Menembus Macet, Melepas Rindu
Momen Lebaran paling ditunggu sepanjang tahun. Tak masalah menembus macet, yang penting bisa Lebaran bersama keluarga.
Setelah menembus kemacetan dalam perjalanan selama 14 jam, Yusron Amirul Fajri (21) bersama ayah dan ibunya akhirnya mendapat giliran naik ke kapal penyeberangan Merak-Bakauheni. Mereka menembus macet dan menunggu berjam-jam di pelabuhan untuk bertemu dan merayakan Idul Fitri bersama kakek dan nenek di kampung halaman di Bandar Lampung.
“Kami berangkat dari Karawang pukul 05.00 dan langsung menghadapi kemacetan lalu-lintas di Tol Jakarta-Merak. Setelah tiba di Pelabuhan Merak, kami juga harus menunggu dan baru bisa naik ke atas kapal pukul 19.00,” kata Yusron.
Perjalanan mudik dari Jawa ke Sumatera menjadi salah satu jalur paling macet pada mudik Lebaran tahun ini. Kemacetan lalu-lintas mulai menghadang sejak Tol Jakarta-Merak hingga memasuki Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten. Jakarta-Merak yang biasanya bisa ditempuh dalam 3,5 jam menjadi 14 jam.
Setelah bisa masuk ke kawasan pelabuhan, Yusron sedikit lega karena mereka bisa keluar mobil dan berbelanja di mal atau menikmati jajanan di beberapa rumah makan dan restoran di Pelabuhan Merak.
Baca juga: Puncak Arus Mudik di Pelabuhan Bakauheni, Pemudik Sepeda Motor Dapat Pengawalan
Fauzi Ari (37), penumpang lain, juga menghadapi kemacetan lalu-lintas. Sambil menunggu mendapat giliran masuk kapal, istrinya membawa anaknya yang berusia dua tahun bermain ke mal di pelabuhan.
“Kalau sudah sampai pelabuhan sudah enak karena banyak pilihan wahana anak. Tadi waktu macet di tol, anak saya nangis terus karena bosan di mobil,” kata Fauzi.
Hal serupa juga dialami oleh Noni (35), pemudik dari Jakarta Timur. Dia sudah berangkat dari rumah pukul 07.00 menuju Lampung. Tiket penyeberangan sudah di tangan karena dibeli secara daring sejak lebih dari sepekan lalu.
Baru sekitar 1,5 jam menempuh perjalanan, mereka langsung berhadapan dengan kemacetan di Kilometer 87 Tol Jakarta-Merak. Hingga pukul 15.30, dia masih berada di Kilometer 94. Jalan sepanjang tujuh kilometer ditempuh dengan waktu tujuh jam.
Di simpul kemacetan di Kilometer 96, warga sampai membuka rumahnya sebagai toilet umum. “Warga itu sungguh membantu pemudik yang terkena macet hingga berjam-jam,” katanya.
Sepanjang perjalanan, dia kerap mengecek akun Instagram PT ASDP Indonesia Ferry serta menghubungi kerabat-kerabatnya yang berada di jalur mudik. Mengetahui akan terkena macet, dia sampai membawa bahan kerajinan seni makrame atau simpul tali agar bisa menjaga emosi selama macet.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (persero) Ira Puspadewi mengatakan, mereka menyiapkan sejumlah langkah untuk memperlancar arus penyeberangan Merak-Bakauheni selama mudik Lebaran. Tahun ini, tiket penyeberangan hanya dijual secara daring, tidak bisa lagi membeli di tempat.
Bersama Korps Lalu-Lintas Polri, mereka menerapkan sistem penundaan masuk pelabuhan (delay system). Kendaraan ditahan sejak di jalan tol untuk mencegah penumpukan di Pelabuhan Merak. Setelah kendaraan di pelabuhan terangkut kapal, kendaraan di jalan tol baru boleh maju sedikit demi sedikit.
“Kami mengimbau agar penumpang membeli tiket sejak jauh hari melalui aplikasi Ferizy atau mitra penjualan resmi. Pastikan bertiket maksimal H-1 keberangkatan serta datang ke pelabuhan sesuai jadwal yang tertera di tiket," tutur Ira.
