Awan Panas dan Lava Lewotobi Laki-laki Mendekat, Warga Tinggalkan Kampung
Luncuran lava Lewotobi Laki-laki mencapai 3 km dan luncuran awan panas 2 km, serta mendekati permukiman warga.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Awan panas dan lava dari Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, terus meluncur ke permukiman di Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura. Akibatnya, sekitar 600 penduduk harus dievakuasi ke posko pengungsian.
Evakuasi terakhir dilakukan pada Selasa (16/1/2024) siang. Belasan orang diangkut menggunakan kendaraan yang disiapkan tim pencarian dan pertolongan (SAR). Mereka dibawa ke posko pengungsi di Desa Konga, Kecamatan Titehena, berjarak lebih kurang 11 kilometer dari Nurabelen.
Proses evakuasi berlangsung selama dua hari. Di hari pertama, kehadiran banyak aparat gabungan dan bunyi sirene kendaraan sempat membuat warga ketakutan. Bahkan, ada warga yang berlari ke tengah hutan. Setelah dijelaskan, mereka mau dibawa ke posko pengungsian.
Banyak juga warga yang melakukan evakuasi mandiri dengan pergi ke rumah kerabat di desa lain di Kecamatan Ile Bura atau Titehena. Bahkan, ada juga yang pergi ke Larantuka, ibu kota kabupaten yang berjarak sekitar 58 km dari rumah mereka.
”Kami ingin mengungsi ke tempat yang aman dan nyaman,” kata Merlinda (35), warga.
Akan tetapi, masih ada warga yang memilih bertahan di sekitar perkampungan. Tidak sekadar menjaga harta benda, mereka terikat aturan adat. Aturan itu menyebutkan, kampung tidak boleh ditinggalkan kosong.
”Kami adalah pemuka adat yang bertanggung jawab menjaga kampung. Kami tahu cara bagaimana menyelamatkan diri jika sampai terjadi keadaan darurat yang mengancam keselamatan kami,” kata Petrus Dimu Puka (54), tokoh adat di Desa Nurabelen.
Pada Selasa pagi, Petrus bersama lima tokoh adat melakukan upacara adat sekitar 50 meter dari ujung luncuran lava. Mereka membawa persembahan berupa satu kambing, beras tumbuk, tembakau, dan minuman lokal hasil penyulingan. Upacara adat kemudian dilanjutkan di rumah adat yang ada di tengah kampung siang harinya.
Anselmus B Lamanepa dari Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki dalam laporannya menyebutkan, erupsi masih terus terjadi. Guguran awan panas meluncur hingga 2 km dan lava mengalir hingga 3 km. Pergerakan material dari kawah itu mengarahkan ke sisi timur laut menuju Desa Nurabelen.
Tak hanya ke timur laut, luncuran awan panas dan lava juga mengarah ke sisi utara masing-masing sejauh 1,5 km. Asap dari kawah berwarna putih, kelabu, hingga coklat terus keluar dengan ketinggian hingga 700 meter di atas puncak. Tinggi puncak gunung 1.584 meter di atas permukaan laut.
Anselmus kembali mengingatkan masyarakat agar tidak berkegiatan dalam radius hingga 5 km dari puncak. Aktivitas gunung masih tinggi dan masih berstatus Awas.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Flores Timur menyebutkan, jumlah pengungsi terus meningkat. Hingga Selasa petang, total 6.489 pengungsi tersebar di posko dan rumah penduduk.
Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi kembali mengimbau warga terdampak agar segera mengungsi ke pos yang sudah ditentukan. Pemerintah, katanya, akan berupaya memenuhi kebutuhan pengungsi, baik makanan maupun tempat tinggal. Pemerintah sudah menetapkan masa tanggap darurat hingga 24 Januari 2024.
Selain tempat tinggal dan bahan makanan, di lokasi pengungsian juga dilakukan pemulihan trauma. Sukarelawan datang melakukan berbagai kegiatan bersama anak-anak. Selain itu, kegiatan pembelajaran juga dilakukan guru di dalam tenda khusus.
Sementara itu, pos kesehatan mencatat ada 3.277 warga yang sakit. Infeksi saluran pernafasan atas menjadi yang paling banyak diderita, jumlahnya 1.725 warga. Selanjutnya ada nyeri lambung (340) dan diare (42). Mariam Making, petugas di pos kesehatan Desa Boru, mengatakan, selain abu vulkanik, kondisi pengungsian yang tidak bersih rentan menimbulkan berbagai penyakit.