Curhat Gen Z hingga ”Tebar Pesona” Politikus di Warung Kopi Pontianak
Banyak isu dibicarakan di warung kopi Pontianak. Dari hidup gen Z hingga calon peserta pilkada yang ”tebar pesona”.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
Berbagai isu mendarat di lantai warung kopi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, sepekan terakhir. Ada generasi Z yang menceritakan impitan hidupnya. Ada pula para pegiat literasi berbagi proses kreatif pembuatan novel meriam gaib. Warung kopi pun menjadi saksi bakal calon peserta pilkada ”tebar pesona”.
Nova (22), karyawan salah satu perusahaan produk teh di bagian penjualan, duduk di kursi salah satu warung kopi di Jalan Sutan Syahrir, Kota Pontianak, Selasa (21/5/2024). Ia sudah beberapa hari bersama rekan-rekannya berkeliling dari warung ke warung menawarkan produk teh.
Kebetulan di area warung kopi itu sedang ada acara pentas budaya. Dari awalnya hanya singgah di warung kopi untuk mengisi daya telepon pintar, dia lalu curhat perjalanan hidupnya.
Nova sudah dua tahun bekerja di perusahaan tersebut berkat bantuan dari rekannya. Rekannya kala itu memberi tahu ada lowongan. Dia menjajalnya dan diterima.
”Sebelumnya, saya melamar di mana-mana, tapi susah dapat pekerjaan. Untungnya ada bantuan rekan,” ujarnya.
Di perusahaan itu, dia dibayar sekitar Rp 4 juta per bulan. Sebagian disisihkan untuk biaya hidup nenek dan pamannya yang sakit-sakitan. Keduanya adalah orang-orang yang berjasa merawatnya sejak kecil.
”Jadi, pandai-pandailah saya mengaturnya. Sekarang, tantangannya daya beli masyarakat turun. Pesaingnya juga banyak. Namun, apa pun itu, disyukuri karena masih ada pekerjaan. Saat ini susah cari kerja,” kata pria kelahiran 2003 itu.
Ia tidak terpikir untuk pindah pekerjaan karena mencari yang baru sekarang terbilang sulit. Nova memilih merawat apa yang telah ia peroleh saat ini, seberapa besar pun itu karena sangat berarti untuk hidup keluarganya.
”Tebar pesona”
Tak hanya itu, kabar dari ”bursa” pilkada juga datang dari warung kopi. Bakal pasangan calon kepala daerah tampak ada yang mulai ”tebar pesona” di warung kopi.
Akhir pekan lalu, Gubernur-Wakil Gubernur Kalbar periode 2018-2023 Sutarmidji dan Ria Norsan ngopi bareng di salah satu warung kopi di Jalan Veteran, Kota Pontianak.
Mereka menggunakan kaus putih, dengan gambar peta Kalbar, lalu bertuliskan ”Bersama Lanjutkan”. Keduanya memang telah mendaftar di banyak partai politik.
Kehadiran keduanya di ruang publik warung kopi seakan mengonfirmasi bahwa keduanya bakal berpasangan kembali dalam Pilkada 2024. Warung kopi, tempat banyak orang berkeluh kesah tentang beragam problematika hidup, dianggap tepat menampung aspirasi warga.
Catatan Kompas, pada Pemilihan Gubernur Kalbar 2018, Sutarmidji-Ria Norsan yang kala itu diusung Golkar, Nasdem, PKS, Hanura, dan PKB menang dengan perolehan 1.334.512 suara.
Pasangan itu mengalahkan pasangan Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot yang diusung PDI-P dan Demokrat dengan 1.081.878 suara. Pasangan Milton Crosby-Boyman Harun yang diusung Gerindra dan PAN memperoleh 172.151 suara.
”Dari hasil survei beberapa lembaga, dari enam tokoh yang disurvei, ia masih unggul di angka 31 persen,” kata Sutarmidji tentang peluangnya menang saat berkontestasi lagi.
Meriam gaib
Warung kopi juga tidak melulu menampung masalah warganya. Di sana, kreativitas warga tumpah ruah.
Seperti pada Rabu (15/5/2024) di salah satu warung kopi di sekitar Jalan HOS Cokroaminoto Pontianak, Priyo Setyoko (39), salah satu bloger dari Kabupaten Kubu Raya dan beberapa komunitas pegiat literasi di Pontianak sedang berdiskusi tentang novelnya yang baru dirilis. Judulnya, Petruska, Pusaka Meriam Gaib.
Diskusi sore itu dipandu pegiat literasi Kalbar Ahmad Sofian. Kendati yang ikut hanya beberapa orang, ia menyiarkan kegiatan itu secara live menggunakan kanal media sosialnya.
Petruska akronim dari pemburu harta karun misterius. Priyo mendapat inspirasi ketika berkunjung ke Pulau Lemukutan di Kabupaten Bengkayang bersama para bloger.
Di sana, ia mendapat cerita bahwa di kampung itu terdapat meriam gaib. Warga yakin, jika meriam itu muncul dan meledak, bakal ada peristiwa besar di Tanah Air.
Selain terinspirasi dari itu, ia padukan dengan sejumlah film yang pernah ia tonton. Berbagai sumber itu juga diolahnya. Hasilnya, sebuah novel fiksi petualangan.
”Novel itu singkatnya tentang sekelompok orang menyelamatkan meriam di salah satu pulau. Meriam itu harus diselamatkan karena warisan budaya, jangan sampai jatuh ke tangan orang jahat. Dari novel itu diharapkan bisa mengembangkan imajinasi generasi mendatang,” ujarnya.
Beberapa saat kemudian, Sri Rita Astuti (49), guru SD yang ikut dalam kegiatan itu, memberi masukan. Kata Sri, alurnya bagus untuk anak muda.
”Masukannya hanya perlu perbaikan tanda baca,” kata Sri.
Priyo dengan senang hati menerima masukan itu.
Dari warung kopi di Pontianak, sejuta inspirasi, keluhan, dan harapan meluncur mulus. Apa saja bisa disampaikan dan siapa saja bisa mendengarnya.