Polisi Selidiki Kecelakaan Berulang di IMIP Morowali, Pemerintah Harus Tegas
Polisi dalami sebab utama kecelakaan di tungku PT ITSS di IMIP, Morowali. Tungku ini meledak lagi setelah Desember lalu.
KENDARI, KOMPAS — Kepolisian menyelidiki semburan uap panas yang menyebabkan terlukanya dua karyawan di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Aparat penegak hukum dan pemerintah juga didesak tegas menindak dan mengevaluasi menyeluruh perusahaan karena kecelakaan itu terus berulang.
Kecelakaan di area tungku itu juga terjadi pada Desember 2023. Hingga kini, penyebabnya masih didalami. Belum lagi terungkap, kecelakaan tungku kembali terjadi.
”Sampai hari ini kami masih melakukan penyelidikan mendalam. Tim masih berada di lapangan untuk melakukan olah TKP, dipimpin Kasatreskrim. Mereka mengecek tempat kejadian dan mengumpulkan barang bukti,” kata Kapolres Morowali Ajun Komisaris Besar Suprianto, dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (15/6/2024).
Berdasarkan keterangan sementara, lanjutnya, kecelakaan terjadi pada Kamis (13/6/2024), sekitar pukul 22.00 Wita. Saat itu, pekerja sedang membersihkan kerak baja di lantai tungku PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Tungku tersebut adalah lokasi yang sama yang meledak pada Desember 2023.
Para pekerja memotong kerak baja dengan mesin las oksigen untuk memudahkan pembersihan. Setelah dipotong, kerak baja tersebut panas karena beradu dengan mesin las. Akan tetapi, pekerja lalu menyiram potongan tersebut dengan air. Uap panas menyembur dan mengenai dua pekerja.
Menurut Suprianto, pihaknya belum bisa menyimpulkan faktor penyebab utama hingga semburan terjadi. Termasuk juga dengan keputusan menyiram kerak baja dengan air, yang idealnya ditunggu hingga dingin.
”Apakah ini murni kecelakaan, atau kelalaian, semuanya masih berproses. Kami juga masih memeriksa saksi-saksi, dan tentunya pihak manajemen. Mulai dari pengawas, yang bertanggung jawab terhadap keamanan, dan manajemen,” tuturnya.
Kecelakaan yang menyebabkan dua pekerja terluka ini terjadi kurang dari enam bulan dari ledakan dahsyat pada Desember 2023. Saat itu, sebanyak 21 orang tewas dan 30 orang lainnya terluka. Sebagian dari mereka masih menjalani rawat jalan.
Pascainsiden, polisi menetapkan dua tenaga kerja asal China sebagai tersangka, yaitu ZG (41), pengawas keuangan sekaligus supervisor furnace (tungku pembakaran di PT Zhao Hui Nikel), serta Z (35), wakil supervisor di PT Ocean Sky Metal Indonesia (OSMI). Dalam hal ini, PT ITSS meminta keduanya untuk membantu di PT ITSS. Adapun PT ITSS adalah salah satu penyewa dan rekanan yang beroperasi di kawasan PT IMIP.
Baca juga: Perbaiki Tungku Bekas Ledakan, Dua Pekerja IMIP di Morowali Kembali Jadi Korban
Juru kampanye energi Trend Asia Arko Tarigan menyampaikan, insiden berulang ini seharusnya tidak terjadi jika mekanisme keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditegakkan dengan baik. Seharusnya kecelakaan kerja yang dahsyat di PT ITSS sebelumnya memberikan pelajaran yang cukup untuk perbaikan kinerja keselamatan di lapangan.
Pemerintah seharusnya membuat perusahaan jera.
Trend Asia mencatat selama periode 2015-2023 terjadi 93 insiden kecelakaan kerja di semua smelter nikel di Indonesia. PT ITSS merupakan penyumbang tertinggi angka kematian pekerja. Itu termasuk dalam insiden ledakan di perusahaan itu pada Desember lalu yang mengakibatkan 21 korban tewas dan 30 pekerja terluka.
”Hal ini menitikberatkan masalah impunitas yang dialami perusahaan dalam isu keamanan, termasuk atas insiden-insiden yang lalu. Pemerintah seharusnya membuat perusahaan jera,” katanya.
Solusinya bukan dengan cara semata membayar ganti rugi, apalagi menjadikan buruh sebagai kambing hitam melalui pemidanaan. Ia mendesak agar kepolisian, kementerian, dan dinas terkait harus mampu memaksa ada perubahan praktik industri yang lebih baik dan dilakukan secara transparan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, perusahaan dianjurkan untuk melakukan beberapa perbaikan esensial guna meningkatkan keselamatan operasional, termasuk penyusunan peta risiko di area tungku pembakaran dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat.
Selain itu, perusahaan juga perlu memastikan implementasi perbaikan sesuai dengan prosedur standar operasional (SOP) yang memiliki struktur tanggung jawab berjenjang serta melakukan kalibrasi berkala terhadap alat ukur suhu dan arus listrik.
Dua orang korban dalam perawatan, satu luka ringan, dan satu agak berat karena mengalami luka bakar di wajah.
Sebagai respons terhadap kejadian ini, lanjut Agus, Kemenperin telah meminta klarifikasi dari pengelola IMIP, tetapi mereka tidak dapat hadir karena sedang melakukan investigasi. Kemenperin akan berkoordinasi dengan manajemen ITSS dan IMIP untuk memastikan ketaatan terhadap regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Langkah ini dilakukan untuk menegakkan standar yang tepat dalam industri smelter yang memiliki risiko tinggi. ”Jika diperlukan, Kemenperin akan melakukan inspeksi ke lokasi,” tambah Agus (Kompas, 15/6/2024).
Baca juga: Kemenperin Sudah Beri Rekomendasi Perbaikan, Kecelakaan Kerja Smelter Tetap Berulang
Karyawan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulteng, menggelar simulasi evakuasi karena gempa, beberapa waktu lalu.
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menjelaskan, kecelakaan kerja itu memang terjadi di sekitar tungku yang meledak medio Desember 2023. Karyawan sedang berusaha membersihkan tungku yang menurut rencana akan digunakan kembali. Proses pembersihan dan perbaikan tungku ini berjalan tiga hari terakhir.
”Dua orang korban dalam perawatan, satu luka ringan, dan satu agak berat karena mengalami luka bakar di wajah. Hingga saat ini kondisi keduanya semakin baik, tapi tetap dalam pemantauan dokter,” katanya, Sabtu siang.
Terkait penyelidikan yang berlangsung, Dedy menyampaikan, didampingi tim keamanan perusahaan, polisi telah memeriksa enam saksi yang melihat langsung kejadian tersebut. Tim, termasuk manajemen dan petugas kepolisian, juga telah mendatangi tempat kejadian perkara. Manajemen mendukung penyelidikan sesuai kebutuhan kepolisian.