Yang Tersisa dari Tiga Tahun Kepemimpinan Gibran
Banyak hal yang ditorehkan Gibran sewaktu memimpin Kota Surakarta. Namun, masih ada saja permasalahan yang tersisa.
Usia kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa di Kota Surakarta, Jawa Tengah, telah menginjak tiga tahun. Proyek fisik masih menjadi kinerja paling menonjol disertai pesatnya pertumbuhan ekonomi.
Namun, masifnya pembangunan menyisakan pekerjaan berupa angka pengangguran.
Sejak awal menjabat, 2021 lalu, Gibran gandrung menggalakkan pembangunan di kotanya. Jumlah proyek yang dikerjakan selalu bertambah seiring dengan berjalannya roda pemerintahan.
Hingga tahun ketiga, tercatat 17 proyek infrastruktur yang dicanangkannya. Program andalan itu kerap ia pamerkan dengan sebutan ”17 Proyek Prioritas”.
Baca juga: Hak Angket Kecurangan Pemilu
Proyek yang dibangun meliputi sejumlah sektor, mulai dari transportasi, perdagangan, olahraga, lingkungan, pariwisata, hingga budaya. Memang belum semuanya rampung dikerjakan. Butuh beberapa tahun agar semuanya tuntas dibangun.
Beberapa yang sudah selesai digarap adalah pembangunan sentra industri kecil menengah (IKM) mebel, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo, Kebun Binatang Solo Safari, Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, revitalisasi Lokananta, revitalisasi Ngarsopuro dan koridor Jalan Gatot Subroto, serta Pracima Tuin sebagai bagian dari revitalisasi Pura Mangkunegaran.
Kebetulan pembangunan yang rampung lebih awal berada pada sektor pariwisata. Empat dari enam proyek merupakan infrastruktur pendukung atraksi wisata untuk para pelancong di kota itu, yakni Solo Safari, Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, Pracima Tuin, dan Lokananta.
Buah dari destinasi anyar terekam dalam data angka kunjungan wisatawan. Pada 2022, tercatat 2,53 juta wisatawan berkunjung ke kota itu. Jumlahnya melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 5,53 juta wisatawan pada 2023.
Baca juga: Lonjakan Suara PSI
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Surakarta Retno Wulandari menyatakan, geliat pariwisata melonjak signifikan pada era kepemimpinan Gibran. Bahkan, ia menganggap sektor itu turut andil dalam percepatan pemulihan ekonomi selepas gempuran pandemi Covid-19 selama 2020-2021.
”Lonjakan itu tampak mata. Orang-orang juga melihat adanya perubahan. Secara kasatmata tampak dari produk (destinasi baru dan event). Data angka juga menunjukkan demikian,” kata Retno saat dihubungi, Selasa (5/3/2024).
Aspek lain yang disoroti Retno adalah kemampuan Gibran menarik gelaran acara bertingkat nasional hingga internasional supaya diadakan di kota itu. Entah itu ajang yang sekadar berupa pertemuan, konser, sampai kejuaraan olahraga.
Urusan konser, ada dua grup musik kondang luar negeri yang pernah didatangkan di Surakarta semasa kepemimpinan Gibran, yaitu Dream Theater dan Deep Purple. Kedua konser itu mengundang animo pencinta musik nasional. Hal itu terbukti dari berbondong-bondongnya para penonton dari banyak kota.
Ada juga perhelatan internasional lain yang membuat Gibran banyak disoroti. Kedua gelaran itu ialah ASEAN Paragames 2022 dan Piala Dunia U-17 2023. Publik menyambut baik kedua gelaran itu. Pelaksanaannya juga disebut cukup sukses oleh sejumlah pihak.
”Isu pentingnya adalah bagaimana keberlanjutan pada obyek-obyek yang sudah ada ini. Itu PR (pekerjaan rumah) untuk ke depannya yang perlu juga dipikirkan bersama. Karena, produk-produk ini sudah ada, agar bisa terus bermanfaat dan berlanjut baik,” kata Retno.
Sumbangan geliat wisata pada pertumbuhan ekonomi di kota tersebut juga menunjukkan tren positif selama tiga tahun terakhir. Pada 2021, sektor akomodasi dan makan minum berkontribusi sebesar 4,72 persen. Kontribusinya meningkat menjadi 6,24 persen pada 2022 dan bertambah lagi menjadi 6,51 persen pada 2023. Itu menandakan adanya peningkatan kontribusi dari tahun ke tahun.
Akan tetapi, apabila dilihat secara keseluruhan, sumbangan sektor pariwisata tidak seberapa bagi pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Sektor itu berada di peringkat ke- 5 dari 17 sektor usaha lain.
Isu pentingnya adalah bagaimana keberlanjutan pada obyek-obyek yang sudah ada ini.
Tiga sektor yang paling banyak memberikan kontribusi ialah konstruksi, perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, hingga informasi dan komunikasi.
Sektor konstruksi berkontribusi paling besar dengan sumbangan sebesar 25,13 persen, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran berikut reparasi mobil dan sepeda motor 22,03 persen, kemudian sektor informasi dan komunikasi 14,13 persen.
Besarnya pertumbuhan pada sektor konstruksi sejalan dengan apa yang getol dikerjakan Gibran, yakni pembangunan infrastruktur. Sektor itu selalu memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi kota selama dua tahun terakhir.
Pada 2021, kontribusi sektor konstruksi tercatat 26,65 persen, sedangkan pada 2022 sebesar 26 persen. Kontribusinya masih tinggi dengan capaian 25,13 persen pada 2023.
