Warga Surabaya Masih Sulit Kenali Calon Anggota Legislatif
Hari-H pemilu sudah dekat, tetapi warga Surabaya, Jawa Timur, kurang mengenal para calon anggota legislatif.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemilihan Umum 14 Februari 2024 tersisa 12 hari lagi. Namun, warga Surabaya, Jawa Timur, masih kesulitan mengenali para calon anggota legislatif. Mereka lebih siap untuk memilih pasangan calon presiden-calon wakil presiden.
”Sosialisasi spesimen surat suara tidak mencerminkan aslinya. Kami harus mencari tahu sendiri siapa saja caleg (calon anggota legislatif) untuk dipilih,” ujar Sugiyono, warga Jambangan, Surabaya, Kamis (1/2/2024).
Caleg ialah kandidat untuk Dewan Perwakilan Rakyat, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Jambangan masuk Daerah Pemilihan (Dapil) Surabaya 4 untuk DPRD Kota Surabaya, Dapil Jawa Timur 1 (Surabaya) untuk DPRD Jawa Timur, Dapil Jawa Timur I (Surabaya-Sidoarjo) untuk DPR, dan wilayah Jawa Timur untuk DPD.
”Rasanya bakal banyak sekali nama di surat suara. Mana saya tahu, apalagi kenal mereka?” kata Sugiyono, pedagang pasar.
Sugiyono kemudian diberi tahu cara mengakses daftar calon tetap (DCT) kandidat legislatif melalui laman resmi https://infopemilu.kpu.go.id/ dengan telepon seluler. Ia terkejut saat mengetahui ada 146 nama calon DPRD Kota Surabaya dari Dapil Surabaya 4, ada 129 nama calon DPRD Jatim dari Dapil Jatim 1, ada 165 nama calon DPR dari Dapil Jatim I, dan 13 nama calon anggota DPD.
Menurut Sugiyono, ada sejumlah nama yang masih diingatnya mengacu pada Pemilu 2014 dan 2019. Ada kemungkinan dirinya mencoblos calon dengan nama yang sama seperti dalam kontestasi sebelumnya. ”Mungkin jika nama-nama yang pernah diingat sulit ditemukan, ya, akan coblos gambar partainya,” katanya.
Senada diutarakan Hermin Susanti, warga Tegalsari yang masuk Dapil Surabaya 1. Ia juga tidak mengetahui berapa banyak nama calon DPRD Kota Surabaya dari Dapil Surabaya 1 dan seterusnya. ”Belum pernah saya dapat sosialisasi dari caleg. Saya baru tahu dari Anda kalau bisa mengecek lewat situs KPU,” ujarnya.
Menurut Susanti, begitu banyak nama caleg dan ketiadaan informasi latar belakang jelas menyulitkan dirinya untuk memilih. Amat mungkin pilihannya mengikuti saran keluarga, sahabat, perasaan, atau ke gambar lambang partai politik.
”Berbeda dengan nama capres-cawapres yang sedikit, cuma tiga pasang, sosialisasinya banyak sehingga saya cukup tahu dan siap memilih,” kata Susanti.
Adapun saat ditanya lebih jauh untuk menyebutkan nama calon anggota DPR dari Surabaya, sayangnya Sugiyono dan Susanti sama-sama menyatakan tidak tahu. Artinya, mereka belum mengetahui nama calon termasuk mungkin yang lumayan terdengar dan sosialisasi dengan spanduk, poster, atau alat peraga kampanye lainnya cukup massif.
”Kan, banyak, tuh, poster caleg, tetapi enggak bikin saya tahu, kenal, apalagi yakin mau pilih dia yang di poster, he-he-he,” ujar Susanti.
Caleg harus kuat dalam sosialisasi dan jejaring untuk menyentuh calon pemilihnya.
Dari pernyataan kalangan warga itu, sebenarnya ada masalah bagi barisan caleg untuk menguatkan sosialisasi dengan harapan terpilih, apalagi caleg baru yang akan maju dari Dapil Jatim I (Surabaya-Sidoarjo). Adapun anggota DPR 2019-2024 dari Jatim I, antara lain PDIP, terdepan dengan tiga orang, yakni Puti Guntur Soekarno, Bambang DH, dan Indah Kurniawati. Selanjutnya, PKB dengan dua orang, yakni Syaikhul Islam dan Arzetti Bilbina.
Partai lainnya satu orang, yakni Rahmat Muhajirin dari Gerindra, Adies Kadir dari Golkar, Sigit Sosiantomo dari PKS, Sungkono dari PAN, dan Lucy Kurniasari dari Demokrat.
Di surat suara Pemilu 2024, Puti berada di nomor urut 1, Bambang di nomor urut 2, dan Indah di nomor urut 6. Syaikhul di nomor urut 1, sedangkan Arzetti di nomor urut 3. Muhajiri di nomor urut 4, sedangkan Adies, Sigit, Sungkono, dan Lucy di nomor urut 1.
Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga, Hari Fitrianto, mengatakan, banyaknya nama caleg menjadi kesulitan tersendiri bagi kandidat untuk menguatkan sosialisasi dengan keterpilihan. Dengan sistem proporsional terbuka, pemilih menentukan caleg idaman. Bisa terjadi caleg dengan nomor urut terbawah lolos karena banyak dipilih terkait sosoknya dikenal baik oleh pemilih.
”Caleg harus kuat dalam sosialisasi dan jejaring untuk menyentuh calon pemilihnya,” ujar Hari. Jika tidak bekerja keras demi penguatan sosialisasi dan jejaring, akan sulit bagi caleg untuk lolos.