Duka dan Bangga untuk Mereka yang Gugur dalam Darma
Petugas pemilu tumbang, meninggal, atau sakit akibat kelelahan. Pemerintah diminta memperhatikan kesehatan petugas.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Satu per satu petugas Pemilu 2024 di sejumlah daerah di Indonesia tumbang. Sebagian meninggal dan lainnya bergulat dengan kondisi kesehatannya.
Suasana haru menemani perjalanan terakhir Jajang Safaat (50) ke tempat pemakaman di Jalan Palintang, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (17/2/2024). Sebagian yang hadir tidak kuat menahan air mata melepas Ketua Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 18 RW 005 Kelurahan Pasirwangi, Ujungberung, itu.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Akan tetapi, bersama duka, mereka juga menyimpan bangga. Jajang pergi saat berusaha keras menunaikan tugasnya mengawal pemilu kali ini tanpa kendala.
Jajang adalah satu dari 51.968 petugas KPPS Kota Bandung saat Pemilu 2024. Namun, malah tak kuasa ditolak, saat tengah merampungkan tugasnya, tubuh Jajang tak mampu lagi menopang semangatnya yang membara.
Jumat (16/2/2024) sekitar pukul 19.30 atau dua hari setelah pencoblosan, Jajang meninggal dalam tugas. Dia diduga kelelahan. Juju Juariah (46), adik almarhum, mengatakan, kesibukan kakaknya dalam pemilu sudah terjadi sebelum pencoblosan.
Beberapa hari sebelumnya, misalnya, Jajang ikut membangun TPS tidak jauh dari rumah. ”Waktu pencoblosan juga masih terlihat sehat. Namun, sehari kemudian, almarhum mulai sakit. Mual dan diare. Badannya lemas,” kata Juju.
Jajang lalu dibawa ke klinik terdekat sebelum akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Al Islam Bandung. Namun, Jumat pagi, kesehatannya kian menurun. ”Selama di RS, dia masih bertanya terkait tugas-tugasnya sebagai KPPS. Sempat membaik sebentar, tetapi kesehatannya turun lagi hingga meninggal pukul 19.30,” ujarnya.
Juju menduga, kakaknya terlalu keras bekerja. Namun, dia maklum. Alamarhum punya etos kerja tinggi. Apalagi, kali ini tugasnya tidak main-main. Jajang dan petugas KPPS lainnya ikut memastikan masa depan bangsa lewat pesta demokrasi.
Ke depan, Juju berharap semoga tidak ada lagi korban jiwa. Seberat apa pun tugasnya, petugas KPPS dan perangkat pemilu lainnya harus tetap mementingkan kesehatan. Pemerintah juga diminta memperhatikan kondisi kesehatan semua petugas pemilu. ”Saya masih melihat petugas yang kelelahan setelah bekerja lebih dari 24 jam,” katanya.
Penelusuran
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Ujungberung Indah Vita Purnamasari akan melakukan pengecekan kesehatan kepada seluruh petugas KPPS. Puskesmas, kata Indah, akan dibantu sukarelawan posyandu. ”Mungkin sebelum pemilu kondisinya bugar, tetapi karena begadang, kondisi kesehatan para petugas menurun,” ujarnya.
Dugaan itu berkaca dari kejadian yang menimpa Jajang. Saat pemeriksaan awal, almarhum tidak mengalami gangguan kesehatan sebelumnya. ”Dari tekanan darah, gula darah, kolesterol, semua faktor risiko yang bersangkutan normal. Bahkan umurnya juga 50 tahun. Kami bahkan mendistribusikan vitamin,” ujarnya.
Sesehat apa pun orang, kalau harus begadang, apalagi dengan tekanan, pasti akan berat (Anhar Hadian).
Pemeriksaan ulang vital dilakukan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian memaparkan, tercatat 345 petugas di 30 kecamatan kelelahan dan mengalami gangguan kesehatan.
Para petugas ini, lanjut Anhar, berasal dari KPPS, Panitia Pengawas Pemilu, petugas keamanan, hingga satuan perlindungan masyarakat (linmas). Para petugas yang tengah dirawat akan menjadi tanggung jawab Pemkot Bandung untuk mendapatkan pengobatan.
”Di luar Pak Jajang, ada sembilan orang yang masuk rumah sakit. Delapan orang sudah diperbolehkan pulang, sementara satu lagi masih dirawat hingga Sabtu pagi ini. Setelah ini, kami akan lakukan pemeriksaan kesehatan pada semua petugas,” kata Anhar.
Pahlawan demokrasi
Ratusan petugas yang sakit dan meninggal menambah daftar duka pesta demokrasi tahun ini. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum, hingga Jumat (16/2/2024) pukul 18.00, 35 petugas meninggal. Tujuh orang di antaranya asal Jabar. Dua di antaranya adalah Fuad Kholik dan Arman Rahmasnyah dari Tasikmalaya. Mereka meninggal karena kelelahan.
Jumlah itu mungkin lebih kecil ketimbang tahun 2019. Saat itu, 849 petugas meninggal dan 5.175 lainnya sakit. Namun, satu saja nyawa melayang dalam tugas seharusnya tidak boleh terjadi. ”Sesehat apa pun orang, kalau harus begadang, apalagi dengan tekanan, pasti akan berat,” ujar Ahnar.
Apalagi, kata Anhar, tantangan petugas tidak hanya akan berhenti sampai di sini. Masih ada momen pemilihan kepala daerah jelang akhir 2024. Tekanan dan kesibukannya berpotensi tidak akan jauh berbeda.
”Pola makan dan istirahat mereka harus dijaga,” ujarnya.
Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono menyebut Jajang sebagai pahlawan demokrasi. Usai melayat, Bambang mengatakan, Jajang telah melakukan tugas terbaiknya. ”Beliau sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Saya mendoakan almarhum yang telah melaksanakan tugas untuk demokrasi,” ujarnya.
Jajang dan petugas lain yang telah pergi atau masih berjuang dengan kesehatannya tidak boleh dilupakan. Semua lebih dari sekadar angka. Hasil pemilu bisa membawa sejahtera adalah imbalan setimpal bagi mereka.