Panorama Senja dari Wajah Baru Waduk Darma
Waduk Darma setelah direvitalisasi menjadi destinasi wisata menawan. Warga setempat juga terlibat menjaganya.
Setelah direvitalisasi tahun 2023, Waduk Darma kini punya wajah baru. Wajah yang memancarkan panorama senja dengan dermaga apungnya. Tidak hanya menarik ribuan wisatawan, perubahan waduk peninggalan Belanda ini juga memberi makna bagi masyarakat.
Langit biru menjelma oranye di Waduk Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (2/5/2024). Bias cahaya matahari memantul di permukaan air.
Sejumlah pengunjung merekam momen itu. Ada juga yang hanya duduk menikmatinya. Inilah suasana senja di Waduk Darma.
Sebelum senja menjemput, beberapa pengunjung bersantai di salah satu spot swafoto di bagian kiri Waduk Darma. Di tempat yang dibuka awal Mei itu, mereka berpose aneka gaya dengan latar belakang sebuah pulau kecil di tengah waduk serta rumah-rumah warga di pinggirannya.
Adjisar (70), pengunjung asal Bandung, misalnya, mengabadikan potret dirinya bersama istri di spot swafoto tersebut. Begitu juga dengan dua rekannya yang datang dari ”Kota Kembang”, sekitar 155 kilometer atau tiga jam dari Waduk Darma. Mereka pun menikmati suasana indah.
Baca juga: Menantikan Laju Kencang ”Gowesan” Para Pesepeda di Cycling de Jabar 2024
”Sangat beruntung warga yang bermukim dekat Waduk Darma. Mereka tak hanya menikmati panorama waduk yang indah, tetapi juga dapat berolahraga, jalan, dan lari santai mengitari jalur di area waduk,” tutur Adjisar. Selain trek jogging, ada juga tempat duduk untuk istirahat.
Sekitar 10 meter dari lokasi swafoto juga tersedia tempat untuk pengunjung makan bersama dengan kerabatnya. Aktivitas ini, dalam tradisi masyarakat Jabar, disebut botram. Tampak dua rombongan pengunjung menikmati aneka kuliner sambil lesehan di atas tikar.
Salah satu yang berpiknik ria adalah Juju (45) dan keluarganya. Warga Kabupaten Ciamis, Jabar, ini menempuh perjalanan sekitar 90 menit untuk ke Waduk Darma. Mereka cukup membayar tiket masuk Rp 17.500 per orang pada hari biasa dan Rp 20.000 saat akhir pekan atau libur.
”Perjalanan yang cukup jauh ke tempat ini terbayarkan dengan keindahan panoramanya. Kami menikmati makanan yang enak dengan suasana kekeluargaan,” ucap Juju tersenyum.
Selain spot swafoto dan tempat piknik, Waduk Darma juga memiliki gazebo, tempat duduk santai berlapis rumput sintetis, area kuliner, dan dermaga terapung yang menjadi landmark waduk.
Dermaga ini terhubung dengan perahu wisata yang dapat berkeliling area waduk. Ada juga tempat pertunjukan kesenian, gedung untuk acara pernikahan hingga seminar, area perkemahan, hingga spot untuk foto pranikah.
Berbagai fasilitas itu merupakan buah dari revitalisasi waduk oleh Pemprov Jabar sejak 2019. Gubernur Jabar saat itu Ridwan Kamil mencanangkan waduk seluas 425 hektar itu sebagai destinasi wisata tingkat internasional.
Sejak April 2023, waduk ini pun punya wajah baru. ”Salah satu yang kami banggakan adalah penataan Waduk Darma. Saya titip ini dijaga. Total anggarannya di atas Rp 30 miliar. Saya harapkan menjadi destinasi wisata unggulan, bahkan internasional,” ucapnya saat itu.
Sumber rezeki
Pascarevitalisasi, pengelolaan Waduk Darma berpindah dari Pemkab Kuningan ke PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita), salah satu badan usaha milik Pemprov Jabar. Jaswita mengelola area komersial seluas 1.387 meter persegi.
Manajer Pengelola Waduk Darma Fivih Handayani mengatakan, meskipun pengelolaannya berganti, pihaknya tetap memberdayakan warga. Sebanyak 28 pegawai, misalnya, umumnya berasal dari desa setempat. Begitu pun dengan 15 gerai kuliner dan 35 tempat untuk UMKM.
Kami, menurut rencana, bakal membuat restoran terapung di Waduk Darma. Selain menyerap tenaga kerja, bahan baku juga berasal dari desa.
Fivih mengatakan, warga turut merasakan dampak ekonomi dari Waduk Darma. Pada libur Lebaran dan Tahun Baru, katanya, pengunjung bisa mencapai 8.000 orang per hari. Pendapatan bersih bulanan yang dicatat PT Jaswita pun dapat menyentuh Rp 300 juta.
”Tempat ini berkapasitas hingga 8.000 orang. Pada hari biasa, jumlah pengunjung mencapai 300 orang, sedangkan pengunjung pada akhir pekan mencapai 6.000 orang,” papar Fivih.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin berharap Waduk Darma kian dikenal sebagai tempat wisata andalan. Keindahannya, kata dia, mirip dengan kawasan Ubud di Bali. Kombinasi dataran tinggi dengan hamparan waduk memberikan ketenangan bagi siapa saja yang datang.
