Buya Syakur, Ulama Pendakwah Nilai Kemanusiaan Itu Berpulang
KH Abdul Syakur Yasin, pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan yang menyuarakan nilai kemanusiaan, telah berpulang.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — KH Abdul Syakur Yasin, pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tutup usia, Rabu (17/1/2024). Selama hidupnya, ulama karismatik ini kerap berdakwah dengan sejuk hingga menyuarakan pentingnya kemanusiaan.
Buya Syakur wafat dalam usia 75 tahun di Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon, Jabar, Rabu dini hari. Sebelumnya, Buya dirawat sekitar dua pekan karena keluhan asam lambung dan penyakit jantung. Kondisi Buya sempat membaik ketika keluar dari ruang intensif sekitar tiga hari yang lalu.
”Tapi, tadi malam kondisi Buya drop dan masuk ICU (ruang perawatan intensif). Pukul 01.22, beliau mengembuskan napas terakhir,” ujar Kepala Pondok Pesantren Cadangpinggan Miftahul Jannah. Jenazah almarhum lalu dibawa ke Indramayu untuk disemayamkan dalam kawasan pondok.
”Pemakaman di area Ponpes sudah disediakan sejak lima tahun lalu. Ini disiapkan oleh Buya,” kata Miftahul. Proses pemakaman Buya dihadiri ribuan warga. Bahkan, pelayat dan sejumlah pejabat daerah setempat berlomba-lomba untuk mengantarkan jasad Buya ke makam.
Sejumlah pejabat yang melayat adalah Bupati Indramayu Nina Agustina, Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar Fahri Siregar, hingga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jabar KH Juhadi Muhammad. Pakar Al Quran KH Ahsin Sakho juga turut mengantarkan jenazah Buya.
Miftahul menuturkan, kepergian Buya membuat keluarga dan lebih dari 600 santri merasa kehilangan sosok karismatik. Selama ini, Buya tidak hanya mendampingi para santri dari tingkat madrasah tsanawiyah hingga aliyah, tetapi juga mendidik pengurus dan warga setempat.
”Kenangan tentang Buya sangat banyak. Beliau sangat lemah lembut, dermawan, memfasilitasi semua pengurus (pondok) sesuai dengan kebutuhannya. Ada yang dibelikan rumah. (Buya) sangat memperhatikan pengurus,” kata Miftahul yang mulai mengurus pondok sejak 1995.
Miftahul menambahkan, Buya kerap berdakwah dengan sejuk dan mudah dimengerti pendengarnya. Ia mencontohkan, Buya menjelaskan bahwa takwa tidak hanya menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya, tetapi juga sebuah bentuk kewaspadaan dalam bertindak.
Begitu pula dengan makna tawakal yang kerap diartikan sebagai bentuk kepasrahan kepada Allah SWT. ”Menurut Buya, tawakal itu pasrah diri yang dilandasi usaha. Bukan tidak melakukan apa-apa. Misalnya, supaya motor kita aman, kita harus simpan di tempat baik,” kata Miftahul.
Beliau enggak pernah ngasih hukuman. Beliau selalu memaafkan dengan catatan tidak ada niat jahat atau kesengajaan. (Miftahul)
Cara penyampaian yang ringkas dan sederhana itu membuat dakwah Buya diterima berbagai kalangan, termasuk di media sosial. Setiap Minggu malam dan Kamis malam, Buya aktif berceramah di akun Youtube KH Buya Syakur Yasin MA. Akun itu sudah memilki 1,16 juta pengikut.
Piagam Youtube Silver Play Button dan Gold Play Button terpajang di dinding ruangan Buya. Piagam itu menunjukkan jumlah pengikut yang melebihi 1 juta akun. Foto dan lukisan wajah Buya juga terpampang di ruangan itu. Ada pula papan berisi jadwal Buya yang tercatat hingga Maret 2024.
Selain di medsos, Buya juga rutin menggelar majelis zikir di hutan setiap malam Rabu dan di pantai pada malam Sabtu. Menurut Miftahul, zikir bersama yang berlangsung sejak 1990-an itu untuk mendekatkan jemaah dengan alam yang diciptakan Allah SWT. Selama berdakwah, Buya tak pernah marah.
”Beliau enggak pernah ngasih hukuman. Beliau selalu memaafkan dengan catatan tidak ada niat jahat atau kesengajaan,” ujarnya. Tidak hanya kepada jemaah, Buya juga mengajarkan kesejukan untuk warga lainnya. Buya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Bahkan, Buya punya pemaknaan khusus terkait Islam sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi semesta alam. ”Menurut Buya, rahmatan lil alamin itu berbagi kebahagiaan kepada siapa saja, tidak terbatas golongan, ras, dan agama. Manusia harus dihargai dan dihormati,” ujarnya.
H Tokidin, pengurus ponpes, menambahkan, Buya juga menaruh perhatian terhadap perempuan. ”Bagi Buya, perempuan berperan dalam membangun perekonomian keluarga. Jadi, dalam penafsiran ayat harta warisan, perempuan berhak mendapatkan keadilan. Intinya, konteks ayatnya,” ucapnya.
Buya, lanjutnya, konsisten menyebarkan pesan kedamaian menjelang Pemilihan Umum 2024. Di area pesantren, misalnya, terpajang baliho Deklarasi Jabar Anteng (Aman, Netral, Tenang). Deklarasi itu, antara lain, berisi dukungan agar Pemilu berjalan jujur, adil, dan aparat bersikap netral.
Ketua PWNU Jabar KH Juhadi mengatakan, Buya Syakur tidak hanya ulama karismatik Indramayu, tetapi juga nasional yang mengayomi seluruh umat, termasuk yang berbeda agama. ”Dengan siapa pun beliau ’welcome’ (terbuka). Jadi, beliau adalah orang hebat sekali,” ujarnya.
Juhadi juga menilai, sosok Buya Syakur sebagai cendekiawan yang sarat akan ilmu. ”Beliau, kan, sebagai ulama tasawuf, ulama fikih, termasuk juga ulama ahli hikmah. Jadi, kompletlah keilmuan beliau. Jadi, ini yang menjadikan saya mengenang beliau,” ujar Juhadi yang juga warga Indramayu.
Buya memang dikenal sebagai pembelajar. Ia tidak hanya menimba ilmu di Ponpes Babakan Ciwaringin Cirebon, tetapi juga ke negara di Timur Tengah, seperti Tunisia dan Libya. Buya juga mengambil studi doktoral di London, Inggris, dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada 1985.
Bahkan, Buya juga pernah membuat forum diskusi bersama Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan cendekiawan Quraish Shihab. Setelah 20 tahun belajar di Timur Tengah dan Eropa, Buya kembali ke Indramayu lalu membangun Ponpes Cadangpinggan pada 1995.
Juhadi berharap, masih ada ulama di Indramayu yang bisa meneruskan pemikiran dan pemahaman Buya Syakur. ”Insya Allah masih banyak kiai di Indramayu, tetapi tidak sekomplet beliau,” ucapnya.