Ribuan Rumah di Brebes Terendam Banjir, Ratusan Jiwa Mengungsi
Puluhan desa di Brebes, Jateng dilanda banjir, ratusan orang mengungsi. Ratusan hektar lahan bawang merah juga terimbas.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian hingga 1 meter merendam 23 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ribuan rumah yang didiami puluhan ribu jiwa terdampak dalam bencana itu. Akibatnya, ratusan orang terpaksa meninggalkan rumah untuk mengungsi ke sejumlah lokasi.
Banjir tersebut bermula dari turunnya hujan dengan intensitas tinggi pada Minggu (25/2/2024) malam. Hujan lantas menyebabkan debit air di Sungai Cigunung dan Sungai Pemali meningkat. Pada saat yang sama ada tiga tanggul sungai yang jebol sehingga airnya meluap ke permukiman ataupun lahan pertanian warga.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng, hingga Selasa (27/2/2024), banjir masih menggenangi sejumlah lokasi di tujuh kecamatan, seperti Kecamatan Brebes, Bantarkawung, Larangan, Jatibarang, Songgom, Wanasari, dan Salem. Ketinggian air beragam, hingga 100 sentimeter.
”Kondisi terkini secara umum, rata-rata ketinggian banjir sudah menurun 20 cm-30 cm. Dua dari tiga titik tanggul yang jebol di Glonggong dan Wlahar juga sudah ditangani,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul saat dihubungi Selasa siang.
Menurut Chomsul, sebanyak 30.556 jiwa dari 8.358 keluarga di tujuh kecamatan terdampak dalam bencana tersebut. Dari jumlah tersebut, 934 jiwa harus mengungsi ke sejumlah lokasi seperti di Masjid Baitur Rohim di Kecamatan Larangan, Pondok Pesantren Desa Pemaron di Kecamatan Brebes, SD Negeri 01 Krasak, dan Balai Desa Krasak di Brebes.
”Penanganan yang kami lakukan hari ini adalah memenuhi kebutuhan logistik warga terdampak ataupun pengungsi. Selain itu, evakuasi warga juga masih dilakukan karena masih ada sejumlah warga yang masih belum mau mengungsi,” ujar Chomsul.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Brebes Nushy Mansyur mengatakan, Pemerintah Kabupaten Brebes telah mendirikan dapur umum di sejumlah titik. Dapur umum yang ada akan menyuplai kebutuhan konsumsi para pengungsi.
Penanganan yang kami lakukan hari ini adalah memenuhi kebutuhan logistik warga terdampak ataupun pengungsi.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Brebes agar ada pengiriman sejumlah tenaga kesehatan ke lokasi-lokasi pengungsian. Hal itu diperlukan untuk memastikan para korban banjir dalam kondisi sehat.
”Dalam menangani banjir ini, kami juga mendapatkan bantuan personel dan peralatan dari BPBD kabupaten/kota tetangga, seperti BPBD Pemalang, BPBD Kota Tegal, dan BPBD Batang. Bahkan, kantor Search And Rescue Cilacap juga membantu,” tutur Nushy.
Akibat bencana itu, Pemerintah Kabupaten Brebes juga menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Status tanggap darurat itu berlaku mulai Senin (26/2/2024) sampai dengan Minggu (3/3/2024).
Lahan pertanian
Selain merendam permukiman, banjir juga merendam lahan pertanian. Menurut Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Brebes Juari, setidaknya 170 hektar lahan tanam bawang merah dengan usia tanam 20 hari sampai 1,5 bulan turut terdampak.
”Kalau punya saya sendiri, yang terdampak 0,5 hektar. Usianya baru satu bulan. Kerugian serta potensi pendapatan yang hilang akibat bencana itu sekitar Rp 50 juta,” ucap Juari.
Selain tanaman bawang merah yang masih di lahan pertanian, bawang merah yang telah dipanen dan tengah dijemur di sekitar pematang pun turut terdampak. Kondisi itu menyebabkan bawang merah terbawa arus dan sebagian busuk.
Sebagian petani memutuskan untuk memanen dini bawang merah mereka yang terendam karena takut tanaman mati. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh petani yang usia tanaman bawang merahnya di atas 40 hari. Adapun yang lainnya terpaksa pasrah membiarkan tanaman gagal panen.
”Sedianya tanaman-tanaman bawang merah ini akan dipanen untuk mencukupi kebutuhan Lebaran. Semoga saja tidak berdampak pada suplai bawang merah nasional. Sebab, selain Brebes, sudah ada sejumlah daerah yang juga mulai menyuplai bawang merah, yakni Demak, Pati, Grobogan, dan Garut serta Majalengka di Jawa Barat,” tutur Juari.