Penerbangan ke Wakatobi Kembali Terhenti, Pemda Siapkan Subsidi Rp 3,5 Miliar
Sejak Maret, penerbangan ke Wakatobi kembali terhenti. Akses masyarakat terhambat dan sektor pariwisata terdampak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Selama dua bulan terakhir, penerbangan dari dan menuju Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kembali terhenti. Akibatnya, konektivitas warga hingga sektor pariwisata yang menjadi unggulan nasional ini pun terdampak.
Pemerintah masih mengupayakan beroperasinya penerbangan dengan menyiapkan subsidi penerbangan.
Sekretaris Daerah Wakatobi Nadar menyampaikan, sejak Maret lalu, penerbangan satu-satunya dari dan menuju Wakatobi memang telah terhenti. Hal ini terjadi akibat pertimbangan maskapai yang kesulitan memenuhi kapasitas penumpang.
”Yang dari Kendari-Wakatobi itu penumpang banyak, sekitar 85 persen. Namun, yang sulit terisi itu (penumpang) dari Kendari-Baubau. Akhirnya penerbangan berhenti, sudah dari Maret lalu,” ucap Nadar, dihubungi dari Kendari, Kamis (16/5/2024).
Terhentinya penerbangan, ia melanjutkan, tentu berdampak pada aktivitas masyarakat secara luas, hingga sektor pariwisata yang menjadi unggulan di Wakatobi. Pendapatan daerah terdampak dan masyarakat yang bergerak di sektor ini merasakan hambatan.
Saat ini, pemerintah terus mematangkan kerja sama dengan maskapai. Kelengkapan administrasi terus dibahas dalam rapat yang kontinu. Kesepakatan diharapkan bisa segera tercapai dan pesawat bisa kembali beroperasi.
Terlebih lagi, ucap Nadar, beberapa waktu lalu pemerintah pusat menerbitkan rilis terkait Bandara Matahora, Wakatobi, yang telah bisa didarati pesawat berukuran besar. Menurut rencana, mitra maskapai nanti bisa mendaratkan pesawat dengan kapasitas hingga 180 orang.
Bupati Wakatobi Haliana mengungkapkan, terhentinya penerbangan membuat konektivitas wilayah terhambat. Akibatnya, sektor pariwisata yang menjadi unggulan daerah pun terdampak.
”Kami upayakan agar semua prasyarat terpenuhi dan bisa beroperasi secepatnya. Sudah ada maskapai yang siap kami ajak kerja sama, tinggal memenuhi legal standing dan beberapa hal, utamanya tarif,” ucap Haliana, Selasa (14/5/2024).
Menurut Haliana, untuk pendanaan penerbangan, pemerintah telah menyiapkan total Rp 3,5 miliar. Rinciannya, Rp 1,5 miliar dari Pemerintah Kabupaten Wakatobi dan Rp 2 miliar dari Pemerintah Provinsi Sultra.
Persoalan penerbangan telah menjadi masalah akut di Wakatobi. Pada 2022 lalu, akses penerbangan juga terhenti dan membuat berbagai sektor terpuruk. Pengusaha pariwisata bertahan dengan segala cara agar tidak gulung tikar.
Pengembangan daerah, ujarnya, membutuhkan akses transportasi yang lancar. Situasi yang ideal akan turut mengerek sektor lain, utamanya pariwisata di Wakatobi yang merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Terlebih lagi, sejumlah fasilitas baru telah terbangun melalui bantuan pemerintah pusat. Ia berharap agar konektivitas bisa segera berjalan dan pengembangan pariwisata bisa semakin baik serta berdampak luas pada masyarakat.
Persoalan penerbangan telah menjadi masalah akut di Wakatobi. Pada 2022 lalu, akses penerbangan juga terhenti dan membuat berbagai sektor terpuruk. Pengusaha pariwisata bertahan dengan segala cara agar tidak gulung tikar.
Iin (40), pengelola Hotel Briana Beach di Wangi-wangi, Wakatobi, menuturkan, dampak penutupan penerbangan membuatnya terpaksa merumahkan semua karyawan. Sebab, selama beberapa waktu, ia baru mendapatkan dua wisatawan yang menginap selama tiga malam.
”Kalau istilahnya, kami pelaku usaha di sini betul-betul tiarap, seperti mati suri. Bagaimana tidak, kalau wisatawan tidak ada sama sekali. Untuk sementara, kami baru buka kembali penginapan kalau memang ada tamu, dan hanya mengelola sendiri, tidak memakai karyawan,” kata Iin.
Kondisi yang terjadi saat ini, lanjutnya, jauh lebih berdampak dibandingkan dengan pada awal pandemi lalu. Saat itu, pengunjung masih ada meski memang jumlahnya turun drastis hingga 80 persen. Penerapan protokol kesehatan menjadi kunci satu-satunya agar wisatawan tetap datang (Kompas, Senin 29/8/2022).