Kian Terkoneksi dengan KA Trans-Sulawesi dan New Port Makassar
Proyek KA Trans-Sulawesi dan Makassar New Port diharapkan membuat kawasan Sulawesi Selatan kian terkoneksi. Bahkan, di masa depan KA Trans-Sulawesi ditargetkan menghubungkan Makassar dengan Manado, Sulawesi Utara.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN, NASRUN KATINGKA
·5 menit baca
MAROS, KOMPAS — Pembangunan Makassar New Port dan Kereta Api Trans-Sulawesi sebagai dua proyek strategis nasional yang dibangun pemerintah melalui Kementerian Perhubungan diproyeksikan makin membuat kawasan Sulawesi Selatan terhubung. Koneksi antarfasilitas transportasi massal di Sulsel ini diharapkan membuat pergerakan manusia dan barang akan makin mudah, cepat, dan nyaman.
Proyek KA Trans-Sulawesi yang saat ini masih berlangsung bahkan menjadi proyek prestisius karena inilah pertama kali masyarakat bisa menikmati transportasi massal ini. Dimulai sejak 2015, pembangunan tahap awal KA Trans-Sulawesi ini direncanakan menghubungkan Makassar-Parepare sejauh sekitar 145 kilometer. Dari Makassar ke Parepare, rel melintasi Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru. Setidaknya ada 14 stasiun pemberhentian antara Makassar dan Parepare.
Saat ini ruas yang sudah tersambung adalah dari Stasiun Maros di Kabupaten Maros menuju Stasiun Garongkong di Kabupaten Barru. Jaraknya sekitar 80 kilometer dan melewati sembilan stasiun. Menurut rencana, dari Maros, rel akan dibangun ke Makassar melalui Mandai hingga Makassar New Port (MNP). Pembangunan rel yang menghubungkan Stasiun Maros ke Mandai sejauh 4 kilometer sudah rampung dan tinggal diuji coba.
Adapun yang belum dikerjakan adalah ruas Barru-Palanro di perbatasan Parepare sekitar 30 kilometer, ruas Palanro-Parepare sekitar 20-25 kilometer, dan ruas Mandai-Makassar tepatnya di MNP lebih dari 10 kilometer.
Sejak Oktober tahun lalu, KA ini diuji coba untuk angkutan penumpang secara gratis. Selanjutnya pada Desember resmi beroperasi dan berbayar. Saat ini untuk rute Makassar ke Barru sejauh 80 kilometer ongkosnya dipatok Rp 10.000. Sejak diuji coba secara gratis hingga berbayar, kereta selalu dipadati penumpang. Setiap hari dua kali kereta berangkat dari Maros dan dua kali pula berangkat dari Barru.
Warga Makassar juga dimudahkan mengakses kereta karena ada kendaraan pengumpan, yakni Teman Bus, yang menjadi pemandu moda untuk mengantar langsung ke stasiun, termasuk singgah ke Bandara Sultan Hasanuddin. Ongkos Teman Bus dari Makassar ke Stasiun Maros yang berjarak sekitar 30 kilometer hanya Rp 4.600. Teman Bus juga menjadi salah satu program Kemenhub untuk menekan kemacetan di Makassar.
”Saya kuliah di UNM, tetapi orangtua di Barru. Setiap minggu saya bisa pulang, bahkan jika harus pulang mendadak, saya bisa pergi dan pulang di hari yang sama. Paling banyak hanya Rp 20.000 yang habis untuk ke Barru. Padahal, kalau naik kendaraan umum, ongkosnya Rp 100.000 atau Rp 200.000 pergi pulang. Itu pun lama karena macet,” kata Aida (20) yang ditemui di Stasiun Maros, Kamis (21/12/2023).
Hal sama dikatakan Nadira (55). Setiap kali menengok anaknya di Barru, dia menghabiskan setidaknya Rp 200.000 pergi dan pulang. Namun, dengan kereta dan Teman Bus, dia membayar tak sampai Rp 20.000. Kamis pagi, dengan rombongan berjumlah lima orang, mereka ke Barru. Ongkos berlima ini bahkan lebih murah ketimbang harga satu tiket dengan bus.
