Sepanjang dua periode Presiden Jokowi, tujuh bendungan dibangun di NTB untuk mengantisipasi kekeringan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
Presiden Joko Widodo kembali meresmikan bendungan di tengah kunjungan kerjanya pada Kamis (2/5/2024). Kali ini adalah Bendungan Tiu Suntuk di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan, perubahan iklim membuat ke depan, air menjadi kunci bagi kehidupan.
”Air jadi sangat penting bagi kehidupan kita. Utamanya di Nusa Tenggara Barat (NTB). Baik untuk pertanian, baik itu juga untuk air baku, air minum kita. Oleh sebab itu, pemerintah sepuluh tahun ini membangun tujuh bendungan di NTB, hanya di NTB. Paling banyak,” tutur Presiden Jokowi.
Bendungan Tiu Suntuk menjadi salah satu bendungan yang besar di NTB. Pembangunan bendungan ini dimulai pada Februari 2020 dan menghabiskan biaya Rp 1,4 triliun.
Dengan kapasitas tampung 60,8 juta meter kubik dan luas genangan 312,09 hektar, Bendungan Tiu Suntuk nantinya akan mampu mengairi daerah irigasi seluas 1.900 hektar di Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Brang Ene. Kedua kecamatan ini memiliki lahan pertanian cukup luas, tetapi kinerja menurun akibat kekurangan suplai air.
Bendungan Tiu Suntuk juga bisa menyediakan air baku dengan kapasitas 68 liter per detik. Untuk mengurangi potensi banjir, bendungan ini memiliki kemampuan reduksi sampai 390 meter kubik per detik.
Potensi lainnya adalah sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) sebesar 0,81 MW. Selain itu, bendungan juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat konservasi, tempat pariwisata, dan perikanan darat.
Air jadi sangat penting bagi kehidupan kita. Utamanya di NTB. Baik untuk pertanian, baik itu juga untuk air baku, air minum kita. Oleh sebab itu, pemerintah sepuluh tahun ini membangun tujuh bendungan di NTB, hanya di NTB. Paling banyak.
Konstruksi Bendungan Tiu Suntuk yang terletak di Desa Muhahiddin, Kecamatan Brang Ene, Kabupaten Sumbawa Barat, ini sebenarnya rampung pada Oktober 2023 lalu. Pembangunan dilanjutkan dengan pengisian air (impounding) yang dimulai pada 16 Oktober lalu.
Tujuh bendungan lainnya
Selain Bendungan Tiu Suntuk, enam bendungan lain juga dibangun di NTB sepanjang periode Presiden Jokowi. Bendungan lainnya adalah Bendungan Tanju dan Bendungan Mila di Kabupaten Dompu, Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat, Bendungan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat, dan Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa.
Selain Bendungan Tiu Suntuk, bendungan lain yang dibangun sepanjang periode Presiden Jokowi tercatat ada lima.
Bendungan Tanju diresmikan tahun 2018, sedangkan Bendungan Mila pada 2019. Bendungan Bintang Bano dengan kapasitas 76 juta meter kubik dan berbiaya Rp 1,44 triliun diresmikan Presiden Jokowi pada 14 Januari 2022. Adapun Bendungan Beringin Sila yang memakan anggaran Rp 1,7 triliun dan berkapasitas tampung 27,46 juta meter kubik diresmikan pada 29 Desember 2022 oleh Presiden Jokowi.
Bendungan Meninting masih dalam pengerjaan
Sementara itu, Bendungan Meninting di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, masih dalam pengerjaan. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan Bendungan Meninting pada Rabu (1/5/2024).
”Progres fisiknya bagus, sudah 81 persen. Riprap juga rapi, baik di bagian depan maupun belakang. Mudah-mudahan pada Agustus 2024 bisa selesai,” kata Basuki dalam keterangan yang diterima harian Kompas.
Progres fisiknya bagus, sudah 81 persen. Riprap juga rapi, baik di bagian depan maupun belakang. Mudah-mudahan pada Agustus 2024 bisa selesai.
Bendungan Meninting akan berkapasitas 12,2 juta meter kubik dan memiliki luas genangan 53,6 hektar. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 2020 dengan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun. Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I Tampang menambahkan, saat ini sedang diupayakan supaya impounding (pengisian air) bisa dimulai pada Juli 2024. Dengan demikian, bendungan bisa segera bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam perhitungan, Bendungan Meninting akan menyediakan air irigasi pertanian di areal seluas 1.559 hektar. Manfaat lainnya adalah penyediaan air baku dengan kapasitas 150 liter per detik dan potensi pembangkit listrik tenaga mikrohidro sebesar 0,8 MW.
”Di samping itu, Bendungan Meninting juga dapat mereduksi banjir di wilayah Lombok Barat sebesar 28 persen atau dengan kapasitas 80 meter kubik per detik. Bendungan ini juga memiliki potensi pariwisata dan perikanan tangkap,” tambah Tampang.
Secara keseluruhan, sepanjang 2015-2023, Kementerian PUPR telah menyelesaikan 42 bendungan dari keseluruhan 61 bendungan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Enam bendungan tahun lalu
Saat ini kita sedang upayakan sekuat tenaga untuk menyelesaikan sisa 19 bendungan hingga akhir tahun 2024 atau selambat-lambatnya pada awal 2025.
Pada tahun 2023, menurut Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja, telah diselesaikan enam bendungan lainnya dengan kapasitas cukup besar. Selain Bendungan Tiu Suntuk, lima lainnya adalah Bendungan Cipanas (Jawa Barat), Sepaku Semoi (Kalimantan Timur), Karian (Banten), Ameroro (Sulawesi Tenggara), dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
”Saat ini kita sedang upayakan sekuat tenaga untuk menyesaikan sisa 19 bendungan hingga akhir tahun 2024 atau selambat-lambatnya pada awal 2025,” kata Endra.
Bendungan-bendungan ini diharap memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan air nasional. Umumnya, bendungan yang dibangun memiliki banyak fungsi, antara lain, sebagai sumber air irigasi, penyedia air baku, pembangkit energi listrik terbarukan, pengendalian banjir, konservasi air, dan pengembangan pariwisata. (INA)