Minibus di Garut Kecelakaan akibat Kelebihan Muatan, 17 Orang Terluka
Diduga kelebihan muatan, sebuah minibus yang mengangkut 17 orang terperosok ke dalam parit sedalam 10 meter.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 17 orang terluka setelah minibus yang mereka tumpangi terperosok ke parit sedalam 10 meter ketika melewati jalan tanjakan di Desa Bojong, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (1/4/2024) sore. Saat kejadian, angkutan itu kelebihan muatan.
Kepala Kepolisian Resor Garut Ajun Komisaris Besar Rohman Yonky Dilatha, Selasa, memaparkan, minibus bernomor polisi Z 1066 EY itu dikemudikan Jajang. Pengemudi baru berusia 18 tahun.
”Mobil itu pergi dari Pasar Cikajang menuju ke Desa Dangiang. Lima dari 17 penumpang adalah anak-anak,” kata Rohman.
Rohman mengatakan, dengan daya tampung sebesar itu, minibus itu kelebihan muatan. Kapasitas maksimal minibus hanya 10 penumpang. Kerentanan di perjalanan bahkan menjadi lebih tinggi karena mobil melintasi jalan menanjak.
”Petugas dari Polsek Banjarwangi telah mendatangi lokasi kejadian dan mengambil keterangan dari para penumpang. Kendaraan yang dikemudikan Jajang membawa penumpang terlalu banyak,” katanya.
Unsur kelalaian dan kendaraan yang tak laik jalan sering kali menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas,
Ia menambahkan, sopir kini telah ditahan. ”Kasus ini telah ditangani Satuan Lalu Lintas Polres Garut,” tambahnya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jabar Komisaris Besar Jules Abraham Abast meminta penyedia jasa angkutan umum mematuhi aturan lalu lintas dan selalu memeriksa kondisi kendaraannya. Upaya ini demi mencegah terjadi peristiwa kecelakaan.
”Unsur kelalaian dan kendaraan yang tak laik jalan sering kali menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas,” kata Jules.
Rawan kecelakaan
Kejadian ini kembali memperlihatkan rentannya sarana transportasi umum di perdesaan di Jabar. Sebelumnya, bahkan lima warga Desa Citalem, Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, tewas. Truk yang mereka tumpangi terbalik saat melewati jalan yang curam di Desa Saguling, Bandung Barat, pada 26 Januari 2024.
Mereka menggunakan truk karena minimnya angkutan perdesaan dan biaya sewa truk lebih murah. Hal itu selaras dengan data Pemerintah Provinsi Jabar yang menyebutkan, 1.568 dari 5.957 desa belum memiliki angkutan umum.
Padahal, kehadiran angkutan umum yang ideal sangat dibutuhkan. Data Badan Pusat Statistik pada September 2022 menyebutkan 4,05 juta penduduk Jabar termasuk dalam kategori miskin. Sebanyak 9,75 persen di antaranya tinggal di perdesaan.
Minimnya angkutan umum yang ideal diduga ikut memicu minimnya kesadaran warga. Pengamat transportasi publik dari Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, berpendapat, kesadaran warga menggunakan angkutan umum yang aman belum terbangun.
”Salah satu faktor pemicu karena rendahnya ketersediaan angkutan umum di wilayah perdesaan. Kondisi ini dinilai belum menjadi perhatian pemerintah,” kata Sony.