Selama tiga tahun komando Gibran, angka pertumbuhan ekonomi ”Kota Bengawan” juga tampak positif. Pada 2020, laju pertumbuhan ekonomi sempat melambat minus 1,76 persen, tetapi berhasil dikerek menjadi 4,01 persen pada 2021, yang menjadi era awal kepemimpinan pemuda yang baru pertama kali terjun ke dunia politik tersebut. Lompatan ekonomi semakin jauh dengan pertumbuhan 6,25 persen pada 2020.
Pada 2023, sebenarnya pertumbuhan ekonomi kota itu agak melambat dengan capaian 5,57 persen. Namun, angka pertumbuhannya masih lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi nasional 5,05 persen.
Lewat serangkaian catatan itu, boleh dikatakan bahwa sektor konstruksi memang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi pada era Gibran. Proyek infrastruktur yang dibangun pun tergolong besar. Sumber dananya kebetulan banyak berasal dari kementerian dan swasta.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah seberapa besar dampak pembangunan bagi masyarakat secara riil?
Angka pengangguran
Pengajar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Mulyanto, menyoroti masih tingginya angka pengangguran di tengah masifnya pembangunan fisik. Ia menghitung, rata-rata persentase tingkat pengangguran terbuka di Kota Surakarta selama tiga tahun terakhir menyentuh 6,08 persen.
Angka itu menjadi yang tertinggi ketika dibandingkan dengan daerah lain di eks wilayah Karesidenan Surakarta, yang juga kerap disebut Solo Raya.
Ditengok capaian per tahun, Kota Surakarta memuncaki peringkat angka pengangguran terbuka terbanyak selama dua tahun berturut-turut di Solo Raya, yakni pada 2021 dan pada 2022. Pada 2021, pengangguran tercatat sebanyak 7,85 persen, sedangkan pada 2022 sebesar 5,83 persen.
Hanya pada 2023 kota itu tak lagi menjadi pemuncak tingkat pengangguran terbuka. Angka pengangguran terbuka bisa diturunkan menjadi 4,58 persen. Meski demikian, jumlah itu masih mendudukkan kota itu dengan angka pengangguran terbanyak kedua. Adapun peringkat pertama diduduki Boyolali dengan 5,13 persen.
Menurut Mulyanto, statistik semacam itu dipengaruhi oleh jenis infrastruktur yang dibangun. Kebetulan saja pembangunan yang bisa dituntaskan lebih awal mengarah pada sektor industri kreatif. Padahal, dampak dari sektor itu tidak bisa dirasakan secara instan.
”Geliat ekonomi kreatif itu tidak serta-merta. Ketika diadakan sarananya, tidak langsung memberikan dampak. Butuh waktu panjang agar langsung berdampak sehingga nanti pelan-pelan akan terasa geliatnya,” katanya.
Ia mengingatkan pula pemerintah daerah agar tidak terlalu bertumpu pada sektor konstruksi. Hal ini karena luas wilayah Surakarta hanya 46,72 kilometer persegi. Jika pertumbuhan ekonomi sekadar mengandalkan pembangunan, lama-lama kota itu akan kehabisan lahan untuk dibangun.
Meski demikian, infrastruktur berupa sarana pendukung aktivitas perdagangan, seperti pasar, bisa lebih dioptimalkan sebagai motor penggerak perekonomian. Dorongan digitalisasi diyakininya mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi kota itu. Namun, hal terpenting adalah menentukan bagaimana masyarakat bisa terlibat dan merasakan pembangunan itu.
”Ketika fisik sudah dibangun, tinggal siapa nanti yang mengisinya. Misalkan bisa cepat, bagus, dan berdampak, harapannya penyerapan tenaga kerja bisa dirasakan. Itu yang sekarang menjadi pertanyaan,” kata Mulyanto.
Gibran sendiri menyatakan, keberadaan infrastruktur dijadikannya fondasi untuk semakin menggenjot pertumbuhan ekonomi. Ia meyakini, dampak ikutan bakal terasa setelah semua pembangunan yang dikerjakannya selesai. Pihaknya pun mengklaim tak akan selalu menyandarkan motor perekonomian pada sektor konstruksi.
Geliat ekonomi kreatif itu tidak serta-merta. Ketika diadakan sarananya, tidak langsung memberikan dampak.
”Setelah proyek prioritas diselesaikan, habis itu kita fokus ke SDM (sumber daya manusia). Itu pembangunan nonfisiknya. Tetapi, kalau tidak membangun fisiknya dulu, kita tidak bisa melakukan apa-apa,” kata Gibran.
Persoalannya, masa kepemimpinan Gibran tinggal tersisa beberapa bulan lagi. Ia juga akan melanjutkan karier politiknya bukan di kota itu. Jabatannya hampir pasti meningkat menjadi wakil presiden mengingat hasil hitung cepat sementara Pemilu 2024 memosisikannya sebagai kandidat yang meraup suara terbanyak, mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, yang melaju sebagai calon presiden.
Dengan kondisi itu, praktis Gibran meninggalkan pekerjaan rumah bagi penerusnya kelak agar bisa mengisi dan melanjutkan berbagai proyek pembangunan yang dicanangkannya. Hal itu menimbulkan pertanyaan lain.
Akankah sang suksesor kelak meneruskan fondasi yang sudah ada, atau justru meninggalkan segala infrastruktur itu dan membangun ”monumen kepemimpinan” yang baru?