Kecelakaan Maut di Pantura Indramayu Berulang, 3 Tewas dan 9 Terluka
Kecelakaan maut kembali terjadi di jalur pantura Indramayu, Jawa Barat. Kali ini tiga orang tewas dan sembilan terluka.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Kecelakaan maut kembali terjadi di jalur pantai utara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tiga korban tewas dan sembilan orang lainnya terluka setelah mobil bak terbuka yang mereka tumpangi menabrak pohon serta pembatas jalan.
Kecelakaan itu terjadi di jalur pantura di Desa Kiajaran Wetan, Kecamatan Lohbener, Indramayu, Senin (25/3/2024) sekitar pukul 06.00. Petaka bermula saat mobil bak terbuka bernomor polisi E 8133 QE yang dikendarai Dino Supriyatno (30) datang dari Cirebon ke arah Jakarta.
Di dalam mobil tersebut terdapat 12 orang, termasuk sopir. Sebagian penumpang berada di bak terbuka di bagian belakang mobil.
”Ketika sedang melaju, tiba-tiba (mobil itu) hilang keseimbangan, oleng ke kiri, turun ke bahu jalan. Lalu, membentur pagar barrier beton, pohon, dan rambu petunjuk (jalan),” ungkap Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Indramayu Ajun Komisaris Enggar Jati Nugroho.
Akibat kecelakaan itu, tiga orang meninggal, seorang luka berat, dan delapan orang lainnya luka ringan. Korban tewas adalah Iyak (52), Darinah (52), dan Raka Buming (5). Semua korban, yang merupakan warga Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, telah dibawa ke rumah sakit setempat. Adapun bagian depan mobil yang mengalami kecelakaan tersebut rusak parah.
Dari pemeriksaan para saksi, para korban sebelumnya dalam perjalanan pulang dari pengajian di salah satu masjid di Bandung, Jabar. Polisi masih menyelidiki penyebab insiden itu, termasuk kecepatan mobil yang mengalami kecelakaan. ”Dugaan sementara karena (sopir) mengantuk,” ucap Enggar.
Polisi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara. Menurut Enggar, jalan nasional sepanjang 520 meter di lokasi itu merupakan salah satu titik rawan kecelakaan di jalur pantura Indramayu. Titik lainnya adalah Jalan Raya Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, dengan panjang jalur 518 meter.
Enggar tidak menyebut jumlah kecelakaan di kedua titik rawan kecelakaan tersebut. Namun, pada Agustus 2023, kecelakaan maut juga terjadi di jalur pantura wilayah Kertasemaya. Saat itu tiga pelajar yang memakai sepeda motor menuju sekolah tewas setelah terlindas truk.
Kasus kecelakaan yang korbannya menggunakan mobil bak terbuka juga bukan kali ini saja terjadi di jalur pantura Jabar. Pada pertengahan 2022 empat warga Indramayu tewas setelah mobil bak terbuka yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan terbakar di Pamanukan, Kabupaten Subang.
Para korban itu baru pulang dari mendukung tim sepak bola Indonesia melawan Myanmar dalam Piala AFF U-19 di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jabar. Saat itu percikan api di mobil membuat korban kaget dan menabrak trotoar.
Pada 2017 mobil bak terbuka yang mengantarkan jenazah tertabrak truk di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Indramayu. Akibatnya, dua penumpang tewas di tempat. Saat itu minibus mundur karena ingin memutar ke jalur lainnya. Namun, mobil itu kemudian tertabrak truk (Kompas, 1/3/2017).
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, mobil bak terbuka seharusnya untuk mengangkut barang, bukan manusia. Dia mengemukakan, penggunaan mobil bak terbuka untuk fungsi yang tidak semestinya itu bisa memicu fatalitas kecelakaan.
”Namun, karena tidak ada layanan angkutan umum (memadai), mobil yang ada (bak terbuka) digunakan untuk angkut penumpang. Tidak ada mobil, masyarakat juga menciptakan odong-odong,” ungkap Djoko. Kondisi tersebut kerap ditemukan di daerah, termasuk di jalur pantura.
”Indonesia sedang mengalami krisis transportasi umum. Namun, hingga sekarang belum jadi perhatian serius pemerintah,” ujar Djoko. Dia mendorong pemerintah segera membenahi persoalan angkutan umum. Apalagi, bulan depan memasuki masa mudik dan balik Lebaran.
Mobil bak terbuka seharusnya untuk mengangkut barang, bukan manusia.