Jelang Pilgub, Bobby Mulai Pasang ”Kaki” di Sejumlah Daerah di Sumatera Utara
Bobby A Nasution memasang ”kaki” di sejumlah daerah. Orang dekatnya maju menjadi calon bupati atau wali kota di Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Para bakal calon gubernur Sumatera Utara mulai menyusun kekuatan. Menantu Presiden Joko Widodo, Bobby A Nasution, memasang ”kaki” di sejumlah daerah. Orang di lingkaran dekatnya maju sebagai calon kepala daerah di sejumlah kabupaten dan kota. Mereka adalah kepala dinas di Kota Medan, tenaga ahli, paman, dan saudara sepupu Bobby.
Langkah terbaru Bobby adalah mendukung Tenaga Ahli Wali Kota Medan Hasanul Jihadi bertarung sebagai bakal calon wali kota Binjai. Jihadi mulai mendaftar ke sejumlah partai politik di Kota Binjai, Jumat (10/5/2024).
”Saya tidak terlepas dari pimpinan saya, sahabat saya, keluarga besar saya, Abangda Muhammad Bobby Nasution. Niat saya hari ini sudah saya sampaikan kepada beliau. Alhamdulillah, kita bersama beliau sama-sama mendoakan yang terbaik untuk Sumut, khususnya Kota Binjai,” kata Jihadi saat mendaftar ke Partai Demokrat Kota Binjai.
Jihadi dikenal sebagai orang dekat Bobby. Dia merupakan Tenaga Ahli Wali Kota Medan non-PNS. Jihadi juga menjabat Sekretaris Alwashliyah Kota Medan. Dia anggota tim pemenangan Bobby saat mencalonkan menjadi wali kota Medan pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2020.
Jihadi tidak menyangkal kalau pencalonannya untuk memperkuat posisi Bobby sebagai calon gubernur. Menurut dia, tidak ada ketentuan yang dilanggar terkait hal tersebut. ”Kalau untuk hal baik menempatkan orang yang terbaik, menempatkan kader-kader terbaik, selama tidak melanggar konstitusi dan apa yang menjadi ketentuan, saya rasa tidak ada masalah,” katanya.
Selain ke Demokrat, Jihadi juga mendaftar ke sejumlah partai, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Gerindra, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ketua Demokrat Kota Binjai Juli Sawitma Nasution menyebut, pihaknya sebelumnya sudah menutup pendaftaran bakal calon wali kota Binjai. Namun, atas perintah dari DPD Demokrat Sumut, pendaftaran untuk bakal calon wali kota kembali dibuka.
Serupa dengan Jihadi, saudara sepupu Bobby, Ricky Prandana Nasution, sudah mendaftar ke Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan PAN untuk maju dalam Pilkada Deli Serdang. Dia tengah berencana mendaftar ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ricky sebelumnya menjadi Koordinator Juru Bicara Tim Kampanye Daerah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Sumatera Utara pada Pemilihan Presiden 2024.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Medan Wirya Alrahman ditunjuk sebagai Penjabat Bupati Deli Serdang. Di Medan, paman Bobby, yakni Benny Sinomba Siregar, sempat ditunjuk menjadi Pelaksana Tugas Harian Sekretaris Daerah Pemkot Medan. Benny disebut-sebut akan maju pada pemilihan wali kota Medan.
Kalau Penjabat Bupati Deli Serdang dan Medan dibuat begitu, ya memang begitulah cara mereka untuk mendapatkan kekuasaan. Enggak fair.
Medan dan Deli Serdang merupakan lumbung suara penentu di Sumut. Meskipun hanya dua dari 33 kabupaten/kota, kawasan itu mencakup 3,28 juta daftar pemilih tetap (DPT) atau 30,26 persen dari total 10,85 juta DPT Sumut.
Di Mandailing Natal, ada Endar Sutan Lubis yang sudah mendaftar ke PKB, Partai Golkar, dan PAN untuk maju dalam pemilihan bupati Mandailing Natal. Di bawah kepemimpinan Bobby, Endar pernah menduduki berbagai jabatan penting dan saat ini menjadi Kepala Badan Pendapatan Daerah Pemkot Medan.
Poros terkuat lain yang diperkirakan akan berhadapan dengan Bobby adalah PDI-P. Dua nama menguat di PDI-P, yakni mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan mantan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.
Sebelumnya, Ketua DPD PDI-P Sumut Rapidin Simbolon menyebut, pihaknya telah mencium langkah pihak lawan yang telah menyusun kekuatan, termasuk penunjukan Sekda Kota Medan sebagai Penjabat Bupati Deli Serdang.
”Kalau Penjabat Bupati Deli Serdang dan Medan dibuat begitu, ya memang begitulah cara mereka untuk mendapatkan kekuasaan. Enggak fair. Enggak bertanding secara jantan,” kata Rapidin.
Saat mendaftar ke PDI-P, Edy menyebut siap melawan Bobby dan mengingatkan jangan ada ”main beras” dan intervensi kekuasaan dari Istana.
”Semua orang boleh bercita-cita menjadi seorang pemimpin. Mau Bobby, mau Musa, mau siapa pun dia. Yang tidak boleh, melukai aturan yang ada. Kalau aturannya begini, ikuti begini. Tidak boleh bawa beras, ya jangan pakai beras. Tidak boleh melakukan intervensi melalui kekuasaan, ya jangan lakukan itu,” kata Edy.