Dua Petugas Pemilu di Kabupaten Tasikmalaya Meninggal dalam Tugas
Dua petugas garda terdepan KPU Kabupaten Tasikmalaya yang meninggal saat bekerja disebut punya riwayat penyakit.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Dua petugas garda terdepan dalam Pemilihan Umum 2024 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, gugur dalam tugas, Rabu (14/2/2024). Diduga punya riwayat penyakit, mereka kelelahan sebelum berpulang.
Petugas yang meninggal bernama Fuad Holik (43), anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Sukamaju, Kecamatan Pagerageung, dan Arman Rahmansyah (38), anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 01 Desa Cipondok, Kecamatan Sukaresik. Keduanya meninggal saat bertugas di tempatnya masing-masing.
Kejadian ini menambah kelam kasus tewasnya petugas saat bertugas dalam pemilu. Pada Pemilu 2019, tercatat 894 petugas meninggal. Pada periode yang sama, ada 5.175 yang sakit saat bertugas.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tasikmalaya Ami Imron Tamami di Tasikmalaya, Kamis (15/2/2024), mengatakan, pihaknya berduka atas kejadian ini. Apalagi, kepergian mereka terjadi saat bertugas.
”Awalnya mereka sehat saat menjalankan tugas. Namun, mereka terlihat kelelahan karena bekerja sejak pagi,” katanya.
Fuad pernah dirawat di rumah sakit sebelum bekerja di PPS Sukamaju. Namun, keesokan harinya, tepatnya di hari pemungutan suara, dia masuk dan bekerja untuk memenuhi tanggung jawabnya. Naas, saat bertugas, dia tidak sadarkan diri. Fuad dinyatakan meninggal saat baru tiba di Puskesmas Pagerageung.
Sementara itu, Arman kelelahan pada Rabu sore. Melihat kondisi itu, ia disarankan rekan-rekannya pulang dahulu dan beristirahat. Arman pun beristirahat. Namun, dia kembali ke TPS 01 Cipondok lalu tidak sadarkan diri. Arman meninggal saat tiba di Puskesmas Sukaresik.
”Atas nama KPU Kabupaten Tasikmalaya, saya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya dua pahlawan demokrasi. Pak Arman dan Pak Fuad sebenarnya sudah diwanti-wanti beristirahat, tetapi mereka melanjutkan bekerja karena merasa ada tanggung jawab yang harus diemban,” ujarnya.
Anggota Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Jabar, Hedi Ardia, menyatakan, pihaknya berduka atas kejadian ini. Secara kelembagaan, KPU akan memberikan perhatian kepada keluarga korban.
”Kasus ini akan ditindaklanjuti. Yang jelas, kami ikut berbelasungkawa atas apa yang terjadi terhadap para pejuang kami di garda terdepan. Kalau dari informasi di lapangan, yang bersangkutan mengalami sakit,” ujarnya.
Kelelahan
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati menyesalkan terulangnya nyawa anggota KPPS yang melayang. DEEP masih menemukan anggota KPPS bertugas hingga tengah malam saat perhitungan surat suara.
Ia menilai hasil pemeriksaan kondisi kesehatan kedua petugas sebelum bertugas dalam pemungutan suara harus ditelusuri kembali. Sebab, hasil tersebut sangat memengaruhi performa keduanya ketika bertugas.
”Proses perhitungan suara juga memakan waktu terlalu lama meski prosedur form C telah disederhanakan. Beban kerja yang berat bisa berimplikasi serius bagi petugas yang kesehatannya kurang baik,” tutur Neni.
Ia berharap, KPU dapat memberikan jaminan asuransi kepada petugas KPPS. Tujuannya, agar para petugas yang sakit bisa berobat hingga pulih.
Neni berpendapat, terdapat sejumlah permasalahan yang menyebabkan waktu anggota KPPS bertugas di TPS sangat lama. Masalah tersebut seperti kekurangan surat suara dan keterlambatan distribusi dari TPS ke gudang yang disiapkan kelurahan.
”Pemilu serentak dengan lima surat suara perlu dievaluasi karena tidak efektif dan efisien. Cara ini belum mampu menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan masih ada korban jiwa,” ujar Neni.
Tidak hanya di Tasikmalaya, beratnya pekerjaan diungkapkan juga oleh sejumlah anggota KPPS di Kota Bandung. Ketua KPPS TPS 31 Kelurahan Antapani Kulon Uus Suherman (43) mengungkapkan, ia bersama rekan-rekannya bertugas hingga 25 jam. Salah satu pemicunya adalah proses distribusi surat suara dari TPS ke kelurahan yang molor hingga enam jam.
”Kondisi kami sangat lelah dan mengantuk. Kami sudah menyelesaikan perhitungan surat suara sejak pukul 01.00. Namun, kendaraan yang mengangkut surat suara terlambat datang hingga pukul 07.30,” ujar Uus.