Berdasarkan data Posko Merak pada 06 April 2024 hingga pukul 23.59, jumlah kapal yang beroperasi sebanyak 39 unit kapal. Sekitar 150.000 penumpang dan 36.000 kendaraan menyeberang dari Jawa ke Sumatera melalui Pelabuhan Merak pada hari itu.
Baca juga: Dari Pakaian hingga Ayam Jago Dibawa ke Kampung Halaman
Dari sisi jumlah kendaraan, puncak arus mudik di Pelabuhan Merak terlihat dari tiket yang terjual habis sampai 8 April 2024. Tiket penyeberangan mobil baru tersedia untuk penyeberangan Selasa (9/4/2024). Setiap harinya, setidaknya 24.000 kendaraan menyeberang dari Merak ke Bakauheni.
Penumpang yang sudah menyeberang dari Jawa ke Sumatera mulai dari H-7 hingga H-4 tercatat 363.269 orang. Total kendaraan yang menyeberang pada masa itu sebanyak 82.996 unit.
Banyaknya kendaraan yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera juga tergambar dari data Astra Infra. Sepanjang 31 Maret-6 April 2024 atau H-10 sampai H-4 Lebaran, akumulasi kendaraan yang melintasi Tol Tangerang-Merak sebanyak 1,14 juta kendaraan. Peningkatan signifikan jumlah kendaraan terjadi mulai H-9, yakni meningkat 20 persen dari hari sebelumnya.
Kepala Komunikasi Perusahaan Astra Infra Deddy Pradityo Opficon mengatakan, pada 6 April 2024 tercatat sekitar 8.000 kendaraan melintasi Gerbang Tol Merak menuju Pelabuhan Merak. Adapun pada 7 April 2024 pukul 00.00-15.00, sekitar 6.000 kendaraan sudah melintasi Gerbang Tol Merak.
Untuk mencegah penumpukan kendaraan di Pelabuhan Merak, pihaknya membatasi lajur transaksi di Gerbang Tol Cikupa. Pihaknya juga membagikan makanan bagi pengendara yang tersendat perjalanannya di dalam tol.
“Petugas secara rutin melakukan pembersihan jalur dan penyiagaan sekitar 400 unit toilet, termasuk toilet bergerak yang tersebar di KM 94-96 arah Merak,” kata Deddy.
Tol Trans Jawa
Arus mudik di Tol Trans Jawa juga mengalami kemacetan meskipun tidak separah arus mudik menuju penyeberangan Merak-Bakauheni. Charolina Septiayuka (27) menempuh perjalanan dari Depok, Jawa Barat, ke Surakarta, Jawa Tengah, dengan waktu 12 jam. Di hari biasa, perjalanan itu biasanya bisa ditempuh 5-7 jam.
“Kemacetan antara lain terjadi di Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang, dan Tol Semarang-Salatiga, Jateng,” kata Charolina.
Charolina menyebut, simpul kemacetan yang dia lewati yakni tempat istirahat, gerbang tol, dan kendaraan yang berhenti di bahu tol. “Titik paling macet dari Cikampek sampai Surakarta. Karena macet, aku kadang sampai pakai rem tangan saking lamanya berhenti,” ucapnya.
Pemudik yang menggunakan sepeda motor juga menghadapi kemacetan. Bayu Maarif (24) berangkat dari Kota Bekasi pukul 17.00 dan tiba di Karawang, Jawa Barat, pukul 19.00. Perjalanannya kali ini cukup mulus karena tidak ada kemacetan sepanjang jalan.
“Macet hanya di persimpangan Stasiun Bekasi karena di situ pemotor dari arah Jakarta dan Bekasi bertemu. Sampai ke Karawang lalu-lintas lancar,” ucapnya.
Pemudik lainnya, Mohamad Joddy (24), berangkat dengan sepeda motor dari Jakarta Timur menuju Purbalingga, Jawa Tengah. Joddy tidak sendiri. Dia berangkat bersama adik dan rekan kerjanya. ”Kami konvoi agar bisa saling menjaga satu sama lain,” ujar Joddy.
Untuk sampai kampung halaman yang menelan waktu tempuh hingga 9 jam itu, Joddy harus menyiapkan uang Rp 2 juta. Di bangku belakang, ia menyiapkan segala perlengkapan, mulai dari pakaian hingga beragam peralatan untuk perbaikan motor ketika terjadi masalah.