Bus Pariwisata Tabrak Truk di Tol Jombang, Seorang Guru dan Kenek Bus Tewas
Akibat kejadian tersebut, 17 penumpang menjadi korban. Dua orang di antaranya tewas, yakni guru dan kenek bus.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar Sekolah Menengah Pertama Persatuan Guru Republik Indonesia 1 Wonosari, Malang, Jawa Timur, mengalami kecelakaan di Tol Jombang. Akibat kejadian itu, 17 penumpang menjadi korban. Dua orang di antaranya tewas, yakni guru dan kenek bus.
Kepala Unit 3 Patroli Jalan Raya Kepolisian Daerah Jawa Timur Ajun Komisaris Yudiono mengatakan, kecelakaan itu terjadi pada Selasa (21/5/2024) pukul 23.45 WIB. Lokasinya di Km 695+400 jalur A Tol Jombang-Mojokerto. Kecelakaan tersebut melibatkan bus pariwisata dengan nomor polisi W 7422 UP dengan truk bernomor polisi N 9674 UH.
Kecelakaan dipicu oleh bus pariwisata yang tengah melaju dari arah Yogyakarta menuju Malang. Saat di lokasi, bus yang dikemudikan Yanto (36), warga Blitar, tiba-tiba oleng dan menabrak truk yang tengah berjalan di lajur kiri. Bus tersebut menabrak bagian belakang truk yang dikemudikan Arif Yulianto (37), warga Malang.
”Kecelakaan diduga karena pengemudi bus mengantuk. Hal itu diperoleh dari hasil olah tempat kejadian perkara awal yang dilakukan penyidik. Untuk memastikan penyebabnya, hari ini tim dari Polda Jatim terjun ke lokasi,” ujar Yudiono, Rabu (22/5/2024).
Yudiono mengatakan, kecelakaan itu mengakibatkan bagian depan bus rusak parah. Berdasarkan data dari kepolisian, terdapat dua penumpang yang tewas. Mereka ialah seorang guru bernama Edi Chrisna (62), warga Kecamatan Sumberpucung, Malang, dan kenek bus bernama Edi Sulistyono (46), warga Blitar.
Total penumpang dalam bus 50 orang. Sejumlah 17 orang di antaranya menjadi korban atau mengalami luka dalam kecelakaan tersebut. Adapun 33 penumpang lainnya selamat. Dari 17 korban tersebut, 2 orang tewas, 5 orang mengalami luka berat, dan 10 orang lainnya mengalami luka ringan.
Menurut Yudiono, semua korban sudah dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan medis. Mayoritas korban luka berat mengalami cedera di bagian kepala. Hal itu diduga karena benturan yang cukup keras saat terjadi tabrakan.
Adapun pengemudi bus mengalami luka berat dan saat ini masih dirawat di rumah sakit.
Yudiono menambahkan, proses evakuasi penumpang bus memakan waktu cukup lama. Salah satu tantangannya adalah penanganan terhadap anak-anak yang memerlukan kehati-hatian tinggi.
Selain itu, proses evakuasi penumpang yang luka berat harus benar-benar memperhatikan kondisi korban agar tidak memperparah keadaan.
Proses evakuasi badan bus dari jalan tol juga dilakukan dengan hati-hati karena banyak barang di dalamnya. Polisi dan pengelola jalan tol berupaya memberikan pertolongan dan penanganan secara optimal terhadap korban kecelakaan.
Kasus kecelakaan bus rombongan pelajar ini bukan pertama kali. Berdasarkan catatan Kompas, kejadian serupa pernah menimpa rombongan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sidoarjo yang sedang dalam perjalanan pulang dari studi kampus di Yogyakarta, Kamis (18/1/2024).
Bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar dan guru SMAN 1 Sidoarjo itu mengalami kecelakaan di Tol Ngawi, tepatnya Km 577 A arah Solo-Surabaya. Bus dengan nomor polisi W 7473 UP ini menabrak dari belakang sebuah truk yang sedang pecah ban.
Kecelakaan diduga karena pengemudi bus mengantuk. Hal itu diperoleh dari hasil olah tempat kejadian perkara awal yang dilakukan penyidik.
Akibat kejadian itu, dua penumpang bus tewas, yakni seorang pelajar dan seorang guru. Adapun puluhan penumpang lainnya mengalami luka berat dan luka ringan.
Baru-baru ini bus yang membawa rombongan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, juga tergelincir saat melewati Jalan Raya Desa Palasari, Sabtu (11/5/2024). Sebanyak 11 penumpang tewas, mayoritas pelajar.
Akademisi Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata yang juga Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, ada banyak faktor penyebab berulangnya kecelakaan bus pariwisata dan truk.
Salah satunya terkait waktu kerja, waktu istirahat, waktu libur, dan tempat istirahat pengemudi bus dan truk di Indonesia yang sangat buruk. Tidak ada regulasi yang melindungi mereka sehingga mereka berisiko tinggi terhadap kelelahan dan bisa berujung pada microsleep.
Kecakapan pengemudi
Selain itu, ada faktor rendahnya kecakapan pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan di jalan dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada bus dan truk. Kemampuan mereka mendeteksi dini terhadap kondisi kendaraan yang mengalami bad condition (tidak laik jalan)sangat rendah.
Kecakapan pengemudi itu tidak terlihat saat pengambilan SIM B1/B2 serta mekanisme pelatihan Defensive Driving Training (DDT) yang selama ini dijadikan persyaratan wajib Kementerian Perhubungan untuk memberikan izin.
Selain itu, jumlah pengemudi bus dan truk mengalami penurunan sehingga rasio atau perbandingan dengan jumlah kendaraan yang beroperasi sudah masuk dalam zona berbahaya (danger). Ini jelas sangat berisiko tinggi terhadap keselamatan.
Menurut Djoko, solusinya adalah sistem manajemen keselamatan wajib dilaksanakan oleh setiap pengusaha angkutan umum. Kewajiban itu sudah ada dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 85 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum.
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan tersebut meliputi komitmen dan kebijakan, pengorganisasian, manajemen bahaya dan risiko, serta fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor.
Selain itu, dokumentasi dan data, peningkatan kompetensi dan pelatihan, tanggap darurat, pelaporan kecelakaan internal, monitoring dan evaluasi, dan pengukuran kinerja.