Puncak Arus Balik Terlewati, Baru 46 Persen Pemudik Kembali ke Jawa
Arus balik dinilai lebih terurai dibanding arus mudik. Pemudik dapat lebih fleksibel menentukan jadwal kepulangannya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
CILEGON, KOMPAS – Puncak arus balikpenyeberangan dari Sumatera ke Jawa diperkirakan telah terlewati pada Senin (15/4/2024). Sudah 58 persen pemudik yang kembali. Arus balik lebih terurai karena perjalanan kapal yang ditambah dan waktu balik yang lebih panjang.
Penyeberangan penumpang dan kendaraan dari Pelabuhan Bakauheni ke Merak mulai melandai, Senin (15/4/2024) siang, setelah puncak arus balik diperkirakan telah terlewati pada Minggu (14/4/2024).
“Alhamdulillah, jika mengacu pada data arus mudik, sebagian besar masyarakat yang melakukan perjalanan mudik ke Sumatera telah kembali ke Jawa. Sesuai prediksi, puncak arus balik terjadi pada Minggu malam,” kata Sekretaris Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry Shelvy Arifin.
Menurut data ASDP Posko Bakauheni, Lampung, pada Senin hingga pukul 15.00, jumlah kapal beroperasi pada puncak arus balik sebanyak 34 unit. Total penumpang yang menyeberang sebanyak 98.709 orang. Jumlah kendaraan yang memanfaatkan kapal feri menuju Jawa dari pelabuhan tersebut mencapai 21.233 unit.
ASDP mencatat, penumpang yang telah kembali dari Sumatera ke Jawa mulai Kamis (11/4/2024) hingga Senin pukul 15.00 sebesar 485.913 orang. Jumlah itu setara dengan 58 persen dari total penumpang yang berangkat dari Pulau Jawa pada arus mudik periode H-7 hingga hari H Lebaran yang menyentuh 835.718 orang.
Dalam periode itu pula, kendaraan yang kembali dari Sumatera ke Jawa baru 114.258 unit atau 58 persen dari total kendaraan yang berangkat saat arus mudik. Kala itu, ada 196.287 unit kendaraan menyeberang dari Jawa ke Sumatera.
Menurunnya arus penyeberangan Sumatera-Jawa dirasakan pemudik. Angga (47) dan keluarganya menyeberang dari Pelabuhan Bakauheni dengan lancar. Ketika memasuki pelabuhan pun tak ada antrean yang berarti.
“Enggak ada antrean, lancar kok. Tadi langsung masuk aja ke kapal feri,” kata Angga.
Berdasarkan pantauan Kompas, jumlah pemudik yang tiba di Pelabuhan Merak tergolong lebih banyak dibanding mereka yang menuju Pelabuhan Bakauheni. Hal ini berlaku pada seluruh kelompok penumpang, baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan.
Para portir berlalu-lalang, sibuk membawa beragam barang milik penumpang. Sebagian dari mereka memanfaatkan kereta dorong (trolley) yang hanya tersedia di terminal kapal ekspres. Akibatnya, sejumlah portir dan penumpang terminal kapal reguler terpaksa membawa barang-barang secara manual tanpa bantuan alat.
Secara nasional, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat, pengguna angkutan penyeberangan mendominasi dalam puncak arus balik pada Minggu (14/4/2024). Trennya pun meningkat dibanding tahun lalu dalam periode yang sama.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, jumlah pengguna angkutan penyeberangan paling menonjol dengan total 361.171 penumpang. Angka itu naik 29,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Di antara moda transportasi lain, proporsi penumpang angkutan penyeberangan mencapai 28,3 persen pada H+3 Lebaran.
“Pemerintah telah mengeluarkan surat edaran pelaksanaan work from home (WFH) bagi aparatur sipil negara (ASN). Untuk itu, kepada masyarakat yang masih memiliki waktu lebih lama di kampung halaman, kami imbau untuk menghindari waktu puncak arus balik saat kembali ke Jakarta,” tuturnya.
Jumlah pemudik yang kembali dari Sumatera ke Jawa yang sudah mencapai 58 persen dibandingkan arus mudik menunjukkan terurainya kepadatan di pelabuhan.
Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang, hampir setengah pemudik belum kembali ke Jawa. Ini menunjukkan terurainya penumpukan arus balik. Sebab, masyarakat dapat lebih fleksibel menentukan waktu kepulangan.
“Berarti memang sangat terurai arus baliknya karena kalau Lebaran, waktunya tak bisa diundur. Namun, namanya orang bekerja, apalagi sekarang ada waktu WFH, berarti tak ada kewajiban harus pulang on time besok,” kata Deddy.
Periode arus balik justru bisa lebih panjang waktunya. Sebab, pemudik tak ditargetkan dengan waktu tertentu untuk kembali ke perantauan. Berbeda dengan arus mudik yang mengharuskan mereka tiba di kampung halaman pada waktu-waktu tertentu sebelum Lebaran.
Menurut Deddy, tren arus balik justru bisa berlanjut hingga pekan depan. Terpecahnya waktu kepulangan ini mampu menekan risiko kemacetan saat arus balik.
Berkaca dari penumpukan kendaraan di Merak saat puncak arus mudik, kata Deddy, ini disebabkan salah prediksi. Jumlah pemudik lebih tinggi dari perkiraan. Peningkatan ini antara lain karena Tol Trans-Sumatera yang semakin panjang sehingga banyak pemudik memilih menggunakan mobil.
“Kalau berdasarkan survei, prediksi penyeberangan Merak-Bakauheni sepertinya meleset. Jelas yang akan mudik ke Sumatera jauh lebih banyak daripada sebelum ada jalan tol,” ujar Deddy yang juga Wakil Ketua Forum Angkutan Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia.
Banyak pemudik mengeluh kehabisan tiket kapal feri. Namun, hal itu mestinya dapat diantisipasi karena kehabisan tiket bukan berarti mengganjal para pemudik untuk pulang kampung.
Pengelola pelabuhan semestinya dapat memperbarui kapal, menambah armada, dan jumlah perjalanan sehingga kapasitas penumpang lebih besar.
Dalam jangka pendek, pengelola pelabuhan dan penyeberangan yakni PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dapat menyewa kapal-kapal dari Thailand dan Vietnam yang tak merayakan Lebaran. Tambahan armada bisa untuk membantu penyeberangan saat hari besar.
Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menyiapkan pembangunan jembatan penyeberangan antarpulau. Pembangunan ini cukup penting karena Jawa dan Sumatera mempunyai penduduk yang padat dengan ekonomi yang cukup besar.