Stabilkan Harga, Puluhan Ton Beras Disalurkan ke Wakatobi
Puluhan ton beras disalurkan melalui operasi pasar di Wakatobi guna menstabilkan kembali harga bahan pokok itu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Setelah terjadi kenaikan harga beras, pemerintah mulai melakukan operasi pasar di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Puluhan ton beras disalurkan dalam operasi pasar tersebut. Namun, pemerintah juga didesak menyiapkan langkah komprehensif untuk mencegah peristiwa serupa berulang.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Wakatobi Nadar menyatakan, untuk menstabilkan harga beras, Bulog bersama Pemkab Wakatobi dan TNI/Polri telah melaksanakan operasi pasar sejak Rabu (28/2/2024). Dalam operasi pasar itu, sebanyak 10 ton beras disalurkan melalui kios milik Bulog yang ada di pasar.
”Bulog juga akan mendistribusikan 76 ton bantuan pangan ke seluruh wilayah Kabupaten Wakatobi. Setelah itu, akan digelar operasi pasar murah oleh Pemkab Wakatobi,” kata Nadar, Sabtu (2/3/2024).
Menurut Nadar, setelah operasi pasar dilakukan, harga beras di Wakatobi mulai menurun. Beras medium dijual dengan harga Rp 16.250 per kilogram, sedangkan beras premium Rp 17.500 per kg atau Rp 850.000 per karung ukuran 50 kg.
Sebelumnya, menurut Nadar, harga beras di Wakatobi memang melonjak. Harga beras premium yang dijual eceran bahkan mencapai Rp 21.000 per kg.
Kenaikan itu disebut merupakan imbas peningkatan harga beras secara nasional. Selain itu, Wakatobi juga bukan daerah penghasil beras sehingga harus mendatangkan beras dari daerah lain.
Ke depan, Nadar menyebut, pemerintah akan mengambil sejumlah langkah untuk mengantisipasi kenaikan harga beras. Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan daerah penghasil beras. Hal ini dilakukan untuk menjaga pasokan beras ke Wakatobi.
”Saat ini kami juga berkoordinasi dengan TNI/Polri sebagai upaya mencegah permainan harga di lapangan, terutama untuk mencegah para spekulan yang berusaha memanfaatkan momen ini,” ujarnya,
Sejumlah warga mengeluhkan kenaikan harga beras di Wakatobi. Bahkan, harga beras premium di wilayah tersebut pernah mencapai Rp 1 juta per karung ukuran 50 kg.
Iin (40), warga Kecamatan Wangi-wangi, Wakatobi, menuturkan, harga beras premium pernah berada di Rp 900.000 hingga Rp 1 juta per karung ukuran 50 kg.
”Tadi pagi kami baru belanja di pasar itu dapat harga beras Rp 900.000. Kami dapat segitu mungkin karena ambil di distributor dan dalam jumlah banyak. Kalau ambil di eceran bisa sampai Rp 1 juta per karung dengan harga Rp 20.000 per kilogram,” kata Iin, Selasa (27/2/2024).
Leno (41), pengusaha makanan di Wakatobi, mengaku terpaksa membeli beras kualitas sedang karena harga beras premium melonjak tinggi. Bahkan, untuk membeli beras kualitas sedang, dia harus merogoh kocek di atas Rp 800.000 per karung.
Saat dihubungi pada Sabtu (2/3/2024) siang, Leno mengaku belum mengetahui operasi pasar yang digelar pemerintah. Ia juga belum mengetahui apakah harga beras benar-benar telah turun.
Sebab, menurut Leo, beberapa hari lalu, harga beras kualitas sedang masih di kisaran Rp 800.000 per karung. Ia berharap operasi pasar dilakukan maksimal agar harga beras bisa kembali normal.
Sementara itu, Kepala Laboratorium Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo, Syamsir Nur, berpendapat, kenaikan harga beras ini harus ditanggapi secara serius oleh pemerintah. Sebab, kenaikan harga merupakan siklus yang berulang hampir setiap tahun.
”Program pangan murah itu hanya mitigasi sementara saat terjadi kepanikan di pasar. Tapi, distribusi cadangan itu harus dipastikan terjamin,” ucapnya.
Bulog juga akan mendistribusikan 76 ton bantuan pangan ke seluruh wilayah Kabupaten Wakatobi.
Syamsir menambahkan, untuk menjaga harga pangan, pemerintah daerah harus mengambil langkah strategis dengan melibatkan badan usaha milik daerah dan badan usaha milik desa.
Untuk jangka panjang, Pemerintah Provinsi Sultra diminta memperbanyak pengolahan gabah, khususnya di wilayah yang menjadi sentra beras. Selama ini, gabah di Sultra lebih banyak dikirim untuk diolah di daerah lain, lalu dikirimkan kembali dalam bentuk beras.