Balai Latihan Kerja untuk Menjawab Kebutuhan Industri Batam
Kementerian Ketenagakerjaan mendirikan Balai Latihan Kerja di Batam. Menyelaraskan kebutuhan industri setempat.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Balai Latihan Kerja milik Kementerian Ketenagakerjaan mulai beroperasi mendidik 80 siswa di Batam, Kepulauan Riau. Pusat pelatihan itu dirancang untuk menghasilkan tenaga terampil bagi industri manufaktur dan pariwisata.
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi, Rabu (10/7/2024), mengatakan, butuh waktu 7 tahun untuk membangun Balai Latihan Kerja (BLK) di Batam. Yang paling sulit adalah menentukan materi pelatihan yang bisa langsung terserap industri di Batam.
Ia menuturkan, BLK Batam menyediakan pelatihan las, kelistrikan (programable logic controller/PLC), pariwisata (housekeeping), dan barista. Masing-masing kelas pelatihan itu menerima peserta 16 orang.
Salah satu peserta latihan kerja di BLK Batam, Muhammad Irfansyah (20), mengatakan, dirinya telah lulus SMA sejak 2023, tetapi hingga kini belum mendapat pekerjaan. Kini, ia memilih untuk berlatih mengelas selama 420 jam atau sekitar 1,5 bulan.
”Di Batam, lowongan yang banyak itu jadi welder (tukang las) di shipyard (galangan kapal). Kebutuhan welder tinggi, tetapi sedikit yang punya skill ini," kata Irfansyah.
Pada awal 2024, Ketua Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Kepri Ali Ulai menyatakan, di Batam terdapat sekitar 110 galangan kapal. Galangan kapal di Batam membutuhkan lebih dari 5.000 tukang las terampil.
Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Kepri Adi Prihantara menilai, materi latihan di BLK Batam harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan industri sekitar. Dengan demikian, ia berharap calon tenaga kerja lulusan BLK Batam dapat langsung terserap pasar.
Di Batam, lowongan yang banyak itu jadi welderdishipyard.Kebutuhan welder tinggi, tetapi sedikt yang punya skill ini.
Kepala Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Medan yang membawahi BLK Batam, Andri Susila, menambahkan, ke depan pihaknya akan menambah satu kelas lagi untuk pelatihan mekatronika. Ini melihat banyaknya industri berteknologi tinggi di Batam, antara lain perakitan telepon pintar dan alat elektronik lain.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, dalam sambutan saat meresmikan BLK Batam, mengatakan, tantangan menyiapkan bonus demografi untuk menuju Indonesia Emas 2045 amat berat. Menurut dia, pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi membuat lompatan bersama demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
”Pemerintah Provinsi Kepri dan Pemerintah Kota Batam jangan segan untuk ikut mengalokasikan biaya pelatihan (BLK Batam) lewat APBD. Kami juga akan mengucurkan dana, tetapi akan lebih maksimal jika pemerintah daerah bisa bersinergi,” kata Ida.
Ia menuturkan, setelah menikmati puncak bonus demografi pada 2045, Indonesia akan dibebani populasi yang didominasi kelompok lansia. Oleh karena itu, saat ini merupakan waktu paling tepat untuk memaksimalkan SDM Indonesia.
”Itu memang tidak mudah karena kita menghadapi tantangan dari dunia yang terus berubah. Ada jenis-jenis pekerjaan yang hilang, tetapi ada lebih banyak pekerjaan baru yang muncul. Yang menjadi pertanyaan apakah SDM Indonesia sudah siap,” ujar Ida.
Saat ini 56 persen calon tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan SMP ke bawah. Adapun yang berpendidikan SMA justru menyumbang 12 persen dari total angka pengangguran Indonesia.
Menurut Ida, masalah pengangguran di Indonesia tidak cukup diselesaikan dengan pembangunan sarana dan prasarana. Yang paling dibutuhkan adalah membangun kemitraan dengan industri agar tenaga kerja yang ada dapat terserap maksimal.
”Pendidikan dan pelatihan vokasi harus sesuai dengan (kebutuhan) industri. Maka, saya berharap industri dapat terus mengambil bagian dalam pelatihan di BLK Batam,” ucapnya.