Edy Rahmayadi Menguat sebagai Cagub Sumut dari PDI-P, Foto Jokowi Diturunkan
Edy siap melawan menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, dan mengingatkan jangan “main beras” dan intervensi Istana.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Edy Rahmayadi menguat sebagai calon gubernur Sumatera Utara dari PDI-P. Edy siap melawan menantu Presiden Joko Widodo, Bobby A Nasution, dan mengingatkan jangan ada “main beras” dan intervensi kekuasaan dari Istana. PDI-P menyambut hangat pendaftaran Edy. Partai itu pun menurunkan foto Jokowi dan siap melawan Bobby.
Nama mantan Gubernur Sumut itu menguat setelah mendaftar sebagai calon gubernur ke Kantor PDI-P Sumut di Medan, Senin (6/5/2024). Berbeda dengan pendaftaran calon lainnya, PDI-P menyambut Edy dengan mendirikan tenda di halaman kantor. Hampir semua pengurus PDI-P Sumut hadir menyambut Edy.
Berkas pendaftaran Edy langsung diterima Ketua DPD PDI-P Sumut Rapidin Simbolon. Edy dan PDI-P menyampaikan kepentingan yang sama, yakni melawan Bobby yang namanya menguat sebagai calon gubernur Sumut dari Partai Golkar. Nama lain yang menguat adalah mantan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, yang berebut tiket dari Golkar dengan Bobby.
“Semua orang boleh bercita-cita menjadi seorang pemimpin. Mau Bobby, mau Musa, mau siapa pun dia. Yang tidak boleh melukai aturan yang ada. Kalau aturannya begini, ikuti begini. Tidak boleh bawa beras, ya jangan pakai beras. Tidak boleh melakukan intervensi melalui kekuasaan, ya jangan lakukan itu,” kata Edy.
Edy mengingatkan agar tidak ada campur tangan Istana dalam Pilkada 2024 ini. “Ini adalah kontestasi untuk menjadi gubernur. Enggak ada urusannya Istana. Istana Maimun mungkin itu,” kata Edy.
Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu menyebut, dia melihat Bobby bukan karena menantu Presiden. Dia melihat Bobby karena dia Nasution, orang Medan, dan berhak ikut dalam kontestasi menjadi seorang gubernur.
Nuansa perlawanan terhadap kekuatan politik Jokowi terasa sangat kuat pada pendaftaran gubernur di Kantor PDI-P itu. Di Aula Bung Karno yang menjadi tempat penerimaan berkas pendaftaran itu, hanya ada foto Wakil Presiden Ma’ruf Amin di bawah lambang negara Garuda Pancasila. Sementara, foto Jokowi tampak sudah diturunkan dari dinding ruangan itu.
Kalau mencari pemenang saja sudah kita lihat fakta dan kenyataannya. Yang sulit itu mencari pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan tidak berkhianat.
Edy juga menegaskan, tidak mungkin dia berpasangan dengan Bobby atau Musa. Dia berseloroh, tinggi badannya terpaut jauh dibandingkan Bobby ataupun Musa sehingga tidak cocok kalau foto bersama.
“Waktu berfoto itu yang satu (Musa) terlalu tinggi, saya terlalu bawah. Jadi kurang simetris, kurang pas kalau berpasangan. Kalau sama Bobby lebih tinggi juga dia itu. Saya sulit atau tidak mungkin,” kata Edy.
Rapidin menyebut, hubungan PDI-P Sumut dengan Edy berjalan baik selama Edy menjabat Gubernur periode 2018-2023 meskipun partai itu bukan pengusung Edy. “Kalau nanti keputusan DPP yang dipimpin Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri Pak Edy yang menjadi calon gubernur Sumut, terus terang kami akan all out. Kami akan mengerahkan seluruh kekuatan partai untuk memenangkan Pak Edy,” kata Rapidin.
Rapidin menyebut, hampir semua pengurus PDI-P Sumut hadir menyambut pendaftaran Edy. Ada suasana batin yang sama yang ingin mencari pemimpin yang tidak berkhianat. “Kalau mencari pemenang saja sudah kita lihat fakta dan kenyataannya. Yang sulit itu mencari pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan tidak berkhianat,” kata Rapidin.
Rapidin menyebut, PDI-P sangat terbuka kepada Edy meskipun bukan kader PDI-P. Dalam sejarah perjalanan Pilgub Sumut, PDI-P disebut pernah mencalonkan Mayjen (Purn) Tri Tamtomo yang bukan kader dan dipasangkan dengan kader PDI-P, yakni Benny Pasaribu, pada Pilgub Sumut 2008. Partai tersebut juga menyebut terbuka kepada semua calon, kecuali Bobby, karena sudah dipecat dari partai. Dia dianggap tidak mendukung partai sejak Pilpres 2024.
Sekretaris PDI-P Sumut Sutarto menyebut sudah dua orang yang mendaftar sebagai bakal calon gubernur Sumut ke partainya. Selain Edy, ada juga Nikson Nababan, mantan Bupati Tapanuli Utara sekaligus Ketua PDI-P di daerahnya. Saat ditanya tentang gambar Jokowi yang diturunkan dari aula itu, Sutarto melipir tidak menjawab.
Dalam beberapa waktu terakhir ini, Pilgub Sumut terus memanas. PDI-P menjadi salah satu poros terkuat. Partai itu diperkirakan memperoleh 21 dari 100 kursi DPRD Sumut, bisa mencalonkan sendiri karena perolehan kursi lebih dari 20 persen. Poros terkuat lainnya adalah Partai Golkar yang mendapat 22 kursi dan akan menduduki Ketua DPRD Sumut. Gerindra yang mendapat 13 kursi masih harus berkoalisi.
Edy menyebut, kecil kemungkinan dia akan mendaftar ke poros Golkar ataupun Gerindra. Apalagi, pengurus dua partai itu secara terbuka menyebut menutup pintu karena Edy menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
“Kalau sudah membuat pakem, tidak perlu kita membuang waktu,” kata Edy saat ditanya tentang kemungkinan mendaftar ke Golkar dan Gerindra. Setelah dari PDI-P, Edy dijadwalkan mendaftar ke Partai Nasdem, PKB, dan PKS, partai pengusung Anies-Muhaimin.