Banjir di Kalteng, Ratusan Ribu Orang Terdampak dan Sekolah Diliburkan
Banjir berulang di Kalteng tanpa mitigasi dan pencegahan. Ratusan ribu orang terdampak dan sekolah diliburkan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir terus memburuk di Kalimantan Tengah. Ratusan ribu orang terdampak banjir dan puluhan ribu rumah terendam. Di Kabupaten Kapuas, pemerintah meliburkan sekolah di 25 desa yang terdampak banjir sampai situasi kembali normal.
Banjir di Kalimantan Tengah sudah terjadi selama lebih dari sepekan. Salah satu kabupaten yang terdampak adalah Kabupaten Kapuas sampai pada Senin (22/1/2024). Setidaknya 23.245 orang terdampak kejadian tersebut.
Di Kabupaten Kapuas, dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas, banjir merendam 25 desa di enam kecamatan dengan total 3.940 unit rumah terendam, 53 sarana pendidikan, 11 sarana kesehatan, 47 rumah ibadah, 57 fasilitas umum, dan 95 titik di ruas jalan desa-desa tersebut pun terdampak.
Melihat kondisi itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas Aswan mengambil keputusan untuk meliburkan sementara sekolah-sekolah yang terdampak banjir. Kebijakan itu diambil untuk keamanan peserta didik yang jumlahnya ribuan di 57 sekolah yang terdampak banjir.
”Diliburkan sambil melihat kondisi saat ini dan hari-hari esok. Meski libur, mereka tetap diberi tugas sehingga kegiatan belajarnya di rumah,” ungkap Aswan.
Di Kalimantan Tengah, dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK), setidaknya terdapat tujuh kabupaten/kota terdampak banjir, antara lain Kabupaten Kapuas, Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Gunung Mas, dan Kota Palangkaraya.
Jumlah desa dan kelurahan yang terdampak banjir pun meningkat dari sebelumnya 118 desa menjadi 168 desa dan kelurahan.
Dari total 168 desa dan kelurahan itu terdapat 46.474 keluarga terdampak atau 147.362 orang terdampak banjir dari tujuh kabupaten dan kota tersebut. Total terdapat 26.331 rumah terendam banjir begitu juga 621 bangunan fasilitas umum atau publik mulai dari sekolah hingga tempat ibadah.
Kepala Pelaksana BPBPK Provinsi Kalteng Ahmad Toyib menjelaskan, tiga kabupaten sudah menetapkan status tanggap darurat banjir, yakni Barito Utara, Murung Raya, dan Kapuas.
Toyib menambahkan, pihaknya bakal mengadakan rapat dalam waktu dekat untuk menaikkan status tanggap darurat provinsi. Namun, butuh persetujuan pimpinan yang lebih tinggi.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq, menjelaskan, banyak faktor menjadi penyebab banjir di Kalteng. Secara umum, banjir disebabkan karena luapan air sungai akibat intensitas hujan yang tinggi.
Sebelumnya dilaporkan, intensitas hujan di sejumlah wilayah di Kalteng mencapai 300-500 milimeter setiap hari. Intensitas itu, kata Ihsan, salah satunya disebabkan oleh fenomena alam yang disebut Madden-Julian Oscillation (MJO).
MJO, kata Ihsan, merupakan aktivitas intra musiman yang terjadi di wilayah tropis. Fenomena alam ini bisa dikenali dengan adanya aktivitas konveksi (awan hujan) yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik.
”Fenomena ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilaluinya. Kalteng salah satunya,” ungkap Ihsan.
Faktor lain diungkap oleh Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Bayu Herinata. Menurut dia, banjir yang terjadi karena luapan sungai merupakan bukti hilangnya fungsi ekologi hutan di sekitar daerah aliran sungai (DAS).
Fenomena ini sebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah yang dilaluinya. Kalteng salah satunya.
Bayu mengambil contoh Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya yang merupakan wilayah DAS Barito. Sungai Barito membentang sepanjang 909 kilometer yang membelah dua provinsi, yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Di DAS Barito, kata Bayu, kerusakan lahan terjadi lantaran hilangnya tutupan hutan dan dikonversi menjadi lahan perkebunan seluas 121.555 hektar, pertambangan seluas 23.045 hektar, dan hutan tanaman industri seluas 53.834 hektar.
”Konversi hutan itu menjadi salah satu faktor bencana banjir terjadi. Nah, ini tidak boleh dilupakan. Sayangnya, sampai sekarang tidak ada upaya pencegahan dan mitigasi meski ini bencana berulang,” kata Bayu.