Kalimantan Barat Tidak Sepenuhnya Aman dari Guncangan Gempa
Gempa bumi tektonik kerap terjadi di Kalimantan Barat dan harus diantisipasi dengan pembangunan yang lebih cermat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·1 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah kejadian gempa bumi mengguncang Kalimantan Barat membuktikan daerah itu tidak sepenuhnya aman dari ancaman bencana itu. Kondisi ini membuat pembangunan beragam infrastruktur harus dilakukan lebih cermat.
Kejadian terakhir dirasakan warga sebagian warga Sanggau pada Senin (7/5/2024). Gempa bermagnitudo 3,2 itu terjadi pukul 16.50 WIB. Tidak ada laporan kerusakan dalam peristiwa itu.
”Kami mendapatkan laporan dari warga mereka merasakan gempa,” ujar prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas 1 Supadio, Pontianak, Ade, Rabu (8/5/2024).
Tina (29), waga Dusun Noyan, Desa Noyan, Kecamatan Noyan, Sanggau, merasakan getaran gempa. Dia menyebut baru pertama kali merasakan gempa menggetarkan rumahnya.
”Getaran terasa hanya satu hingga dua detik saja. Awalnya warga mengira itu guntur karena kebetulan mendung. Tidak ada kerusakan dalam kejadian tersebut,” kata Tina.
Kejadian ini menambah panjang daftar kejadian gempa di Kalbar. Beberapa di antaranya gempa M 3,1 pada Maret 2019 di Sintang, gempa M 4 di Bengkayang pada Juni 2022, gempa M 4,9 di Katapang pada Juli 2022, dan gempa M 4,3 di Kapuas Hulu pada Maret 2024.
Data BMKG menyebut, sejumlah sesar terdapat di Kalimantan. Sesar itu adalah Meratus, Mangkalihat, Tarakan, Maratua, Sampurna, dan Paternoster.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Hendrikus Adam menuturkan, gempa bumi ini harus disikapi dengan mitigasi sejumlah pihak, terutama pemerintah. Segala jenis pembangunan infrastruktur harus mempertimbangkan risiko yang bakal terjadi. Dia mencontohkan kabar pembangunan tenaga listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bengkayang.
”Mungkin ke depan bisa dipertimbangkan pemanfaatan potensi energi terbarukan lain yang lebih aman,” kata Hendrikus.
Wacana PLTN di Kalbar muncul tahun 2019. Sebelumnya, berdasarkan riset tim penyiapan pembangunan PLTN dan komersialisasinya, Bengkayang dinilai sebagai daerah yang tepat.