Ekspor RI ke Timor Leste melalui PLBN Motaain di NTT Capai Rp 82,05 Miliar Per Bulan
Motaain di perbatasan NTT-Timor Leste menjadi PLBN di Indonesia dengan nilai ekspor tertinggi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Ekspor dari Indonesia ke Timor Leste melalui Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, terus meningkat. Proses pelayanan yang cepat dan biaya yang lebih murah menjadi alasan gerbang Motaain jadi pilihan banyak eksportir.
Berdasarkan data dari PLBN Motaain yang dihimpun, Selasa (2/7/2024) pagi, sepanjang tahun 2023, nilai ekspor paling tinggi terjadi bulan Oktober, yakni Rp 82,05 miliar. Adapun nilai ekspor terendah tahun 2023 terjadi pada bulan April, yakni Rp 36,61 miliar.
Sepanjang empat bulan pertama 2024, nilai ekspor tertinggi pada Maret, yakni Rp 57,83 miliar, sedangkan terendah pada April 2024, yakni Rp 41,78 miliar. Kendaraan pengangkut komunitas ekspor yang melewati pos tersebut rata-rata 500 unit setiap bulan.
Kepala PLBN Motaain Engelberthus Klau mengatakan, nilai ekspor melalui Motaain terus meningkat sejak PLBN diresmikan pada akhir 2016. Sempat melorot ketika pandemi Covid-19, nilai ekspor mulai meroket sejak 2022. Kenaikan setiap tahun diperkirakan 10 persen. PLBN Motaain bahkan menjadi PLBN di Indonesia dengan nilai ekspor tertinggi.
Jenis komoditas yang diekspor di antaranya laptop, printer, air meneral, obat, semen, sayuran, batako, senjata, besi beton, kertas nasi, furnitur, cabai, telur, kosmetik, dan pakaian dalam. Selain itu, ada juga garam, perkakas plastik, kacang kedelai, keramik, dan pakan anjing.
Menurut Klau, jalur darat melalui Motaain masih menjadi primadona karena lebih murah jika dibandingkan jalur laut. Lewat Motaain, kendaraan dari Indonesia langsung ke gudang penyimpanan barang di Timor Leste. Proses administrasi di PLB Motaain juga singkat, tidak sampai 15 menit.
”Menurut para eksportir, jika menggunakan jalur laut, proses bongkar muat di pelabuhan sangat mahal. Juga butuh waktu yang lama dan banyak lagi risiko,” kata Klau.
Pelintas
Tak hanya komoditas ekspor, jumlah pelintas juga cukup banyak. Sepanjang tahun 2023, total pelintas di PLBN Motaain sebanyak 258.778 orang. Mereka terdiri dari warga negara Indonesia yang datang 61.846 orang dan berangkat sebanyak 63.899 orang, serta warga negara asing yang datang 67.775 orang dan berangkat 65.368 orang.
Saat ini pelintas setiap hari berkisar 700 orang dan khusus akhir pekan menyentuh hingga 1.000 orang. Di akhir pekan, pelintas kebanyakan datang dari Timor Leste. Sebagian besar datang untuk belanja dan makan di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu. Mereka pergi pada Sabtu kemudian kembali ke Timor Leste keesokan harinya. Perjalanan dari Dili ke Atambua memakan waktu sekitar tiga jam.
”Ada juga yang datang untuk bertemu keluarga,” kata Marsel Taek (35), warga Atambua.
Warga berbeda negara itu terlibat hubungan kawin-mawin sejak dulu. Mereka juga punya kesamaan bahasa, yakni Tetun. Dulu, Timor Leste merupakan bagian dari Indonesia sebelum berpisah lewat jajak pendapat tahun 1999.
Warga yang tinggal di dekat garis batas dalam radius 10 kilometer boleh melintasi perbatasan hanya bermodalkan pas lintas batas, sebagaimana kebijakan pemerintah dari kedua negara. Pas lintas batas diperoleh berdasarkan rekomendasi dari pemerintah lokal, seperti kepala desa.
Untuk meningkatkan arus pelintasan orang, saat ini sudah beroperasi lima bus rute Kupang-Dili dengan waktu tempuh paling cepat sembilan jam. Bus yang dikelola pihak swasta itu beroperasi setiap hari dengan ongkos Rp 350.000 per penumpang.
Menurut para eksportir, jika menggunakan jalur laut, proses bongkar muat di pelabuhan sangat mahal. Juga butuh waktu yang lama dan banyak lagi risiko.
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II NTT Robert NI Tail mengatakan, sebagian besar pengguna bus adalah warga Timor Leste. Dengan bus, mereka menghemat pengeluaran ketimbang menggunakan pesawat udara.
Contohnya, jika warga Timor Leste hendak bepergian ke Bali. Harga tiket untuk penerbangan Dili ke Bali sekitar Rp 4 juta. Jika transit lebih dulu ke Kupang menggunakan bus lalu lanjut dengan pesawat ke Bali, biaya yang dikeluarkan kurang dari Rp 2,5 juta.