Gelombang Tinggi Hantui Perairan Jatim, Satu Nelayan Hilang
Masyarakat yang beraktivitas di perairan, terutama nelayan dengan perahu tradisional, diimbau waspada.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kondisi cuaca maritim di wilayah perairan Jawa Timur dihantui gelombang setinggi lebih dari 4 meter. Masyarakat yang beraktivitas di perairan, terutama nelayan dengan perahu tradisional, diimbau meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kecelakaan.
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari utara ke timur laut dengan kecepatan angin 8-25 knot. Adapun wilayah Indonesia bagian selatan umumnya terdampak bibit siklon tropis 91 S di Samudra Hindia bagian tenggara dan selatan Jawa.
Gelombang setinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia selatan Jatim. Adapun gelombang dengan ketinggian sedang, yakni 1,25 meter hingga 2,5 meter, berpotensi terjadi di Laut Jawa bagian utara dan selatan Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.
Selain itu, di Laut Jawa bagian barat dan timur laut Pulau Masalembo, perairan Tuban-Lamongan, perairan utara Madura, Pulau Sapudi, Pulau Kangean, dan selatan Jatim.
Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya mencatat keberadaan awan kumulonimbus (Cb) yang luas dan gelap bisa menambah kecepatan angin dan tinggi gelombang. Selain itu, ketinggian gelombang diperkirakan berdasarkan gelombang signifikan. Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali ketinggian gelombang signifikan.
Terkait potensi gelombang tinggi tersebut, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya telah mengeluarkan peringatan dini yang berlaku hingga Selasa (19/3/2024). Prakirawan Ratna Cintya Dewi mengimbau masyarakat agar memperhatikan risiko terhadap keselamatan pelayaran.
Perahu nelayan, misalnya, diminta mewaspadai kecepatan angin yang lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Kapal tongkang harus mewaspadai kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.
Adapun kapal fiber harus mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2 meter. Sementara kapal besar harus mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dengan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Berdasarkan catatan Kompas, gelombang tinggi dan angin kencang yang melanda perairan Jatim dalam dua pekan belakangan ini telah mengakibatkan sejumlah kecelakaan kapal nelayan. Sedikitnya dua nelayan menjadi korban, satu orang dari Lamongan dan satunya lagi dari Gresik.
Kecelakaan perahu nelayan di Gresik menimpa Kapal Motor (KM) Sinar Jaya, Sabtu (9/3/2024). Lokasinya di perairan Desa Campurejo, Kecamatan Panceng. Kapal tersebut terbalik setelah dihantam ombak besar sehingga mengakibatkan seorang nelayannya hilang.
Pada saat bersamaan, di Lamongan juga terjadi kecelakaan yang melibatkan KM Rukun Jaya. Perahu nelayan itu dihantam gelombang besar dan angin kencang pada Sabtu (9/3/2024) sehingga mengakibatkan seorang anak buah kapal bernama Novim (27) terjatuh ke laut.
Korban hilang di wilayah perairan Pantai Brondong, Lamongan, dan belum ditemukan keberadaannya hingga sekarang. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kantor SAR Surabaya, Novim merupakan warga Desa Blimbing, Kecamatan Paciran.
Saat kejadian, korban bersama tujuh anak buah kapal lainnya dalam perjalanan dari perairan utara Lamongan menuju ke Pelabuhan Brondong. Novim terlempar ke luar perahu saat terjadi gelombang besar. KM Rukun Jaya sempat bermanuver untuk mencari keberadaan korban, tapi tidak berhasil sehingga mereka melapor kepada Kantor SAR Surabaya.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Surabaya Mahmud Afandi mengatakan, setelah mencari selama tujuh hari, tim gabungan berhasil menemukan nelayan asal Gresik. Korban yang bernama Zainal Abidin (50), warga Desa Campurejo, Panceng, itu ditemukan di Pulau Raas, Kabupaten Sumenep.
”Korban ditemukan nelayan setempat, tetapi kondisinya sudah meninggal,” kata Mahmud, Senin (18/3/2024).