Pertemuan Tingkat Menteri ICC Dorong Pengembangan Industri Kelapa Berkelanjutan
Pertemuan Tingkat Menteri International Coconut Community di Bandar Lampung diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan permintaan produk kelapa dan turunannya di tingkat global.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pertemuan Tingkat Menteri International Coconut Community mendorong kolaborasi untuk pengembangan industri kelapa berkelanjutan. Pertemuan tersebut juga mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam pengembangan sektor industri perkebunan.
Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah sesi tahunan ke-59 Pertemuan Tingkat Menteri International Coconut Community (ICC). Kegiatan yang berlangsung pada 5-7 Desember 2023 di Bandar Lampung itu dihadiri sekitar 80 delegasi dari 15 negara anggota ICC. Selain itu, hadir pula Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi.
Pertemuan ini akan membahas berbagai isu spesifik tentang kelapa. Hal tersebut bertujuan mendorong diskusi kolaboratif antarnegara anggota untuk menentukan solusi berkelanjutan terhadap tantangan di sektor industri kelapa.
Zulkifli mengatakan, pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang inovatif dan aplikatif untuk meningkatkan permintaan produk kelapa dan turunannya di tingkat global. Negara-negara anggota ICC didorong untuk terus mengembangkan industri kelapa berkelanjutan dan bernilai tambah agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
”Indonesia saat ini tengah mendorong pengembangan industri kelapa berkelanjutan yang bernilai tambah, menjaga lingkungan, dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Zulkifli, Selasa (5/12/2023).
Menurut Zulkifli, pemilihan Lampung sebagai lokasi pertemuan itu sangat tepat karena Lampung merupakan salah satu daerah penghasil pangan di Indonesia. Lampung juga merupakan salah satu daerah penghasil kelapa dan tempat berkembangnya industri pengolahan kelapa.
Dia menambahkan, kelapa mempunyai banyak manfaat. Buah, daun, hingga akarnya juga dapat diolah menjadi berbagai produk. Oleh karena itu, hilirisasi kelapa harus terus didorong untuk meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan tersebut.
Sementara itu, Arinal menyampaikan, Pertemuan Tingkat Menteri ICC diharapkan dapat menjadi momentum memperkuat kolaborasi dan mendorong investasi di Lampung. Ia menyebut, Lampung merupakan daerah penyangga pangan nasional. Saat ini, Lampung menyuplai sekitar 40 persen kebutuhan pangan untuk wilayah Jabodetabek, khususnya beras, daging, buah, dan sayuran.
Menurut dia, kelapa merupakan salah satu komoditas andalan utama Lampung. Pada 2022, total produksi kelapa di Lampung mencapai 78.571 ton dengan luas area tanam mencapai 89.673 hektar. Sebagian besar sentra kelapa berada di wilayah pesisir Lampung, seperti di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung Barat, Lampung Selatan, dan Lampung Timur.
”Berbagai produk kelapa telah disalurkan ke pasar dalam negeri dan diekspor ke sejumlah negara. Adapun negara tujuan ekspor produk kelapa secara utama adalah Amerika, China, Belanda, Jepang, dan Australia. Variasi produk kelapa dari Provinsi Lampung yang telah diekspor di antaranya ialah santan kelapa, karbon aktif, briket, sabut kelapa, kopra, nata de coco, minyak kelapa, kelapa utuh, dan lidi nipah,” ujar Arinal.
Saat ini, sejumlah industri pengolahan kelapa di Lampung juga mulai berkembang. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah juga didorong memanfaatkan kelapa menjadi berbagai produk kerajinan, misalnya produk pakaian dan dekorasi rumah.
Indonesia saat ini tengah mendorong pengembangan industri kelapa berkelanjutan yang bernilai tambah, menjaga lingkungan, dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani.
”Saya berharap hasil pertemuan ini juga bisa diadaptasi untuk menjadi acuan Provinsi Lampung dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan produktivitas tanaman kelapa, peningkatan daya saing produk olahan industri kelapa, penguatan pasar, serta program lainnya,” tutur Arinal.
Sementara itu, Direktur Eksekutif International Coconut Community Jelfina C Alouw menyampaikan pentingnya menciptakan industri kelapa yang mempunyai kekuatan secara global dan bisa bertahan menghadapi berbagai perubahan. Karena itu, pengembangan industri kelapa secara berkelanjutan perlu menjadi komitmen bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan di tengah isu perubahan iklim.