Rumah Apung Diharapkan Jadi Solusi Adaptasi Dampak Rob di Demak
Rumah apung dibangun di Demak guna mengatasi banjir rob. Pembangunan tanggul laut sistem polder juga diusulkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Sebuah rumah apung dibangun di wilayah terendam rob di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kini, rumah apung itu sedang diuji keefektifannya dalam beradaptasi dengan kondisi banjir rob. Jika terbukti efektif, pemberian bantuan untuk pembangunan rumah apung di desa itu akan diperluas.
Rumah apung dengan ukuran 6 meter x 7,20 meter itu terletak di Dusun Timbulsloko, Desa Timbulsloko. Rumah yang ditinggali oleh Mukromin (50), warga setempat beserta keluarganya tersebut, bisa mengapung di atas kubangan rob karena di bagian bawah bangunan itu dipasangi drum-drum plastik.
”Kalau air rob naik, rumahnya akan naik. Sebaliknya, jika air rob berkurang, rumahnya akan turun,” kata Mukromin, Jumat (7/6/2024).
Rumah apung tersebut dibangun di depan rumah lama Mukromin. Rumah itu dikaitkan dengan sejumlah bambu yang ditancapkan supaya tidak terbawa air. Dalam waktu tiga bulan, yakni Oktober-Desember 2023, rumah yang dibangun dengan pembiayaan multipihak dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Demak, salah satu perusahaan swasta, serta uang pribadi Mukromin itu pun jadi.
”Untuk membangun rumah ini, perlu biaya sekitar Rp 100 juta. Kemarin dapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Demak Rp 50 juta, dari swasta Rp 30 juta, dan uang pribadi saya Rp 20 juta. Uang yang saya keluarkan untuk membayar ongkos tukang,” ujarnya.
Kalau air rob naik, rumahnya akan naik. Sebaliknya, jika air rob berkurang, rumahnya akan turun.
Mukromin yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja bangunan itu menyebut, rumah apung efektif diterapkan di dusunnya yang kini seluruhnya terendam rob. Rumah apung itu disebutnya bisa tahan belasan hingga puluhan tahun. Sementara itu, metode peninggian rumah atau rumah panggung yang banyak dilakukan warga di dusunnya, kata Mukromin, hanya bertahan beberapa tahun.
”Menurut saya, perlu ada beberapa penyesuaian agar lebih baik, misalnya penggunaan material lantai, atap, dan dinding yang lebih ringan. Dengan demikian, pembebanan pada bangunannya bisa dikurangi,” imbuh Mukromin.
Bupati Demak Eistianah menyebut, rumah apung tersebut sedang dalam tahap uji coba. Kualitas dan kekuatan bangunan serta penganggaran dalam pembuatan rumah apung itu juga masih terus dikaji. Pihaknya menantikan masukan dari masyarakat dan para pakar terkait proyek percontohan rumah apung tersebut.
”Rumah apung ini masih kami uji bersama dengan para akademisi dari Universitas Katolik Soegijapranata. Kalau nanti hasilnya bagus, tentu akan kami kembangkan,” ujarnya.
Menurut Eistianah, pihaknya menganjurkan warga Dusun Timblulsloko untuk beradaptasi dengan menggunakan rumah apung. Adaptasi yang dilakukan warga melalui peninggian struktur fisik, dinilai Eistianah, kurang efektif karena peninggian itu masih harus berkejaran dengan ketinggian air yang juga terus bertambah.
”Kalau ini berhasil, masyarakat tidak kersa (mau) direlokasi, kami buatkan (rumah apung). Kalau mau direlokasi dan sudah ada tanah, kami bantu bikin bangunanya. Monggo masyarakat inginnya seperti apa karena ini berkaitan dengan mata pencarian mereka,” tutur Eistianah.
Eistianah menuturkan, masyarakat di Dusun Timbulsloko juga mengusulkan agar di wilayahnya dibangunkan akses jalan dan peninggian tempat pemakaman umum. Rob yang terjadi membuat jalan dan makam di wilayah itu tak pernah surut.
”Tahun ini, sudah kami anggarkan Rp 1 miliar untuk jalan utamanya. Untuk jalan (di dalam kampung) selanjutnya kalau ada dana kita anggarkan (tahun ini). Kalau tidak (kami anggarakan) tahun 2025,” katanya.
Selain mengupayakan pembangunan rumah apung, Pemerintah Kabupaten Demak juga mengusulkan pembangunan tanggul laut sistem polder untuk mengatasi rob di wilayah Sayung. Usulan itu disebut Sekretaris Daerah Demak Akhmad Sugiharto sudah disetujui oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
”Semoga tahun 2025 sudah ada pendanaan untuk Sayung. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kami sudah mendapat Rp 5 miliar untuk detail engineering design (DED) di tahun 2023 dan untuk 2024 juga sudah mendapat alokasi. Saat ini, proses DED sedang berlangsung untuk pesisir Sayung,” kata Sugiharto.