“Delaying System” Diterapkan, Tangsel-Merak 14 Jam
Pemudik dari Tangerang Selatan menempuh perjalanan nyaris 14 jam menuju Merak. Waktu lebih lama, kesemrawutan berkurang.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
CILEGON, KOMPAS – Kepolisian menerapkan sistem penundaan masuk dermaga (delaying system)di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, karena jumlah kendaraan melonjak. Kendati waktu perjalanan jadi lebih panjang, hal ini mengurangi kendaraan yang semrawut di jalan menuju Pelabuhan Merak.
Perjalanan panjang itu dialami oleh Ade (50), pemudik dari Tangerang Selatan (Tangsel). Dalam perjalanan normal, Tangsel-Merak bisa ditempuh dua jam perjalanan.
“Saya berangkat sekitar pukul 06.00. Sekarang sudah hampir pukul 20.00, masih antre masuk kapal,” katanya, Sabtu (6/4/2024).
Artinya, Ade menempuh perjalanan Tangsel-Merak hampir 14 jam. Saat ditemui, Ade sudah 30 menit sampai di bibir Dermaga Eksekutif Pelabuhan Merak menunggu kapal.
Riki (62), penumpang lain, mengatakan antrean panjang sudah terjadi sejak ia masuk ke Tol Merak dari arah Jakarta. Ia memperkirakan antrean itu mengular lebih dari 8 kilometer (km).
“Mobil bisa jalan hampir setiap satu jam, tapi paling cuma maju beberapa meter,” kata pemudik tujuan Palembang, Sumatera Selatan itu.
Mengurai kepadatan lalu lintas
Lamanya waktu tempuh itu akibat delaying system yang diterapkan kepolisian di sepanjang jalur menuju Pelabuhan Merak. Sistem itu sudah diberlakukan sejak terjadi peningkatan jumlah kendaraan menuju Merak pada Jumat (5/4/2024).
"Kita adakan delaying system mulai tadi malam di Km 13 di Tangerang. Kemudian, di Munik juga sudah kita gunakan sistem itu," ujar Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Aan Suhanan.
Delaying system yang ia maksud adalah menahan kendaraan yang menuju Pelabuhan Merak di berbagai titik. Tujuannya agar tidak terjadi kepadatan kendaraan di pelabuhan dan dermaga.
Hal itu terlihat di pintu keluar Tol Merak pada Sabtu (6/4/2024) siang. Petugas menahan kendaraan yang baru keluar pintu tol. Itu membuat antrean mengular lebih dari 6 km. Jalan dibuka setiap 30 menit sampai dua jam sekali.
Setelah pintu keluar tol, diberlakukan sistem lawan arah (contraflow) di jalan menuju Pelabuhan Merak. Pihak pengelola pelabuhan dan kepolisian berkoordinasi untuk membuka jalan setelah tempat parkir kendaraan di pelabuhan kosong.
Aan mengatakan, pengaturan kendaraan di Pelabuhan Merak berbeda dengan di jalan tol atau jalan raya. Di jalan tol atau jalan raya, kepolisian berupaya mempercepat laju kendaraan agar tak terjadi kemacetan dan penumpukan kendaraan.
Sementara itu, pengaturan lalu lintas di pelabuhan dibuat lebih lambat. Sebab, tempat parkir kendaraan di dermaga dan pelabuhan terbatas. Jumlah armada kapal pun terbatas.
Sebagai bayangan, di hari normal, kendaraan yang melintas sekitar 8.000 unit di Pelabuhan Merak. Di masa mudik ini, lebih dari 24.000 kendaraan yang melintas. Untuk itu, kendaraan diatur harus masuk pelabuhan, sesuai kondisi.
“Misalnya, di dalam Pelabuhan Merak sudah kosong untuk 100 kendaraan, kita atur 100 kendaraan lagi masuk,” katanya.
Menurut pantauan di lapangan, hal itu relatif efektif untuk mencegah kesemrawutan di jalan arteri sekitar Pelabuhan. Warga lokal yang berkendara relatif lancar melewati jalan utama menuju pelabuhan. Sebab, polisi menahan kendaraan pemudik di banyak titik, tidak menumpuk di setiap jalan raya.
Aan mengatakan, volume kendaraan mulai meningkat ke Pelabuhan Merak sejak Jumat malam. Pada Sabtu, peningkatan kendaraan diperkirakan lebih dari 5 persen. Totalnya, lebih dari 55.000 kendaraan mengarah ke Pelabuhan Merak.
Untuk memperlancar kendaraan dari dan menuju Merak, Aan mengatakan, jalur Cikuasa Atas sampai ke Merak dipertahankan dua jalur.
Puncak arus mudik
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin mengatakan, puncak arus mudik penyeberangan diprediksi terjadi pada 6-7 April 2024. “Total penumpang yang menyeberang dari H-7 sampai dengan H-5 Lebaran dari Jawa ke Sumatera telah mencapai 222.000 orang dan 46.250 unit kendaraan," tuturnya.
Untuk memperlancar penyeberangan, tahun ini pihaknya mengoperasikan kembali beberapa pelabuhan perbantuan untuk memecah kepadatan kendaraan. Beberapa di antaranya adalah Pelabuhan Ciwandan, Bandar Bakau Jaya (BBJ) Bojonegara, BBJ Muara Pilu, dan Pelabuhan Indah Kiat (emergency) yang mengarah ke Pulau Sumatera.
Angkutan barang sumbu 1, 2,3, sampai dengan kendaraan Golongan IX akan dialihkan ke BBJ. Saat kendaraan di Pelabuhan Ciwandan longgar, kendaraan akan dialihkan juga ke sana.
Berdasarkan data terakhir Posko Merak, sampai Sabtu (6/4/2024) tengah malam, tercatat 48 unit kapal telah beroperasi. Total penumpang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatera hari itu meningkat 15 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.