Solihin GP, Gubernur Jabar Antijudi dan Pembela Petani
Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975 Solihin GP bisa disebut sebagai gubernur antijudi sekaligus pembela petani.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
Letnan Jenderal TNI (Purn) Solihin Gautama Purwanegara atau Solihin GP tutup usia di Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/3/2024), dalam usia 97 tahun. Saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975, mantan Gubernur Akademi Militer ini bisa disebut sebagai gubernur antijudi sekaligus pembela petani.
Berdasarkan penelusuran di arsip pemberitaan Kompas, Solihin pernah menegaskan bahwa dari semula Pemerintah Daerah Jawa Barat berpegang pada kebijakan (policy) antijudi. Ia berharap kebijakan itu didukung.
”Jadi, Instruksi Pelaksana Khusus Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkmatib) Daerah Jawa Barat yang melarang jackpot, pinball, dan casino baru-baru ini merupakan suatu hal yang perlu disambut baik dan didukung dalam rangka policy antijudi tersebut,” katanya. (Kompas, 27/4/1973)
Ia mengatakan pula, jika ingin konsekuen menghilangkan judi, seharusnya larangan semacam itu berlaku di semua daerah, termasuk di ibu kota (DKI Jaya) yang berbatasan langsung dengan Jabar. Gubernur DKI Jakarta kala itu adalah Ali Sadikin.
”Sebab, kalau tidak demikian, kita (Jabar dan daerah-daerah lain) tetap akan merasakan pengaruh adanya jackpot, pinball, casino, dan bentuk-bentuk perjudian lainnya yang ada di Jakarta. Misalnya, dengan jalan mendongkang (sengaja menjangkau) ke Jakarta, atau kita akan kebagian buntutnya yang justru lebih kejam,” kata Mang Ihin, panggilan akrabnya.
Solihin dilantik menjadi Gubernur Jawa Barat pada 15 Januari 1970. Wakil gubernurnya kala itu adalah Achmad NashuhiIa. Jabatan Solihin sebagai Gubernur Jabar kemudian digantikan Mayor Jenderal TNI (Purn) Aang Kunaefi pada 16 Januari 1975.
Saat menjadi gubernur Jabar, Mang Ihin juga pernah menyatakan perang terhadap tengkulak, lintah darat, dan tukang ijon. Pernyataan itu disampaikannya saat menyerahkan 75 mesin penggilingan padi dari Presiden Soeharto lewat Kepala Bulog Letnan Jenderal Achmad Tirtosudiro. Mesin tersebut diserahkan kepada sejumlah koperasi pertanian di Ciranjang dan Cianjur.
Dalam kesempatan itu, Solihin menyatakan, penghasilan petani-petani di pedesaan sebagian besar tidak dinikmati petani, tetapi dinikmati oleh tengkulak, lintah darat, dan tukang ijon.
Untuk memberantas tengkulak dan tukang ijon, pemerintah perlu menghidupkan dan membangun kembali koperasi-koperasi primer, termasuk koperasi pertanian (koperta). Koperta ini bekerja di basis desa, langsung di antara para petani. (Kompas, 19/2/1972).
Jadi, Instruksi Pelaksana Khusus Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Daerah Jawa Barat yang melarang jackpot, pinball, dan casino baru-baru ini merupakan suatu hal yang perlu disambut baik dan didukung dalam rangka policy antijudi. (Solihin GP)
Pada masa kepemimpinannya (1970-1975), daerah Jabar juga mengalami masa sulit akibat kekeringan, terutama tahun 1972. Mengenai kekeringan pada waktu ini, Solihin mengemukakan bahwa kekeringan dapat mengakibatkan kekurangan pangan di daerah yang bersangkutan dan akhirnya berpengaruh ke regional ataupun nasional. (Kompas, 1/10/1976).
Untuk itu, masyarakat harus berusaha sendiri, jangan sampai menunggu bantuan pemerintah. Masyarakat harus tetap produktif dalam keadaan kering melalui usaha tanam-menanam ataupun kegiatan lain. Hal ini merupakan usaha yang aktif. Selain itu, juga ada usaha pasif, yaitu dengan mengadakan lumbung panceklik dan petani harus mencegah hasrat menjual padi secara berlebihan.
Menurut Solihin, petani di Jabar terlalu dimanja oleh alam, tetapi keadaan alam Jabar telah menjadi tidak terkontrol dan tidak ideal lagi, seperti keadaan hutan dan prasarana, ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat.
Setelah tak lagi menjadi gubernur Jabar, Solihin berusaha sebagai petani. Ia dapat digolongkan sebagai petani besar, tetapi belum termasuk petani kaya. Usaha ke arah itu sudah dalam perencanaannya meskipun belum dimulai. ”Belum ada modal,” katanya. (Kompas, 1/10/1976)
Di hadapan peserta penataran Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jabar di Lembang, Bandung, pada Februari 1976, Solihin menyatakan bahwa ia telah benar-benar menjadi petani dengan beternak sapi dan itik, serta menanam cengkeh, kelapa, jeruk, dan coklat. Meskipun sebagian ternak dan tanamannya mati, ia tidak berputus asa.
Selamat jalan Mang Ihin, semangatmu tetap bersama kami….