat keluarga lain telah lama pindah ke rumah kontrakan di kelurahan tersebut.
Adapun pemilik rumah itu bernama Memet dan telah meninggal. Sebanyak 14 keluarga yang tinggal di rumah itu masih berkerabat dengan Memet. Mereka tinggal berdesakan di rumah berukuran 77 meter persegi.
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Perwakilan dari Dinas Permukiman dan Kawasan Perumahan Kota Cimahi menemui penghuni rumah yang ditempati 14 keluarga atau 25 orang di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (10/7/2024).
”Kondisi mereka memprihatinkan dan tinggal berdesakan di satu rumah. Bahkan, ada anggota keluarga yang tidur di plafon rumah,” ungkap Deffie.
Deffie menuturkan, dari hasil coklit data pemilih sesuai kartu keluarga, di rumah tersebut hanya terdapat 34 orang yang memenuhi syarat untuk memilih dalam pilkada. Sementara itu, sebanyak 12 orang lainnya tak bisa memilih karena masih di bawah usia 17 tahun.
”Perwakilan Pemerintah Kota Cimahi telah mendatangi rumah itu. Mereka akan mencari solusi terkait masalah tersebut,” tuturnya.
Sekretaris Daerah Kota Cimahi Dikdik Suratno Nugrahawan mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti masalah rumah yang dihuni belasan keluarga di Kelurahan Citeureup. Dikdik pun telah meninjau rumah tersebut pada Rabu ini.
Petugas pemutakhiran data pemilih memasang stiker pencocokan dan penelitian data pemilih pilkada di rumah yang ditempati 14 keluarga atau 25 orang di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, pada 2 Juli 2024.
Dikdik menyebut, jumlah warga yang bermukim di rumah itu hanya 14 keluarga atau 25 orang, bukan 46 orang seperti pemberitaan di media massa. Meski begitu, dia mengakui kondisi rumah itu memprihatinkan.
”Berdasarkan hasil peninjauan langsung terhadap kondisi rumah tersebut, memang cukup memprihatinkan. Kami akan menangani masalah ini,” ujarnya.
Kondisi mereka memprihatinkan dan tinggal berdesakan di satu rumah. Bahkan ada anggota keluarga yang tidur di plafon rumah
Kepala Seksi Penataan, Pengendalian Perumahan, dan Permukiman Dinas Permukiman dan Kawasan Perumahan Kota Cimahi Beni Gunadi, menambahkan, pihaknya telah bertemu dengan pemilik rumah dan menawarkan sejumlah solusi. Menurut Beni, kondisi rumah itu tidak layak untuk dihuni hingga belasan keluarga.
”Kami menawarkan program rehabilitasi rumah hingga pindah ke rumah susun milik Pemkot Cimahi. Mereka harus menentukan keputusan karena rumah ini hanya bisa dihuni sembilan orang,” ucap Beni.
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA
Kepala Seksi Penataan, Pengendalian Perumahan, dan Permukiman Dinas Permukiman dan Kawasan Perumahan Kota Cimahi, Beni Gunadi, meninjau sebuah rumah yang dihuni 14 keluarga atau 25 orang di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (10/7/2024).
Dewi (37), salah seorang penghuni rumah, menuturkan rumah itu adalah peninggalan kakeknya. Ibu dari empat anak tersebut menuturkan, keluarganya masih berdiskusi terkait tawaran perbaikan rumah atau pindah ke rumah susun dari Pemkot Cimahi.
”Selama ini kami belum bisa memiliki rumah dengan layak karena terkendala biaya. Terkait solusi dari Pemkot Cimahi, kami perlu untuk berbicara dengan seluruh ahli waris rumah ini,” ungkap Dewi saat ditemui pada Rabu ini.