Buka Puasa Asyik di Pontianak, dari Warkop hingga Tepi Sungai Kapuas
Warga Pontianak punya sejumlah ruang publik yang asyik untuk buka puasa, misalnya warkop, area tepi sungai, dan taman.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memiliki sejumlah ruang publik, misalnya warung kopi, kawasan tepi Sungai Kapuas, hingga taman kota yang bisa dimanfaatkan untuk berbuka puasa oleh masyarakat. Momen buka puasa di ruang publik itu sekaligus berfungsi menjaga hubungan sosial.
Warung kopi atau warkop merupakan salah satu ruang publik yang digandrungi di Pontianak. Budaya minum kopi di warkop pada mulanya tumbuh dari pelabuhan di tepian Sungai Kapuas, lalu menyebar ke berbagai sudut kota. Jumlah warung kopi di Pontianak kini mencapai ribuan.
Warung kopi juga mewarnai berbagai kegiatan warga di Pontianak. Pada bulan Ramadhan ini, sejumlah warung kopi bersiap menerima warga yang ingin berbuka puasa. Itulah kenapa, beberapa warkop tak hanya menjual kopi, tapi juga makanan untuk buka puasa.
Limin (45), pemilik salah satu warung kopi ternama di Pontianak, menuturkan, pada bulan Ramadhan, warkop miliknya menghadirkan menu paket kurma atau kumpul buka bersama. Warkop itu pun menyediakan beragam menu untuk buka puasa, misalnya nasi ayam dan es teh selasih.
”Ada juga kurma gratis untuk buka puasa,” ujar Limin, Rabu (13/3/2024), di Pontianak.
Menurut Limin, saat Ramadhan, jumlah pengunjung warkop berkurang pada pagi sampai siang. Namun, menjelang berbuka puasa dan sehabis shalat Tarawih, jumlah pengunjung bertambah.
”Pengunjung yang tidak ngopi di pagi hari pindah jadwal ngopi di malam hari. Kapasitas warkop saya di salah satu lokasi itu 200 orang. Kini, saat malam hari, jumlah pengunjung meningkat 20-30 persen dari hari biasa,” kata Limin.
Kondisi serupa terjadi di Pondok Literasi Kopi di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak. Dede Purwansyah, pengelola Pondok Literasi Kopi, menuturkan, sejak hari kedua puasa atau Rabu, warung kopi itu mulai buka pukul 15.30.
Selama Ramadhan, Pondok Literasi Kopi menambah menu nasi ayam untuk para pengunjung yang ingin buka puasa. Menu itu merupakan hasil kolaborasi dengan unit lain di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur, yaitu Rumah Tengkawang.
Di Pondok Literasi Kopi, kata Dede, pengunjung juga bisa membaca beragam koleksi buku sembari menunggu waktu berbuka. Setiap Jumat, di tempat itu juga digelar diskusi terkait usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), gaya hidup anak muda, dan kegiatan ekonomi hijau.
”Sekitar tujuh menit sebelum berbuka puasa, juga ada kultum tentang pesan Ramadhan,” ujar Dede.
Pengunjung yang tidak ngopi di pagi hari pindah jadwal ngopi di malam hari.
Tepi Sungai Kapuas
Selain warung kopi, area tepian Sungai Kapuas di Pontianak juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat ngabuburit atau menunggu waktu buka puasa. Selama ini, kawasan tepian sungai itu memang kerap dimanfaatkan sebagai ruang publik untuk beragam aktivitas.
Warga biasanya baru ramai ngabuburit di tepian Sungai Kapuas sekitar seminggu setelah puasa. Pada hari pertama puasa, Selasa sore, wilayah itu masih sepi karena banyak warga yang memilih berbuka puasa di rumah pada hari pertama.
Di tepian Sungai Kapuas, terdapat kapal wisata Bandong, yakni kapal yang menyerupai rumah terapung. Di tempat itu, warga bisanya duduk menanti waktu berbuka sembari menyaksikan matahari terbenam.
Pegiat literasi Kalbar, Ahmad Sofian, menuturkan, pada bulan Ramadhan ini, masyarakat Pontianak biasanya mencari ruang publik untuk menanti waktu berbuka puasa. Dalam momen itu, ruang publik di kota memiliki fungsi rekreasi sekaligus untuk interaksi sosial.
”Momen berbuka puasa di ruang publik juga untuk menjaga hubungan sosial. Semua kalangan bisa bertemu dalam momen tersebut,” kata Sofian yang telah menulis sejumlah buku, misalnya Mencari Ruang Publik di Warung Kopi dan Pontianak Heritage.
Selain warkop dan tepian Sungai Kapuas, taman di Pontianak juga bisa menjadi ruang publik yang bisa dimanfaatkan warga untuk menanti waktu berbuka puasa. Menurut Sofian, pada Ramadhan ini, komunitas literasi di Kalbar berencana menggelar kegiatan literasi di taman kota, misalnya kawasan Tugu Digulis, Pontianak.
”Momen Ramadhan juga bisa menjadi ruang menyuarakan literasi. Ini kami sedang menentukan tanggal bersama teman-teman,” katanya.