Presiden Jokowi: Bantuan 10 Kg Beras Mungkin Diperpanjang hingga Juni 2024
Presiden Joko Widodo menyatakan, bantuan 10 kg untuk masyarakat berpendapatan rendah bisa diperpanjang hingga Juni 2024 jika kondisi anggaran memungkinkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Pemerintah mulai menyalurkan bantuan pangan berupa 10 kilogram beras kepada masyarakat berpendapatan rendah. Presiden Joko Widodo menyatakan, jika kondisi anggaran memungkinkan, pemerintah akan memperpanjang penyaluran bantuan pangan tersebut hingga Juni 2024.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat mengecek penyaluran bantuan pangan di Gudang Bulog di Desa Munjung Agung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (3/1/2023). Dalam kegiatan itu, sebanyak 1.000 keluarga mendapatkan bantuan pangan berupa 10 kg beras.
Pada acara tersebut, Presiden menyatakan, berdasarkan rencana awal, bantuan pangan itu akan disalurkan hingga Maret 2024. Namun, tak menutup kemungkinan bantuan tersebut akan diperpanjang penyalurannya hingga Juni 2024.
”Yang penting (bantuan pangan untuk bulan) Januari sudah diterima, nanti akan dapat (bantuan) lagi di Februari dan Maret. Kalau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saya lihat mencukupi, (penyaluran bantuannya), akan dilanjut ke April, Mei, Juni,” kata Presiden saat memberikan sambutan.
Penyaluran bantuan pangan itu merupakan program lanjutan dari tahun 2023. Pada 2024, penyaluran bantuan ini dimulai dari Kabupaten Cilacap, Jateng, Selasa (2/1/2024). Kemudian, pada Rabu, penyaluran bantuan pangan dilakukan di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal. Ada sekitar 1.000 penerima manfaat di tiap kabupaten.
Desi Pujiastuti (36), warga Desa Munjung Agung, berharap, penyaluran bantuan pangan bisa dilanjutkan. Tak hanya sampai Juni, ibu dari tiga anak yang sehari-hari bekerja sebagai buruh itu berharap bantuan tersebut bisa diterimanya hingga akhir tahun.
”Bantuan beras seperti ini sangat bermanfaat untuk kami warga miskin. Uang yang tadinya untuk beli beras bisa dipakai untuk keperluan lain, misal untuk membiayai pendidikan anak-anak saya,” ujar Desi.
Desi menuturkan, dirinya sangat senang karena akhirnya bisa menerima bantuan pangan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan lantaran tidak tercatat sebagai keluarga miskin dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. Padahal menurut Desi, keluarganya tergolong miskin.
”Saya buruh harian yang paling banyak dapat uang Rp 750.000 per bulan. Sementara itu, suami saya yang bekerja sebagai buruh nelayan tidak punya pendapatan yang pasti, paling banyak Rp 15.000 per hari. Kami punya anak tiga, semuanya sekolah, butuh biaya,” tuturnya.
Penerima bantuan lain, Eci Sugiyanti (33), warga Desa Padaharja, Kecamatan Kramat, juga mengaku senang karena baru pertama kali mendapatkan bantuan. Menurut dia, beras sebanyak 10 kg dari pemerintah itu bisa mencukupi hampir setengah dari kebutuhan keluarganya.
Dalam sebulan, Eci yang tinggal bersama suami, dua anak, dan seorang mertuanya itu memerlukan beras sekitar 25 kilogram.
Bantuan beras seperti ini sangat bermanfaat untuk kami warga miskin
”Bantuan ini sangat bermanfaat dan meringankan beban kami. Jadi, uang yang untuk beli beras bisa dipakai bayar listrik atau kebutuhan sehari-hari lainnya,” ucap Eci.
Sehari-hari, Eci tidak bekerja. Sementara itu, suaminya bekerja sebagai buruh bangunan dengan pendapatan paling banyak Rp 500.000 per pekan.
Siapkan stok
Kendati Presiden Jokowi belum memastikan akan ada penyaluran bantuan pangan pada April, Mei, dan Juni, Perum Bulog mengaku sudah menyiapkan stok beras untuk program bantuan pangan itu. Menurut Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, Bulog sudah diperintahkan untuk menyiapkan dan menyalurkan bantuan pangan hingga enam bulan ke depan.
”Apa pun nanti keputusan Presiden, barang (beras) sudah ada. Stok sudah ada dan (penyaluran bantuan pada April, Mei, dan Juni) bisa dilakukan,” ucap Bayu.
Bayu menyebut, beras sebanyak 10 kg yang dibagikan kepada masyarakat itu merupakan beras premium. Sebab, butir patahnya hanya 5 persen, jauh dari ambang maksimal butih patah beras premium, yakni 15 persen. Meski demikian, beras itu dianggap sebagai beras medium.
”Kebanyakan beras (yang dipakai untuk program bantuan pangan) merupakan beras impor. Kalau yang di sini (Tegal) kebanyakan impor dari Pakistan. Adapun total beras impor di tahun 2023 sebesar 3,5 juta ton, dengan rincian 3 juta ton sudah selesai dan 500.000 ton masih dalam proses," ungkap Bayu.
Peresmian jembatan
Setelah mengecek penyaluran bantuan pangan di Tegal, Presiden Jokowi menuju Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jateng, untuk meresmikan Jembatan Pemali. Dalam kegiatan itu, Presiden sekaligus meresmikan lima jembatan lain, yaitu Jembatan Pedes di Brebes, Jembatan Kalibanger A di Kota Semarang, Jembatan Wonokerto IIA di Demak, Jembatan Juwana IA di Pati, dan Jembatan Pang I di Rembang.
”Enam jembatan ini sebagai pengganti jembatan callender hamilton yang sudah lebih dari 40 tahun usia layanannya. (Kondisinya) memang sudah tidak layak dan karena beban berat yang setiap hari melintas, jembatan-jembatan ini perlu pengganti yang baru sehingga bebannya menjadi lebih baik dan mobilitas orang, barang, serta logistik bisa berjalan dengan cepat di atasnya,” ujar Presiden.
Pada Selasa kemarin, Presiden meresmikan tiga jembatan sebagai pengganti jembatan callender hamilton di jalan lintas selatan Jateng. Ketiga jembatan itu adalah Jembatan Tajum Margasana yang menghubungkan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Cilacap, Jembatan Tajum Karangbawang di Kabupaten Banyumas, dan Jembatan Jurug di Kabupaten Karanganyar.