Proyek strategis lain, yakni pembangunan MNP tahap IB dan IC, ditarget rampung akhir tahun ini. Sebagai proyek strategis nasional, terminal peti kemas ini akan menjadi yang terbesar di kawasan timur Indonesia.
Pada September lalu proyek pembangunan IB dan IC sudah mencapai 99 persen. Sebelumnya proyek tahap IA telah selesai dan beroperasi sejak 2018 lalu. Proyek MNP meliputi pembangunan terminal peti kemas, kawasan pergudangan, dan perkantoran. Terminal peti kemas dibangun dalam tiga tahap, yakni tahap IA, IB, dan IC. Jika terminal peti kemas rampung, akan disusul pembangunan kawasan pergudangan dan perkantoran.
”Target kami tahun ini bisa diresmikan dan dioperasikan. Harapannya bersamaan dengan peresmian akses tol yang menghubungkan Terminal Peti Kemas Makassar ke Makassar New Port. Proyek tol ini pun sudah hampir rampung,” kata Regional Head 4 Pelindo Enriany Muis di Makassar, Jumat (1/9/2023).
Saat ini di Makassar, Pelindo Regional 4 mengelola dua terminal peti kemas. Terminal lama atau Teminal Peti Kemas Makassar berada di kawasan Pelabuhan Soekarno-Hatta. Terminal ini memiliki kapasitas 700.000 TEUs. Adapun terminal peti kemas baru di MNP memiliki kapasitas 2,5 juta TEUs. Proyek MNP dibangun sejak 2015 dan menelan biaya Rp 3 triliun.
Hal paling menguntungkan dari beroperasinya MNP adalah port stay yang makin singkat. Ini membuat bongkar muat di pelabuhan menjadi lebih cepat dan memangkas biaya operasional.
Proyek strategis lain, yakni pembangunan MNP tahap IB dan IC, ditarget rampung akhir tahun ini. Sebagai proyek strategis nasional, terminal peti kemas ini akan menjadi yang terbesar di kawasan timur Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Steven Kristianto L, Branch Manager PT Meratus Line Makassar, mengatakan, jika sebelumnya port stay sekitar 40 jam, kini bisa dipangkas menjadi 28 jam. Saat ini jumlah kontainer yang bisa dibongkar mencapai 53 kontainer per jam. Ini juga berdampak jumlah call kapal atau kunjungan kapal yang meningkat.
”Bisa sampai empat call sepekan. Muatan segala macam, mulai dari rumput laut, beras, tepung, hingga gula, pun bisa lebih lancar dan cepat tiba ke tujuan. Setiap call rerata memuat 450 boks kontainer,” kata Steven.
Disambut baik
Warga Papua Barat juga menyambut baik kehadiran Bandar Udara Siboru. Yusuf Kabes (53), warga sekaligus tokoh masyarakat di Kampung Werpigan, Distrik Wartutin, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, mengatakan, keberadaan Bandara Siboru yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo pada November 2023 akan bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini pilihan penerbangan terbatas karena kondisi landasan pacu yang tidak memadai.
Selain itu, bagi Yusuf, keberadaan bandara yang berjarak sekitar 15 kilometer dari kampungnya dan berada dalam wilayah administratif distrik yang sama diyakini akan memberi dampak lain yang lebih luas.
Dia berharap ke depan kehadiran bandara tersebut juga akan menghidupkan sektor-sektor ekonomi kerakyatan dari masyarakat dari sekitar bandara, termasuk di kampungnya. Selain itu, bandara tersebut juga bisa memberi pekerjaan bagi masyarakat setempat.
”Mungkin yang sudah terlihat sekarang ini jalan di depan rumah kami ini akan selalu mulus karena di sini (akses utama) menuju bandara,” ujar Yusuf, Kamis (21/12/2023).