Nelayan Rempang Berkampanye dengan Sampan Menolak Relokasi
Nelayan turun ke laut dan menggelar protes terhadap rencana penggusuran terkait PSN Rempang Eco City.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Nelayan di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, menggelar spanduk dengan belasan sampan di laut untuk berkampanye menolak relokasi. Pemerintah berencana menggusur lebih kurang 961 keluarga terkait Proyek Strategis Nasional atau PSN Rempang Eco City.
Hujan deras yang mengguyur sejak pagi tidak menghalangi puluhan nelayan mendayung belasan sampan di perairan Pulau Rempang, Senin (20/5/2024). Mereka membentangkan sejumlah spanduk di laut yang penolakan relokasi terkait PSN Rempang Eco City.
Salah satu nelayan, Ares (57) mengatakan, pemerintah harus mendengarkan suara masyarakat pesisir. Hidup warga Rempang yang mayoritas nelayan amat bergantung pada kelestarian kawasan pesisir dan laut.
”Pemerintah bilang PSN buat menyejahterakan, tetapi buat nelayan itu musibah. Kalau laut tercemar, hidup kami bagaimana? Tak ada yang bisa kami kerjakan lagi. Itu sama saja dengan membunuh kami,” kata Ares.
Nelayan tradisional di Rempang mayoritas menggunakan sampan dayung dan hanya melaut lebih kurang 3 kilometer dari bibir pantai. Meskipun hanya nelayan kecil, menurut warga, Sri Mariyani (50), hidup mereka tidak pernah kekurangan.
”Dulu hidup kami damai. Bisa cari makan di laut dengan tenang dan bisa berkebun tanpa waswas. Makanan selalu ada dan cukup,” ujarnya.
Sri menuturkan, hidup mereka berubah penuh kekhawatiran sejak pemerintah menyatakan akan menggusur lima kampung untuk PSN Rempang Eco City. Lima kampung itu adalah Pasir Panjang, Belongkeng, Pasir Merah, Sembulang Tanjung, dan Sembulang Hulu.
”Sekarang ibu-ibu merasa ketakutan direlokasi. Kalau digusur dari kampung, nanti suami kami yang kerjanya nelayan payah cari makan,” ujarnya.
Pada 19 April, Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol Badan Pengusahaan (BP) Batam Ariastuty Sirait menyatakan, pembangunan empat unit rumah contoh relokasi untuk warga Rempang yang terdampak PSN Rempang Eco City telah rampung. Aliran listrik dan air juga sudah masuk ke kawasan tersebut.
Proyek investasi yang baik seharusnya mengutamakan kemanusiaan dan kelestarian lingkungan. Namun, yang terjadi di Rempang, proyek investasi justru meninggalkan luka bagi masyarakat.
Saat ini, tim pembangunan masih mengerjakan pemadatan jalan untuk selanjutnya dilakukan pengaspalan. Proses pemadatan tanah untuk jalan tersebut sempat terkendala hujan deras.
Salah satu warga Kampung Sembulang Hulu yang bakal terkena relokasi, Wadi (50), mengatakan, mereka tidak membutuhkan rumah baru. Yang mereka ingin adalah kampung tua atau kampung adat di Rempang tetap lestari.
”Kami mau (lingkungan) darat dan laut tetap lestari seperti sediakala. Kami tidak menolak investasi, yang kami tolak adalah relokasi,” kata Wadi.
Selain menggelar protes dengan mendayung sampan, dalam satu bulan terakhir warga Rempang juga menggelar dua kali acara adat. Cara itu kini dipilih warga untuk menyuarakan aspirasi mereka karena sebelumnya sejumlah puluhan warga dipenjara ketika berunjuk rasa.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau Boy Even Sembiring menilai, proyek investasi yang baik seharusnya mengutamakan kemanusiaan dan kelestarian lingkungan. Namun, yang terjadi di Rempang, proyek investasi justru meninggalkan luka bagi masyarakat.