”Lewat ajang balap sepeda Cycling de Jabar yang kami gelar bersama Kompas, diharapkan pariwisata Waduk Darma bakal memberikan kesejahteraan lebih besar untuk warga,” katanya.
Pada Sabtu (25/5/2024), Cycling de Jabar (CdJ), ajang balap sepeda bergengsi, kembali digelar untuk ketiga kalinya. Menempuh rute 213 kilometer, start dari Cirebon dan finis di Pangandaran. Waduk Darma akan menjadi titik yang dilintasi 202 pebalap.
Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mekar Jaya Jagara, Sofian, mengakui, keindahan Waduk Darma menjadi sumber rezeki warga. Sebanyak 200 warga Desa Jagara, katanya, mencari penghasilan di area itu. Dari jasa penyewaan tikar, perahu, hingga berjualan di sana.
”Dalam tahun ini, kemungkinan kami akan melibatkan 500 orang lagi untuk pengembangan usaha. Kami, menurut rencana, bakal membuat restoran terapung di Waduk Darma. Selain menyerap tenaga kerja, bahan baku juga berasal dari desa,” ujarnya.
Baca juga: Dari Sungai hingga Megaterasering, Berkah Lain Alam Pangandaran
Terbukanya kesempatan berusaha di Waduk Darma turut membuat Budi (34), warga setempat, pulang kampung. Tiga bulan terakhir, ia ikut mengoperasikan salah satu perahu. Padahal, beberapa tahun lalu, ia merantau ke luar desa dan terpisah dengan orangtua serta keluarga.
”Di luar sudah sulit mencari pekerjaan. Jadi, pada awal tahun 2024 saya kembali lagi ke kampung. Salah satu saudara saya menyuruh menjadi operator perahu miliknya. Di sini saya bisa lebih dekat dengan orangtua dan mengurus mereka,” ungkap Budi.
Aman dan nyaman
Bagi Pegi Hariadi (25), operator perahu wisata, revitalisasi Waduk Darma telah meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan pengunjung yang ingin naik perahu. ”Sekarang lebih safety. Kalau dulu, dermaganya hanya bambu. Bagaimana gitu? Enggak bisa banyak orang,” ujarnya.
Dengan dermaga apung sepanjang 24 meter dan lebar 18 meter, puluhan wisatawan bisa berdiri di sana. Sebanyak 12 perahu juga tidak harus berlomba dan bergantian menjemput pengunjung. Sebab, perahu mereka bisa diparkir di sisi dermaga yang melingkar.
”Sekarang juga harus pakai jaket (pelampung) semua. Dulu mah enggak begini,” ucap Pegi tersenyum.
Baca juga: Karya Warga yang Menangkap Peluang Ekonomi dari Bandara Kertajati
Perahu wisata sepanjang 10–11 meter dan lebar 1,8 meter itu berkapasitas maksimal 15 penumpang. Pengemudi perahu juga punya surat kecakapan dan dokumen kepemilikan kapal.
”Perahunya lebih aman. Sudah bersurat. Ada pas (dokumen) untuk sungai danau. Tiap tahun, kami periksa uji kelayakan mesin perahu. Kalau enggak layak, langsung renovasi,” kata Robi, petugas dari Balai Pengelolaan Transportasi Darat Kelas II Jabar Kementerian Perhubungan.
Aspek keselamatan ini berdampak pada pengunjung. Rizki Akbar Fahriza (25), Ketua Paguyuban Perahu Eyang Jagaraksa, mengatakan, setelah revitalisasi, wisatawan berkisar 6.000–7.000 orang per hari saat libur Lebaran. Sebelum itu, jumlahnya maksimal 4.000 orang.
Meski demikian, masih ada sejumlah masalah di Waduk Darma. Salah satunya eceng gondok yang mengganggu keindahan waduk dan menghambat perahu bersandar. ”Setiap Sabtu kami rutin membersihkan eceng gondok. Tapi yang angkut dari sini enggak ada,” ujar Rizki.
Selain itu, belum ada tempat berteduh di sekitar dermaga apung. Rizki berharap berbagai kendala itu dapat diatasi. Apalagi, Waduk Darma ditargetkan menjadi destinasi wisata air internasional. Infrastruktur yang dirintis pemerintah kolonial ini juga punya sejarah panjang.
Belanda mulai membangun waduk ini tahun 1923, tapi terhenti pada 1938 karena Perang Dunia Kedua. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil alih pembangunannya pada 1951 dan baru tuntas 1962. Waduk ini termasuk tonggak awal infrastruktur yang dibangun pemerintah.
Waduk ini menampung air dari Sungai Cisanggarung yang berhulu di Kuningan. Sungai sepanjang 62,5 kilometer ini membentang ke Kabupaten Cirebon, Jabar, hingga Brebes, Jawa Tengah. Waduk bervolume 40 juta meter kubik air juga menjadi sumber air baku Kuningan.
Waduk Darma memang memiliki banyak fungsi. Selain menjadi sumber air bagi manusia dan lahan pertanian, juga menjadi destinasi wisata. Apalagi, ketika senja menjemput. Panoramanya seolah menitipkan pesan agar siapa pun kembali lagi ke sana.