Musim Bertelur Tiba di Pesisir Selatan, Jual-Beli Telur Penyu Masih Jadi Ancaman
Musim bertelur penyu sudah tiba di pesisir selatan Jawa. Jual beli telur penyu masih jadi ancaman pelestarian satwa ini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Akhir Maret hingga April 2024 ini sudah memasuki musim bertelur bagi penyu di kawasan pesisir selatan Jawa Tengah, baik di Kabupaten Cilacap maupun di Kebumen. Setidaknya ada 318 telur penyu yang dievakuasi ke tempat aman oleh tiga kelompok konservasi di pesisir selatan. Anggota kelompok konservasi juga telah memulai ronda atau patroli malam untuk mencari sarang penyu bertelur. Jual-beli telur penyu masih jadi ancaman pelestarian satwa ini.
”Kami mengamankan 91 butir telur penyu pada 31 Maret 2024. Ini menjadi tanda sudah memasuki musim bertelur bagi penyu,” kata Koordinator Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap Jumawan saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (20/4/2024).
Jumawan mengatakan, 91 butir telur penyu itu didapatkan dari tengkulak yang menjualbelikan telur penyu kepada warga di sekitar Pantai Karangtawang.
”Kami dapat laporan warga, ada jual-beli telur penyu. Empat butir dijual Rp 10.000. Lalu, bersama perangkat desa di sana, kami datangi dan edukasi bahwa penyu adalah satwa yang dilindungi dan tidak boleh diperjualbelikan,” katanya.
Kemudian, lanjut Jumawan, telur penyu yang hendak diperjualbelikan itu dibawa ke pusat konservasi di sekitar Pantai Sodong untuk diinkubasi sekitar 1,5 bulan dalam pasir supaya bisa menetas di kemudian hari. Atas temuan itu, anggota tim konservasi kemudian memulai patroli atau ronda malam menyusuri pantai untuk mengamankan penyu yang bertelur.
”Kami biasanya start pukul 03.00 WIB, lalu berjalan kaki atau menggunakan motor trail menyusuri pantai,” ujar Jumawan.
Seperti diketahui, selain ancaman dari nelayan atau manusia yang kurang memperoleh edukasi terkait satwa dilindungi, telur-telur penyu juga kerap menjadi incaran predator seperti ular dan biawak.
Tim konservasi biasanya mencari jejak penyu yang menepi ke darat, lalu menggali pasir untuk bertelur. Dari sarang itu, telur-telur penyu dipindahkan ke pusat konservasi untuk ditetaskan dan kemudian dilepasliarkan.
”Tahun lalu, kami melepasliarkan 855 tukik atau anak penyu. Itu berasal dari 14 sarang,” kata Jumawan.
Selain ancaman dari nelayan atau manusia yang kurang memperoleh edukasi terkait satwa dilindungi, telur-telur penyu juga kerap menjadi incaran predator seperti ular dan biawak.
Ketua Wisata Pantai Kembar Terpadu Kebumen Muji Arisno, yang juga merintis kelompok konservasi penyu, menyampaikan, timnya juga sudah mengevakuasi 167 butir telur penyu dari dua sarang.
”Ada dua sarang penyu yang ditemukan. Satu sarang berisi 82 butir dan yang kedua berisi 85 butir,” kata Muji.
Muji menyampaikan, telur itu ditemukan pada Sabtu (16/3/2024) dan Kamis (4/4/2024). Diperkirakan telur penyu itu akan menetas pada 1 Mei dan juga 20 Mei 2024. Kelompok konservasi penyu di Dukuh Kembar, Desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring, Kebumen, ini pada 2020 menyelamatkan 124 telur penyu dan dari jumlah itu berhasil menetas 47 ekor.
Kemudian, pada 2021, ada 838 telur penyu yang diselamatkan dan menetas 403 ekor. Pada 2022, ada 934 telur yang diamankan, lalu menetas 573 ekor. Pada 2023, dari 1.909 telur yang diamankan, ada 779 ekor yang menetas.
Selain itu, dari Pantai Kaliratu, Kebumen, Ketua Kelompok Pelestari Alam Jogosimo Achmad Munadjat menyampaikan, kelompoknya telah mengamankan 1 sarang penyu dengan total telur mencapai 60 butir.
”Satu sarang penyu kami temukan hari Kamis. Total ada 60 butir telur,” kata Munadjat.