Wury Ma’ruf Amin: Sektor Kerajinan Diharapkan Respons Peluang Global
Kekayaan budaya berwujud kerajinan bisa jadi aset potensial. Peluang global hendaknya dapat direspons sektor tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kekayaan budaya Nusantara menciptakan berbagai kerajinan yang unik dan menarik. Kekhususan itu menjadi nilai tambah bagi produk-produk kerajinan dari negara ini. Diharapkan, sektor usaha tersebut mampu merespons peluang global dengan kekhasannya.
Gagasan itu disampaikan Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Wury Ma’ruf Amin dalam puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-44 Dekranas di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (15/5/2024). Turut hadir pada acara itu, Ibu Negara Iriana Joko Widodo, yang juga menjabat sebagai pembina organisasi tersebut, didampingi anggota Oase Kabinet Indonesia Maju, serta Ketua Dekranas Daerah Kota Surakarta Selvie Ananda.
”Gejolak ekonomi global yang sedang berlangsung saat ini menjadi ujian bagi kita semua, tetapi juga merupakan peluang untuk merespons dengan kreativitas dan keuletan,” kata Wury dalam sambutannya.
Wury menilai produk kerajinan asal Indonesia memiliki potensi yang besar. Sejak lama, katanya, keberadaan produk-produk tersebut mampu menarik perhatian publik, baik secara nasional maupun internasional. Itu semua didukung peran para perajin, desainer, akademisi, serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hanya, besarnya potensi kerajinan itu mesti dioptimalkan dengan berbagai upaya tambahan. Menurut dia, para pegiat kerajinan harus mau untuk senantiasa berinovasi, berkolaborasi, serta beradaptasi sesuai perkembangan zaman.
”Kita harus terus mengembangkan keterampilan, menjaga kualitas produk, dan terus memperluas jaringan pemasaran. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ke mancanegara,” kata Wury.
Wury menambahkan, hal lain yang tidak kalah penting ialah perhatian para pegiat kerajinan untuk tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan, serta regenerasi perajin. Apabila ketiga hal itu dijalankan, ujarnya, warisan bangsa berupa berbagai produk kerajinan bisa senantiasa lestari.
”Mari kita terus tumbuh bersama, menginspirasi satu sama lain, dan mengangkat warisan budaya bangsa ke tingkat yang lebih tinggi sesuai tema HUT Dekranas tahun ini, yaitu Tumbuh Bersama, Majukan Warisan Bangsa,” kata Wury.
Gejolak ekonomi global juga merupakan peluang untuk merespons dengan kreativitas dan keuletan.
Ketua Panitia Pelaksana Peringatan HUT Ke-44 Dekranas Loemongga Agus Gumiwang menyampaikan, gelaran ini bukan sekadar memperingati hari lahir organisasi. Momen itu sekaligus dijadikan ajang apresiasi dan promosi budaya yang tecermin dalam berbagai produk kerajinan nasional.
Tema tahun ini selaras dengan visi dan misi organisasi tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang diselenggarakan meliputi pelatihan, pendampingan, lokakarya, hingga pameran bagi para pegiat kerajinan. Ada juga kegiatan-kegiatan pertunjukan yang kental nuansa budayanya.
”Dengan tema ini, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk turut serta dalam memelihara dan mengembangkan produk kriya dan wastra, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia,” kata Loemongga.
Imron, pemilik Solo Leather Art, termasuk pegiat kerajinan yang bertekad mengusung unsur budaya lokal pada karya buatannya seperti tas kulit. Lokalitas itu dimasukkannya dengan menambahkan ornamen kain wastra. Cara itu dilakukannya untuk ikut melestarikan dan memopulerkan warisan leluhur.
”Saya mengembangkan produk-produk dari seluruh Indonesia. Kain wastra coba saya angkat. Itu dikembangkan dalam produk tas,” kata Imron yang ikut serta dalam pameran kerajinan yang diadakan Dekranas.