Angkutan Gelap Berujung Kecelakaan, Membawa Duka Saat Lebaran
Kecelakaan KM 58 Tol Jakarta-Cikampek merenggut kebahagiaan Yuyun (52). Ia harusnya berlebaran bersama anak tercintanya.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·3 menit baca
Yuyun Yuliasari (52) waswas menunggu kabar dari putranya, Muhammad Nurzaky (21), Senin (8/4/2024). Zaky seharusnya sudah tiba di kampung halamannya di kabupaten Ciamis, Jawa Barat, untuk merayakan Lebaran bersama Ibu dan keluarga tercinta. Seperti petir di siang bolong, Yuyun mendapat kabar kalau kendaraan yang ditumpangi anaknya mengalami kecelakaan.
“Ibu, sekarang kita harus ke Karawang untuk menjenguk Zaky,” begitu kabar yang diterima Yuyun. Kata ’jenguk’ membuatnya bingung karena anaknya tidak sakit.
Beberapa saat kemudian, Yuyun mendapat penjelasan kalau Zaky menjadi satu korban meninggal pada kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek Kilometer 58 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Yuyun bergegas ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang.
Yuyun langsung menjalani tes asam deoksiribonukleat (DNA) karena semua korban mengalami luka bakar 90-100 persen sehingga sulit dikenali. Bila DNA cocok, jenazah korban bisa dibawa keluarga.
Kepergian Zaky membawa awan kelabu ke tengah keluarga Yuyun. Lebaran tahun ini harus dilewati dengan kesedihan seperti tahun lalu. Yuyun dan keluarga menjalani Idul Fitri di RSUD Karawang menunggu identifikasi jenazah anaknya. Tahun lalu, Yuyun juga melewati Ramadhan di Rumah Sakit Paru Hendrik Alexander Rotinsulu, Bandung, menemani suami yang menderita tumor paru yang akhirnya meninggal sebelum Lebaran.
“Saya tidak menyangka, belum ada satu tahun bapaknya meninggal, sekarang Zaky yang meninggal karena kecelakaan. Zaky kamu anak baik,” ucapnya mengenang sang putra. Zaky yang bekerja di sebuah klinik gigi di Bekasi itu juga harusnya menjadi wali pernikahan kakaknya.
Peristiwa tragis ini juga begitu menyakitkan bagi Cicih Ratnengsih (46). Dua putrinya, Najwa Ghefira (22) dan Aisyah Hasna Humaira (19) juga menjadi korban kecelakaan KM 58 Jakarta-Cikampek. Tidak hanya itu, sang sepupu Eva Daniawati (29) pun turut menjadi korban.
Mudik kali ini juga untuk ziarah ke makam almarhum ayahnya, yang baru meninggal delapan bulan lalu. Seluruh keluarga inti yang dicintai Cicih sudah tiada.
Kampanye mudik aman jangan hanya jargon. Harus ada ketegasan dari regulator dan kepolisian berantas angkutan ilegal.
Saat hendak menjalani tes DNA, Asep Widiarto (43), adik dari Cicih, menceritakan, sang kakak hampir tidak bisa mengeluarkan satu kata pun saat dimintai informasi oleh tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) Polda Jawa Barat.
Cicih yang tinggal di Bogor rencananya akan menyusul putrinya ke kampung halaman di Kuningan usai malam takbiran. Cicih masih harus bekerja di sebuah rumah sakit di Kota Bogor. Niat menyusul kedua putri pupus sudah. Keluarga memutuskan akan kembali ke kampung bila seluruh jenazah sudah berhasil diidentifikasi.
Kondisi jenazah yang terbakar membuat Cicih sulit mengenali jenazah anaknya. Dia juga belum mampu melihat jenazah anak dan saudari sepupunya. “Keluarga akan bawa bila tiga-tiganya sudah diidentifikasi,” ucap Asep.
Angkutan gelap
Kejadian yang menyakitkan harus menjadi pelajaran bagi transportasi umum Indonesia. Investigasi awal Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan, minibus Gran Max yang mengalami kecelakaan adalah angkutan gelap atau tidak resmi. Sopir yang mengendarai mobil tersebut juga menyetir melebihi waktu sehingga menyebabkan kelelahan.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan, angkutan gelap ini melanggar aturan keselamatan, salah satunya membawa penumpang melebihi kapasitas. Akibatnya, kendaraan tidak stabil dan hampir seluruh penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman. “Hal ini membuat fatalitas yang terjadi akibat kecelakaan sangat tinggi,” katanya.
Sopir yang mengendarai minibus juga bekerja melebih batas waktu. Dia mengemudi terus-menerus tanpa istirahat yang cukup selama empat hari. Sejak Jumat (5/4/2024) hingga kecelakaan terjadi, dia pergi-pulang Jakarta-Ciamis.
Dalam kondisi kelelahan, sopir Gran Max berangkat dari Jakarta ke Ciamis pada Senin (8/4/2024) pukul 06.00. Sopir memilih jalur contraflow di Tol Jakarta-Cikampek. Setelah satu jam melaju, Gran Max melipir ke arah kanan dan masuk ke jalur kendaraan dari arah berbeda. Sopir diduga mengantuk.
Sebuah bus Primajasa yang datang dari arah Cikampek menghantam minibus itu. Sebuah Toyota Rush juga menghantam bus dari belakang lalu menghantam Gran Max tersebut. Minibus Gran Max dan Rush terbakar. Namun, hanya penumpang Gran Max yang meninggal.
Ketua Bidang Angkutan Orang Organisasi Angkutan Darat Kurnia Lesani Adnan menjelaskan, angkutan ilegal semakin ramai sejak tahun 2021. Semua pihak berharap agar angkutan gelap ditindak agar tidak ada lagi yang kehilangan orang dicinta karena kecelakaan akibat kelalaian.