Perbaiki Tungku Bekas Ledakan, Dua Pekerja IMIP di Morowali Kembali Jadi Korban
Ledakan kembali terjadi di tungku yang meledak akhir 2023 di PT IMIP, Morowali. Dua pekerja kembali jadi korban.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS, BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kecelakaan kerja berupa semburan uap panas terjadi di kawasan PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, Kamis (13/6/2024), pukul 22.00. Lokasinya di salah satu area tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), yang meledak akhir Desember 2023.
Akibat semburan uap panas itu, dua pekerja terluka sehingga harus dirawat intensif. Ironisnya, kecelakaan kerja ini terjadi saat karyawan berusaha membersihkan lantai tungku yang meledak akhir tahun lalu. Saat itu, puluhan pekerja meninggal.
Ketua Serikat Buruh Industri, Pertambangan, dan Energi (SBIPE) IMIP Henry, saat dihubungi dari Kendari pada Jumat (14/6/2024), menyampaikan, dua pekerja yang terluka adalah Jekmaryono dan Yudarlan. Keduanya kini dirawat di RSUD Bungku, Morowali.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, kata Henry, insiden ini terjadi saat kedua pekerja berusaha menghilangkan gumpalan sisa kerak baja dari kejadian ledakan di tungku yang sama tahun lalu. Saat hendak mencairkan gumpalan baja yang membeku, pekerja diperintah supervisor untuk menyiram lelehan panas dengan air. Saat proses menyiram itu, ledakan lantas terjadi.
Kejadian ini, tambah Henry, menambah panjang kecelakaan kerja di kawasan PT IMIP. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbaikan berarti yang dilakukan perusahaan. Situasi tersebut membuat perlindungan terhadap buruh berkurang sehingga kecelakaan yang sama terulang, bahkan di bagian dan tempat sama.
”Oleh karena itu, sangat penting dilakukan audit menyeluruh melalui tim independen yang melibatkan serikat buruh, sebagaimana yang kami sampaikan saat tragedi ITSS pada Desember 2023,” ucap Henry.
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menjelaskan, kecelakaan kerja terjadi di sekitar tungku yang meledak Desember 2023. Karyawan sedang berusaha membersihkan tungku untuk rencananya digunakan kembali. Proses pembersihan dan perbaikan tungku ini sudah berjalan dalam tiga hari terakhir.
Pada Kamis malam, terang Dedy, sejumlah pekerja mendapat tugas untuk membersihkan lantai pabrik dari lelehan kerak baja yang mengeras. Pekerja memotong kerak dengan alat khusus serupa las. Lelehan di lantai lalu dipotong kotak-kotak agar mudah diangkut.
Saat proses pembersihan tersebut, ada inisiatif menyiram kerak baja dengan air. Saat disiram, terjadi semburan uap panas yang mengenai dua pekerja. ”Dua korban kini dalam perawatan. Satu luka ringan dan satu lagi agak berat karena wajahnya terluka bakar,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Dedy membantah insiden itu berupa ledakan. ”Ini adalah semburan uap panas dari pembersihan kerak baja,” katanya.
Menurut Dedy, tim saat ini masih berusaha mengumpulkan informasi dan menyelidiki kejadian tersebut. Sebab, idealnya, proses pembersihan tidak dilakukan dengan menyiram air yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Sebelumnya, pada Minggu (24/12/2023), ledakan dahsyat terjadi di tungku smelter PT ITSS sekitar pukul 05.30 Wita. Sebanyak 21 orang meninggal dan puluhan terluka. Insiden terjadi karena adanya sisa slag atau ampas peleburan logam pada tungku. Pada saat yang sama, pekerja melakukan perbaikan dan pemeliharaan tungku.
Pascainsiden itu, polisi menyelidiki kasus secara intensif. Sejumlah 27 orang diperiksa terkait penyelidikan awal. Para saksi ini terdiri dari pihak manajemen, karyawan, korban, serta dua saksi ahli, masing-masing ahli ketenagakerjaan dan ahli pidana. Polisi lalu menetapkan dua tenaga kerja asing dari China sebagai tersangka.
ZG (41) adalah pengawas keuangan sekaligus supervisor furnace (tungku pembakaran) di PT Zhao Hui Nikel serta Z (35), wakil supervisor di PT Ocean Sky Metal Indonesia (OSMI). Dalam hal ini, PT ITSS meminta keduanya membantu di PT ITSS. Adapun PT ITSS adalah salah satu penyewa dan rekanan yang beroperasi di kawasan PT IMIP.
Guru Besar Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Yahya Thamrin, menyatakan, ledakan tungku smelter itu harus diinvestigasi menyeluruh dan independen. Kasus ini tidak boleh dianggap remeh dan benar-benar ditelusuri secara serius.
”Pada dasarnya, setiap perusahaan wajib menjamin tempat kerja itu aman dan sehat. Terlebih lagi, perusahaan multinasional itu dituntut menerapkan manajemen sistem yang mutakhir. Jika terjadi kecelakaan, atau ledakan seperti sekarang, dan berulang di kawasan yang sama, paradigma baru itu menganggapnya kegagalan sistem,” kata Yahya saat dihubungi, Senin (25/12/2023).
Oleh sebab itu, Yahya menyebut, investigasi menyeluruh diperlukan untuk mengungkap kasus ini. Agar bisa efektif, harus ada tim independen yang melakukan investigasi dan mengumpulkan data terkait peristiwa tersebut. Tim itu juga bisa mengecek pelaksanaan standar operasional dan standar keselamatan di lokasi.